Menyerah

1814 Kata
Keduanya segera bertanya, Apa yang sebenarnya sedang terjadi pada mereka sehingga semua orang dipaksa berkumpul dan ada adiknya juga yang sedang menangis sesenggukan ditambah ada adiknya Luisa juga yang saat ini sedang berlutut sambil diteriaki oleh ayahnya sendiri. "Ada apa dad ? Kenapa dari luar Luiz kaya denger suara ribut-ribut di dalem rumah ? Thania kenapa ? Dia nangis ? why ?." Tanya Luiz dengan perasaan bingung sekaligus khawatir melihat adiknya semakin menangis sesenggukan di pelukan ibunya. Thania memeluk Maira sambil membungkam mulutnya rapat-rapat. Sedangkan Christ hanya bisa merotasikan bola matanya lalu menunjuk kearah Jayden seraya mengatakan jika pria kurang ajar ini sudah berhasil menghamili anak perempuannya. Lalu berencana pergi bukannya tanggung jawab seperti yang seharusnya semua laki-laki lakukan jika dia membuat kesalahan pada wanita yang dicintai olehnya. "Ngomongnya cinta tapi bukannya tanggung jawab malah dia mau minggat dari negaranya sendiri. Gila kan anak Alex yang satu ini. Thania hamil. Kalo bukan mami kamu yang nemuin vitamin buat orang hamil dilaci kamarnya, sampe anak dikandungan adek kamu mau brojol juga mungkin kita gak bakalan tahu kalo dia lagi hamil. Tega sekali mereka bohongin orangtuanya kaya gini ? Mau ditaro dimana coba muka daddy sama keluarga yang lain ? Mana sebentar lagi rencananya daddy mau kirim adek kamu kuliah diluar negri. Kalo kaya gini ceritanya, buyar semua rencana daddy. Jangankan kuliah, ngurusin masa depannya aja kita pusing sekarang." Dumel Christ. Alex disana sudah menenggelamkan wajahnya diatas amarah yang sebentar lagi akan dia keluarkan pada anak bungsunya. Jayden hanya melirik sekilas kearah Alex sebentar. Tatapannya seperti sedang menantang. Diperlakukan seperti itu, tentu saja Alex juga jadi kembali marah lalu memukul Jayden seraya menggulingkannya, memaksa anaknya berlutut dihadapan Thania, Agar dia meminta maaf lalu segera mengambil keputusan dari kelakuannya yang satu ini. "Tanggung jawab kamu ! Kalo kamu berani kabur dari masalah ini, jangan panggil saya papa seumur hidup kamu ! Sebejat-bejatnya saya, pantang buat saya hamilin anak orang. Kalau kamu berani berbuat, Kamu juga yang sekarang harus bertanggung jawab." Perkataannya penuh dengan amarah dan juga penekanan. Rupanya ucapan Alex yang satu ini bukan hanya ancaman semata. Alex langsung menghubungi asisten pribadinya yang saat ini sedang berada dikantor. Segera setelah dia menghubungi, beberapa puluh menit kemudian pria dengan setelan formal tersebut datang, lalu menyerahkan beberapa berkas sesuai dengan apa yang diinginkan oleh tuannya. Bahkan ketika asistennya bertanya tujuan Alex merevisi ulang wasiatnya pun pria tersebut langsung membentak asistennya sendiri. Alex mengatakan dengan jelas jika dia melarang satu orangpun mempertanyakan alasannya. "Paris, sejak kapan saya membiarkan orang luar ikut campur urusan pribadi saya ? jika kamu masih ingin bekerja dengan saya, segera turuti perintah saya ! revisi ulang surat wasiatnya ! Tulis didalam surat tersebut, jika saya tidak akan pernah memberikan satu peserpun harta saya pada anak bungsu saya kecuali dia mau mempertanggung jawabkan perbuatannya pada Thania dan juga keluarganya." Ucap Alex dengan suara yang lantang. Sedangkan Paris yang dibentak jadi diam menunduk lalu mulai menuruti permintaan majikannya berbeda dengan istrinya yang notabennya adalah ibu kandung dari Jayden segera membelalak terkejut lalu berjalan mendekat kearah suaminya. "Maksud kamu Alex ?." Tanya-nya seraya berjalan mendekat, Sari mulai membujuk ulang keputusan dari suaminya. Tapi bukannya terbujuk, Alex malah memarahi istrinya seraya mengatakan untuk tidak pernah sedikitpun mempersulit dirinya. "Jangan ikut campur ! Ini demi kebaikan anak kita." Jawabnya kemudian melirik kearah Jayden yang hanya diam menunduk saat melihat kedua orangtuanya bertengkar karena dirinya. Jayden mendengarkan semua yang dikatakan oleh ayahnya. Padahal fakta yang sebenarnya alasan kenapa dia ingin pergi keluar negri juga bukan semata-mata karena dia ingin lari dari tanggung jawabnya kepada Thania. Seandainya saja dulu saat pertama kali dia tahu Thania hamil wanita tersebut bersedia untuk menerima kehadirannya. Mungkin semua kejadian hari ini juga tidak akan pernah terjadi. Jayden akan meminta restu baik-baik dari orang tua Thania. Masa bodoh nantinya hubungan keduanya akan ditentang. Apalagi sudah ada janin ditengah-tengah hubungan keduanya. Mustahil kan Christ dan juga Alex akan mempersulit hubungan mereka ?. "Hhh, Gak semua yang aku lakuin itu sembarangan asal kalian semua tahu aja, semua yang hari ini aku lakuin juga pasti ada alesannya. Seharusnya papa gak main hakim kaya gini ! tanya dulu jelasnya bagaimana ! Kalau perlu tanya juga Thania-nya ! Gimana aku selama ini yakinin dia ? kalo dari awal Thania mau nerima aku, mungkin kejadiannya juga gak bakalan serumit ini." Ketus Jayden sambil menyunggingkan senyum sinisnya. Rupanya lama-lama mendengar semua pertengkaran mereka mengenai dirinya membuat Jayden murka. Alex dan semua orang yang tadinya ribut jadi kembali fokus pada anak nakal tersebut yang saat ini mulai berdiri lalu memandang Thania yang ikut menatap dirinya dengan wajah yang sembab. "Hanya karna aku bukan anak baik seperti yang lain, bukan berarti aku gak bisa tanggung jawab." Lanjutnya lagi. Jelas sekali perkataannya tersebut Jayden tunjukan pada kekasihnya. Pada awalnya semua orang termasuk Christ hanya diam sembari menatap tajam kearah Jayden dan juga Thania. Namun beberapa detik kemudian, Setelah anak tersebut selesai bicara. Alex dengan seluruh amarahnya kembali menyerang, ingin menghantamkan tinjunya dikepala anaknya. Alasan apapun menurutnya tidak akan dia terima, memangnya kenapa jika Thania tidak mau menerima kehadirannya ? Dia harus langsung menyerah dengan kelakuannya begitu ? tidak satupun wanita yang mau kompromi dengan kelakuan labil anaknya yang seperti ini. Apalagi secara kasat mata anaknya juga memang anak yang tidak benar. Terlalu gemas dengan pembelaan yang diberikan Jayden, Alex langsung kembali ingin menggeret kerah kemeja anaknya jika saja tidak ada Steve dan Luiz yang menghadang langkah tegapnya. "Alasan klise kamu. Gak ada masuk akalnya sama sekali tahu enggak ? Kaya gak punya otak. harusnya kamu tetep tanggung jawab mau apapun yang dikatakan Thania ! perempuan kalo dimasa 'itu' wajar. Mama kamu juga dulunya kaya gitu, apalagi Thania yang kondisinya seperti ini. Mikir gak kamu kalau kamu bener-bener ninggalin wanita ini sendirian ? Mau sama siapa dia nanggung bebannya. Kakak kamu juga perempuan Jayden. Kalo posisi kakak kamu sama persis seperti Thania, rela kamu kakak kamu ditinggalin sama laki-lakinya sementara dia harus nanggung beban hidupnya sendirian." Bentaknya lagi sambil menunjuk kasar wajah anaknya yang saat ini sedang menunduk membenarkan apapun yang saat ini dikatakan oleh papanya. Alex terus memberikan sumpah serapahnya sambil mencengkram kerah kemeja anak bungsunya. Sedangkan Luiz yang melihat semua itu langsung segera melerai. Pria tersebut mencoba meredam amarah yang saat ini meletup-letup didiri Alex. "Om." Cegahnya, saat Alex ingin kembali menghantamkan tinjunya. "Sabar ! om jangan main kekerasan terus ! kita masih bisa bicarakan semua masalah ini baik-baik. Ada benarnya juga yang dikatakan Jayden. kita seharusnya tanya dulu ! Mau bagaimanapun, yang berbuat dan yang akan menjalani semuanya tetap mereka. Kalau om terus-terus mukul anak om. Sampe bayi didalam perut Thania lahir juga kita gak bakalan nemuin solusinya." Teriak Luiz. Karena jika tidak berteriak Alex mungkin tidak akan bisa mendengar perkataanya. Perlahan tapi pasti Alex mulai menurunkan cengkramannya. Dia mulai menatap tajam kearah Jayden. Lalu digiring menuju tempat duduk untuk menindak lanjuti permasalahan mereka. Sekitar dua jam lebih pembicaraan tersebut berlangsung. Dengan sepenuhnya pembenaran ada didiri Jayden. Awalnya pria tersebut ingin bertanggung jawab mengenai kehamilan kekasihnya, namun ditolak mentah-mentah oleh Thania karena tidak ingin ketahuan oleh kedua orangtuanya. "Jadi karena masalah ini sudah jelas. Lebih baik kita nikahkan saja keduanya ! Terserah mereka mau saling cinta atau tidak kedepannya ? Yang jelas Thania harus menikah, karena jika tidak nama baik keluarga kami yang menjadi taruhannya." Ulang Luiz lagi. Meskipun hanya hening yang semua orang berikan saat saran demi saran pria tersebut lontrakan. Tapi untungnya Steve ikut memberikan tambahan solusi yang bisa meringankan beban keponakannya. Yang awalnya mereka tidak setuju jadi berpikir ulang setelah Steve yang memberikan tambahan solusi untuk mereka berdua. "Selain Thania juga bisa terjamin kesehatannya, Jayden juga belum bisa mencari nafkah untuk Thania. Jadi ada baiknya jika mereka tidak tinggal serumah dan tetap tinggal satu atap dengan orang tua mereka masing-masing. Kami keluarga dari Thania tidak akan khawatir. Jayden juga bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya asalkan dia harus bisa mencari nafkah dulu setelah mereka menikah." Bahkan jika setelah anak mereka lahir tumbuh kembali benih-benih cinta diantara keduanya. Kedua belah pihak juga boleh kembali benar-benar menikah ataupun menghentikan pernikahan mereka. Selain karena pernikahannya tidak akan sah karena ada janin diperut mempelai wanitanya. Mereka juga belum bisa hidup mandiri. Keduanya adalah anak-anak manja. Tapi semua itu bisa terwujud jika ada restu dari Christ yang mengijinkan pernikahan sementara mereka terjadi. Untungnya setelah mendengarkan perkataan tersebut, pria dua anak tersebut tidak berkomentar dan langsung setuju dengan solusinya. Tanggal pernikahan segera mereka tentukan. Karena ini bukan pernikahan normal, rencananya kedua belah pihak hanya akan menggelar pesta sederhana. Cukup keluarga dekat saja yang hadir, yang lainnya tidak perlu. *** Luisa menangis sesenggukan setelah dirinya keluar dari rumah tersebut dan memilih menepi. Tidak ikut bersama rombongan kedua orangtuanya tapi memilih membawa mobilnya sendiri lalu menepi disebuah taman kosong yang dikiranya tidak akan ada orang disana. "HAAAAAAAAAAA,..." Teriaknya benar-benar melampiaskan seluruh emosi disertai deraian air mata yang bercucuran membasahi pipinya. Luiz benar-benar keterlaluan memperlakukan dirinya. Meskipun sejak dulu terbiasa diabaikan. Tapi ketika pria tersebut kembali menyakiti hatinya. Luisa benar-benar merasakan hancur yang luar biasa. Rasanya seluruh puing-puing kenangan bersama pria tersebut ingin dia hancurkan apalagi ketika dia lihat sendiri wanita yang kemarin dia lihat bersama pria yang dicintainya tiba-tiba saja datang diakhir acara lalu mengajak Luiz untuk pergi bersamanya. "SAMPAI KAPAAAN ?,..." "MAMA LUISA CAPEK MAAH. LUISA NYERAH. Mencintai tanpa dihargai itu rasanya sakit,... Sampai kapan harus kaya gini terus ?,... Kenapa tuhan gak pernah adil sama hidup luisa ? Luisa yang lebih dulu kenal sama Luiz tapi kenapa harus Luisa terus yang disakitin hatinya ? Kurang apa Luisa mah ? Luiz kalo emang gak mau sama Luisa, Dia bisa bilang dari awal mah. Luisa juga gak bakalan maksain semuanya,... Kalo dia bilang dari awal, Mungkin rasanya juga gak bakalan sesakit ini, Hiks, hiks. Sakit banget maaaah. Luisa hancur. Demi Luiz Luisa bahkan sampe kehilangan kehormatan Luisa. Kenapa tuhan harus sejahat itu sama Luisa ? Dosa apa sebenarnya Luisa TUHAAAAN ?,..." Isaknya. Seraya berteriak kencang, dia juga memukul-mukul kasar dadanya. Rasanya sakit melihat pria yang begitu dicintainya memperlakukan dia seperti itu. Bukannya mendapatkan penjelasan mengenai wanita yang dulu dilihat olehnya. Sekarang malah penjelasan tersebut yang datang sendiri namun sama sekali tidak sesuai dengan harapannya. "SEPERTINYA, mulai hari ini Luisa menyerah. Luisa akan melepaskan Luiz. Hiks, Hiks, Hiks,.. Luisa juga bakalan pergi dari negara ini. LUIZ JAHAT MAH. LUISA BENCI SAMA LUIZ." Teriaknya lagi untuk kesekian kalinya perempuan tersebut melampiaskan amarahnya. Dipikirnya taman ini benar-benar sepi seperti dugaan awal Luisa. Dari ujung taman, Steve yang baru saja tiba karena ada urusan mendadak ditaman tersebut tidak sengaja mendengar teriakan Luisa. Dia merenung sebentar melihat bagiamana perempuan tersebut menangis. Jadi ini alasan besar Luisa menolak pertanggung jawaban dari dirinya. Memilih menggugurkan daripada menikah dengannya. Semua itu ternyata Luisa lakukan hanya demi bisa meraih cintanya pria tersebut. Entah dia sebenarnya harus sedih atau lega ? Setelah selesai dari dia melihat wanita tersebut menangis. Steve memilih berbalik. Lalu pergi meninggalkan wanita tersebut sendirian ditaman. Menangis sesenggukan, bahkan berteriak kencang kembali seperti orang gila yang baru saja putus dari pacarnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN