Samuel terlihat berpikir dalam. Kerutan di bagian keningnya semakin mengeras. Rahangnya gemeletuk menahan kemarahan. "Aku pikir kau benar, Esma. Sudah saatnya semua dikembalikan pada tempatnya." Samuel berbalik menatap Alex yang masih tampak santai duduk bersandar di bahu sofa. "Pergilah ke kamar lebih dahulu. Nanti aku akan menyusulmu. Aku akan berbicara sebentar dengan Alex," lanjut Samuel mengelus punggung istrinya. "Baiklah. Jangan terlalu keras padanya. Aku menyayangimu," sahut Esma mencari simpati. Wanita paruh baya itu mengecup bibir Samuel tepat di hadapan Alex. Dia ingin menunjukkan bahwa dirinya juga punya pengaruh. Bukan cuma Laura saja. Samuel mengangguk merasai Esma sejak dulu selalu mengerti dirinya. "Aku juga menyayangimu." Esma kemudian beranjak pergi meninggalkan