MTPBB 3

1298 Kata
"Ah elah, bukan gue yang pacarin dia. Orang tuh cewek yang nembak gue. Untungnya pas dia tembak gue kagak mampus." tangan Mahesa mencoba melepaskan jambakan Melvan dari rambutnya. Dengan garang Mahesa pun menginjak kaki kembaran nya sembari meloroti celana kolor milik Melvan. "Kakak sintingtung dut." Melvan kembali menaiki celana kolornya. Mahesa membetulkan rambutnya. "Liat rambut gue kayak ayam." "Kagak peduli gue. Sekarang lo minta maaf sama dia, dia nangis kejer gara-gara lo putusin." Mahesa mengangkat bahunya tak perduli. "Mahesa kakak ganteng yang mirip demol luar negeri, please ya lo jangan buat gue malu, napa." "Apa sih demol, lo niat muji kagak sih sama gue." "Model, lo kagak ngerti bahasa gahol, parah lo." cibirnya. "Lo lebay. Lo kagak tau ya kalau gue lagi marah kaya gimana." Mahesa menunjukan senyum miring. "Alah gue kagak peduli, sesangar-sangarnya kakak, pasti hatinya bakalan luluh sama adik yang ganteng ini." Mahesa memasang wajah datar. "Please lo balikan sama si Hanna." "Ogah, gue kagak doyan alias gue kagak suka sama dia." Melvan menghela napas. "Lo liat, suatu saat nanti lo yang akan merasakan sakit hati. Karna lo terlalu banyak menyakiti perasaan cewek. Gue sih bodo amat ya kalau pun lo sodara kembar gue. Tapi lo inget tuh, kalau lo yang akan nantinya di sakitin lagi sama cewek." Mahesa hanya diam, ia menatap wajah Melvan tak percaya. Dalam hati ia merasa bergetar, setelah mendengar apa yang Melvan ucapkan tentang dirinya. "Alah gue kagak peduli, emang gue nggak pernah percaya kalau cinta tulus itu ada." Mahesa mendorong tubuh Melvan agar keluar dari kamarnya. Mahesa kembali menutupi kamarnya kembali. "Semoga apa yang di katakan adik tersomplak nggak di kabulkan." Mahesa pun kembali siap-siap untuk pergi. Ia menoleh menatap jam dinding menujukan pukul 10 malam. Kemudian ia turun ke bawah dengan melangkah dengan gaya cool. "Mah, pah aku pamit dulu ya." "Ke mana kamu? kamu nggak liat ini udah jam sepuluh malem," ucap Bella. "Jengukin Arthur mah, dia kan sekarang di sunat." "Apa?! kamu jangan bercanda deh Mahesa?" tanya Vino papahnya. "Tanya aja kalau nggak percaya sama dia langsung, pah." ucapnya. "Udah ah, aku mau keluar dulu ya." Mahesa pun nyelonong pergi keluar. Tanpa harus menyalami tangan ke dua orang tuanya terlebih dahulu. Mahesa melajukan motornya. Di perjalanan ia memberhentikan motornya. "Lampu merah lagi, bakalan telat." umpatnya. Mahesa menunggu sabar. Matanya celingak celinguk kesana-kemari. Ia merasa risih di liat oleh seseorang. "Nenek udah tua, jangan genit sama saya," ucapny pada nenek tua yang tengah menatapnya yang duduk di kemudi mobil sembari membuka kacanya. Tak lama lampu rambu lalu lintas berganti dengan hijau. Mahesa kembali melajukan motornya. Beberapa menit ia0 sampai di depan rumah sahabatnya. Mahesa menyalakan klakson beberapa kali. Kemudian, Arthur keluar dengan penampilan juga sudah rapih. "Berisik nyet." "Buruan dah, lo lama banget sih." semprot Mahesa. Arthur menaiki motor miliknya. Mereka pun pergi dari rumah itu. 5 menit mereka sampai di tempat tongkrongan, yaitu basecamp. "Kirain gue, kalian pada nggak akan datang karna di omelin sama nyokap bokap lo." cibir salah satu teman dari mereka yang tengah duduk di depan teras rumah. Mahesa membuka helmnya. "Gue bilang kalau Arthur disunat, yaudah di ijinin deh." Arthur menoyor kening Mahesa. "Lo malu-maluin gue aja, gimana kalau orang tua lo berpikiran emang bener gue di sunat?" "Yakali orang tua gue nganggap serius, kagak lah." Arthur menghiraukan nya, lalu ia bergabung bersama teman yang lain. Mahesa merogoh bungkus benda beracun di dalam saku jaket nya. Lalu ia mengambil satu batang benda beracun itu, dan menyalakan nya. Menghisap penuh dengan hikmat. Mahesa menyenderkan tubuhnya di kursi sebelah teman nya. "Muka lu asem bener. Kenapa?" tanya Mahesa pada Karon. "Biasalah masalah cewek yang buat gue pusing." sahutnya. "Cewek di pikirin. Jangan terlalu mikirin cewek yang nggak pernah nganggap sama perasaan lo." kata Mahesa. "Tapi gimana ya. Gue udah cinta banget sih sama dia," ucap Karon. "Lo cinta sama dia. Sedangkan dia nggak pernah mengharagai lo. Jangan mau lah di bodohbodohin sama cewek. Tapi percuma juga kalau cewek lo nggak pernah mengharagi lo." tutur Mahesa. "Apa yang lo bilang sih bener ya. Tapi gue susah buat coba lepasin dia." "Ada saatnya lo bisa lepasin orang yang salah. Dan ada saatnya juga nanti lo akan nemuin orang yang baik dan tulus." ucap Mahesa sesekali ia menghembuskan gumpalan asap dari mulutnya. "Thanks lo udah buat gue sedikit lebih ngerti," ucap Karon. "Santai aja sama gue mah cuy." Mahesa menepuk bahu Karon. Karon hanya tersenyum pada Mahesa. Sampai akhirnya mereka membicarakn topic yang lain. Pukul 07:34 pagi. Mahesa masih saja tidur. Sudah beberapa kali Bella membangunkan nya. Tetapi Mahesa tetap saja enggan bangun. "MAHESA... MAHESA... MAHESA, BANGUNG WOI." Melvan mencoba membangunkan Mahesa yang masih setia di tempat tidurnya. Ketika Mahesa terbangun ia mendorong tubuh Melvan sampai terjatuh. "Sakit, dasar kembaran gila." ujar Melvan. Mahesa pun bangun dari tidurnya, sembari mengucek-ngucek kedua matanya yang terasa gatal. "Gue lagi tidur, dan lo ganggu gue nyet." semprotnya. "Kerjaan lo tuh cuman tidur, kapan lo jadi baik kayak gue, rajin sholat, rajin menabung, rajin belajar, rajin memberi sedekah sama anak-anak kecil, rajin memberi nasehat pada kakak kembar kayak lo. Coba gimana baiknya gue ini sebagai adik yang soleh." Mahesa tak memperduliknya, ia melepar bantal pada Melvan yang kelewat cerewet. "Berisk lo." "Lo abis minum ya?" selidik Melvan. "Iya gue minum air putih." sahutnya. "Tobat bang." Mahesa beranjak turun dari tempat tidur. Sebelum itu ia menoyor kening Melvan. Ia masuk ke dalam kamar mandi. Melvan kembali ke luar dari kamar Mahesa. 45 menit Mahesa sudah rapih, dengan jaket denim dan celana levis yang robek-robek tak lupa juga ia memakai kedua telinga anting warna hitam. Mahesa keluar dari kamar dan menghampiri kedua orang tuanya yang tengah kumpul di ruang keluarga. "Pagi mah, pah." sapanya. "Mau ke mana kamu? Nggak bisa aja sehari di rumah nggak keluyuran di hari wekeend gini," ucap Bella. "Anak jaman sekarang diam di rumah! Aduh mamah ku yang imut nan cantik kaya barbie, kalau aku di rumah, nanti aku di ledekin." "Kasian mamah sama papah punya anak kayak Mahesa yang sedikit miring," ucap Melvan. "Huss.. kamu ngomongnya ngaur." omel Bella. "Dasar adik durhaka." ujar Mahesa. "Udah ah, aku mau pergi." Mahesa menyomot makanan yang tengah Melvan pegang. Lalu ia pergi dari hadapan mereka. "Kebiasaan banget punya kembaran nggak pernah ucap salam." ucap Melvan. Mahesa hari ini mengendarai mobil berwarna merah. Audah di perjalanan ia memberhentikan mobilnya di sisi jalan. Ia pun keluar dari mobilnya. "Satu, tapi paling mahal dan paling bagus." katanya, sembari mengeluarkan 2 lembar uang berwarna merah. "Ambil aja," ucapnya ketika sang penjual itu akan memberikan uang kembalian pada Mahesa. "Terima kasih mas," Mahesa kembali melajukan mobilnya, untuk segera sampai di tujuan. 5 menit Mahesa sampai di tempat yang di tujuinya. Sebelum ia masuk ke tempat itu, ia menghela napas. Ia pun masuk ketempat peristirahatan bagi semua orang yang sudah di panggil lebih dulu oleh Tuhan. Mahesa berjongkok di samping gundukan tanah. "Pagi," ucapnya. "Sorry ya, gue baru jengukin lo nih." Mahesa menyimpan bunga di atas gundukan tanah itu. "Lo jangan marah ya--," ia memotong ucapan nya. Karena Mahesa mendengar seseorang memanggil nama seperti berteriak. Mahesa menoleh ke arah depan, di sana seorang cewek yang tengah memeluk nisan dengan kedua mata terpejam. Ia pun mencoba melihat ke arah lain. Namun tak ada siapapun di sana hanya ada dirinya dan cewek itu. "Serem juga nih tepat ya," ucapnya. "Itu manusia atau bukan sih. Kok teriak gitu ya," Mahesa mendengar cewek itu kembali memanggil-manggil nama seseorang. Mahesa berdecak lalu menghampiri cewek itu. "Kenapa gue deg-degan gini coba." Ia pun memberanikan untuk menyapanya. "Woii." tak ada sahutan dari cewek itu. Ia menepuknepuk pipinya beberapa kali. Mahesa menatap ajah cewek itu dengan lekat. "Cantik juga." kagumnya sembari tersenyum. Ia kembali menepuk-nepuk pipi cewek itu. Tak lama cewek itu terbangun dengan napas yang terengah-engah. "Lo kayaknya tadi lagi mimpi ya?" tanya Mahesa tepat di sebelahnya. Cewek itu menoleh ke arah Mahesa. "Lo siapa?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN