Keputusan sepihak

1215 Kata
Luisa bangun keesokan paginya. Dengan kondisi kamar yang berantakan. Dibagian bawah, sesuatu seperti rasa terbakar mulai terasa perih dibawah selangkangannya. Steve merasakan pergerakan disampingnya. Luisa sedang meringis sambil menatap miliknya. "Om ?." Dia sepertinya ingat dengan wajah Steve. "Kenapa om disini ? Kok dibagian bawah Luisa sakit ? Luisa gak pake baju ya ? Om ngapain Luisa sebenarnya ?, Kenapa Luisa bisa ada ditempat ini ? Om perkosa Luisa ? sumpah, jahat banget sih, Auw." Steve sudah bisa menduga jika respon pertama Luisa akan seperti ini. Luisa kembali mengamuk seperti layaknya perempuan yang baru saja kehilangan keperawanan untuk pertama kalinya. Steve mencoba menenangkan Luisa, tapi wanita disampingnya ini terlalu keras kepala. Dia tidak bisa menerima kenyataan yang ada. Kalau bukan wanita ini duluan yang merayunya, Mana mungkin Steve juga tega melakukan hal 'itu' pada Luisa. "Saya bener-bener gak bohong sama kamu. Kalau kamu gak percaya, Kamu bisa liat cctv dikamar ini ! Saya yakin pihak hotel pasti punya buktinya,... Luisa saya gak mungkin sejahat itu, sebejat-bejatnya saya, kalau kamu gak mulai duluan saya juga gak mungkin ngelakuin 'itu'." Luisa terdiam dengan pembelaan yang diucapkan oleh Steve. Sejak awal Steve memang sudah memutuskan untuk bertanggung jawab. Bisa saja dia tadi cepat pergi. Sebelum Luisa bangun, tapi bukan itu yang dia mau saat ini. "Saya bakalan tanggung jawab. Kalau kamu mau terima saya, saya bisa nikahin kamu sekarang juga." What ? "Gak gitu juga kali om !! Apaan sih." Luisa perlahan juga mulai mengingat satu persatu kejadian tadi malam yang sebenarnya terjadi seperti apa. Disini ternyata kesalahan tidak sepenuhnya ada pada Steve. Dia tahu jika ada orang lain yang mencoba memberikan obat perangsang pada dirinya. Sekian menit mereka hanya terdiam, tidak ada satupun yang berinisiatif untuk memulai percakapan. Steve menunggu Luisa untuk menanggapi penawarannya. Luisa menggigit bibir. Tawaran Steve cukup bagus. Tapi menikah diusia yang seperti ini ? Mamanya juga tidak akan mengijinkan. Alex akan memarahi Luisa habis-habisan. Siapa suruh dia memaksa pergi ke-Swedia. Sudah dilarang beribu-ribu kali oleh ayahnya, anak nakal tersebut malah kabur. Mungkin ini jugalah karma Luisa karena sudah berani melawan perintah dari ayahnya. Steve kembali memandanginya sambil menumpu tangan diatas selimut. "Luisa saya memang b******n, Saya b***t, tapi untuk urusan seperti ini, saya tidak akan pernah lari dari tanggung jawab. Kamu bisa pegang kata-kata saya ! Tapi kalau kamu belum siap, kamu boleh memikirkannya terlebih dahulu ! Seandainya suatu hari terjadi 'sesuatu' dengan kamu, saya siap tanggung jawab. Kamu tahu dimana rumah saya ! Hubungi orang tua saya. Katakan pada mereka yang sebenarnya ! Setelah itu saya akan benar-benar bertanggung jawab dengan kamu." Gila orang ini. Sepertinya Steve benar-benar tidak main-main dengan tawarannya. Menceritakan aib pada orangtuanya sendiri. Laki-laki seperti ini pasti sudah gila, mana ada anak yang mau ketahuan aibnya ? Apalagi ini oleh orangtuanya sendiri. Luisa pun tidak mau terlalu mempermasalahkan masalah ini. Setelah sekian lama diam, dengan mulut menganga. Pada akhirnya wanita berdarah campuran tersebut menolak usulan dari Steve. Steve tidak perlu bertanggung jawab dengan dirinya ! Seandainya terjadi sesuatu-pun dia bisa menanganinya sendiri. Menangani yang seperti apa ? Biarlah itu yang menjadi urusan Luisa nanti. "Kamu mau menangani yang seperti apa ? Saya mau tahu sebelum kamu melakukan sesuatu dengan diri kamu." Dan Steve-pun dibuat terkejut dengan pernyataannya. Sakit hati karena Luisa memilih mengaborsi daripada menerima tanggung jawab dari Steve. "Segitu jijiknya kamu sama saya ? Sampai anak saya-pun kamu mau aborsi." Aelah. Dasar laki-laki kuno. "Lagian bukannya bersyukur ! Ya udahlah, ini juga jamannya udah jaman maju kali om. Kalau misalnya kemarin Luisa jadi di-unboxing sama orang tua itu, Luisa juga tetep bakalan gugurin kandungan Luisa. Gila aja kalo aku tetep pertahanin kandungan. Ya kali umur masih segini. Sekolah juga aku baru lulus udah gendong bayi. Mau ditaro dimana muka aku nanti ? Papa juga pasti bakalan marah besar sama kita. Main aman ajalah om ! Aku juga gak keberatan. Kita lupain masalah hari ini ! Kedepannya, kalo misalnya kita ketemu lagi, Please ! Om jangan bilang-bilang sama orang, kalo om pernah unboxing aku !." Steve benar-benar kehabisan kata-katanya setelah Luisa mengatakan jawaban sepanjang itu. Sekali lagi mereka benar-benar tidak menemukan titik temu. Keesokan paginya Steve mengantarkan Luisa sekalian dia pulang ke-negaranya. Benar-benar tidak ada komunikasi. Selesai mendarat, Keduanya bahkan tidak bertemu sama sekali. Luisa kembali kedalam kediamannya, Begitupun Steve yang juga kembali untuk pertama kalinya kekediaman utama. "Oh My God. Abang ? Seriously ? Ini bener-bener lu ?." Tuiinggg__ Steve hanya menoyor gemas adik kesayangannya saat dia tiba lalu diejek oleh Leoni. Leoni berteriak memanggil ibunya. "buuuu,... Daddy,... Abang Steve udah pulang nih. Dia kayanya baru patah hati deh bu. Badannya lemes gitu soalnya." "Bhahahahaha,..." Steve juga hanya tertawa geli saat adiknya meledek dia seperti itu. Tidak sepenuhnya salah memang. Alasan kenapa Steve kembali ketempat ini lagi adalah karena Luisa. Dia takut sesuatu benar-benar terjadi padanya. Minimal satu bulan. Dia akan memastikan itu terlebih dahulu. Jika memang tidak ada sesuatu, maka baru dia akan kembali lagi tinggal sendirian diapartemennya. Ibunya Leoni turun setelah mendengar teriakan yang dilontarkan oleh anak bungsunya. Bahagianya dia. Akhirnya yang ditunggu-tunggu sejak lama pulang juga. "Akhirnya kesayangan ibu pulang juga. Lemes banget kamu sayang, kenapa ? Sakit ya ? Sini-sini ikut ibu ! ibu baru selesai masakin makanan kesukaan kamu. Tau banget sih ibu, kamu pasti hari ini bakalan kesini." Wooylaah. Ibunya ini memang peramal yang handal. Paling sakti sejagat raya ini. Steve akhirnya memberanikan diri untuk masuk lebih jauh sesuai dengan apa yang diinginkan oleh ibunya. Makanan berlimpah benar-benar tersaji didepan mata. Hari ini ibunya benar-benar memasak semua menu, sesuai dengan kesukaan kedua anaknya. "Makan yang banyak ! ibu panggil Daddy dulu sebentar ! Oke !." Steve dan Leoni hanya mengangguk setelah itu keduanya mengambil tempat duduknya masing-masing. Beberapa saat setelah ibunya naik, Daddy Steve juga ikut turun. Orang Tua bermarga sama dengan nama belakang kedua anaknya. Tentu saja tersenyum senang. Leonard mencium sayang anak sulungnya. Steve akhir-akhir ini sangat sulit untuk diajak kompromi. Jangankan disuruh pulang, diajak makan malam diluar saja anak ini selalu menemukan alasan yang tepat untuk menolak permintaan ayahnya. "Daddy seneng kamu pulang. Abis ini kita ngobrol ya !." Dan hal ini jugalah yang paling Steve benci, paling Steve hindari saat ayahnya meminta dia mengobrol secara pribadi. Steve dengan berat hati hanya mengangguk ketika mendengar ayahnya meminta hal seperti itu. Leoni disamping tempat duduk Steve mengayunkan alisnya. Akhirnya setelah sekian purnama. Tiba juga waktunya untuk dia bisa beristirahat dengan tenang, tidak melulu mengurusi karir ataupun kepentingan yang dibangun oleh inisiatif ayah mereka. "Gue abis ini bakalan ambil liburan yang panjang. Percaya gak lu ? selesai ini gue gak mau lagi ditumbalin sama lu." Respon kakaknya malah tersenyum mengejek. Tidak semudah itu kata Steve ! Karena Steve juga sudah memutuskan apa yang akan dia bangun dimasa depannya. Kalaupun dia ingin mengurus bisnis ayahnya, Steve akan melakukan semua itu diluar waktu luangnya sebagai seorang pilot. "Gue gak bakalan jadi bonekanya mereka. Lu yakin bisa kabur selama gue gak nurutin permintaan mereka ? coba aja kalo bisa !." Celetuknya Sialan. Respon Steve benar-benar membuat Leoni bertanduk. Seperti makan bersama lainnya yang selalu mereka berdua hadiri. Leo mulai mengayunkan sendoknya kearah Steve. Steve pun melawan. Mereka bertengkar. Ayah, ibunya hanya tersenyum saja. Mereka tidak tahu jika yang dipertengkarkan oleh mereka adalah usulan dari kedua orangtuanya. "Sialan Lu bang." "Leon,,," "Mampus." Ujar Steve ketika ibunya menegur. Lalu mengayunkan peringatan pada ucapan Leoni barusan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN