Rencana Lusi

1234 Kata
Ini sudah hampir satu bulan Steve menunggu Luisa ataupun kabar mengenai kondisinya. Tinggal satu hari terakhir setelah itu dirinya akan benar-benar berhenti lalu kembali lagi pada kehidupan awalnya. Tinggal sendirian diapartemen, lalu hidup bebas bersama teman-temannya. Luisa sejak kejadian sama sekali tidak ada niatan untuk menghubungi nomor Steve. Padahal Steve sudah selipkan nomor telponnya dan juga sepucuk surat kecil untuk Luisa disaku celana barunya. Kebetulan saat itu Steve-lah yang membelikan seluruh keperluan wanita itu. Dia merasa harus bertanggung jawab terhadap semua yang ada di diri Luisa, Jadi apapun kebutuhan Luisa, Termasuk pakaiannya, Dihari itu, Steve sendirilah yang menyiapkan segalanya. Mana Lusi juga saat ini semenjak insiden hari itu semakin bertambah lengket pada Steve. Setiap malam selalu mengajak bertemu. Lusi tahu saat ini Steve sedang tinggal dirumah kedua orangtuanya. Tujuannya jelas, Dia sangat ingin memanfaatkan waktu berharga tersebut agar Steve mau membawanya, lalu memperkenalkan dia, sebagai status yang pasti yaitu sebagai seorang kekasih pada kedua orang tua Steve. Seperti yang saat ini tengah wanita itu lakukan. Seperti biasa, dimalam hari setelah Steve baru saja tiba dikediamannya. Lusi langsung menghubungi Steve untuk mengajaknya bertemu. Dia ingin bertemu dengan Steve disebuah hotel, tapi Steve sama sekali tidak menerima ajakannya. "Ayolah sekali ini saja lagi ! setelah ini aku janji gak bakalan ganggu kamu lagi." Diujung tempat tidur, Steve hanya menghembuskan napasnya kasar ketika Lusi mengirimkan pesan suara pada ponselnya. Sudah dibilang berkali-kali tapi sepertinya otak wanita ini sedikit bodoh. Saat dia ingin membalas pesan suara dari teman kencannya, Belum juga pesannya terkirim, Lusi malah mengiriminya kembali pesan, namun kali ini bunyi pesan yang disampaikan Lusi sedikit berbeda. "Tapi kalo kamu nolak aku lagi, Aku janji, kurang dari lima menit, taksi yang biasa aku tumpangi aku pastiin udah parkir dihalaman depan rumah kamu." "Bangsat." Sifat inilah yang paling tidak Steve sukai dari Lusi. Jika dia mempunyai keinginan, lalu keinginan tersebut tidak segera dipenuhi, ancaman Lusi selalu saja mengarah pada kedua orangtuanya. Terpaksa Steve juga kali ini kembali menuruti permintaan konyol dari Lusi. Steve bergegas mengganti seragamnya. Begitu pesan dari Steve yang berisi jawaban dari ajakan Lusi sampai, Lusi diseberang sana juga langsung berjingkrak senang. Ada sesuatu yang sudah dia siapkan untuk pria pujaannya tersebut. Tinggal tunggu Steve datang kekamarnya. Jika tidak ada aral halangan yang melintang, Dia bisa pastikan satu bulan kedepan, akan ada kabar baik yang bisa Steve terima dari dirinya. *** Sementara disisi lain, Steve malah memilih buggati ketimbang Tesla saking dia cintanya dengan merek terkenal dunia tersebut. Arahnya sudah jelas harus ditentukan kemana. Hotel 'xxxxxx' Dengan lambang wanita memangku bulan menjadi tujuan utama Steve saat ini. Seperti biasa suasana disana juga terlihat ramai karena pengunjung hotel lebih menyukai pemandangan malam dibandingkan siang harinya. Steve menarik napas dalam ketika melihat segerombolan tersebut berlalu lalang melewati dirinya. Didalam sana Lusi sudah berpuluh-puluh kali menghubungi nomornya. Entah dia takut Steve tidak jadi datang kekamarnya atau bagaimana ? selesai bunyi dering kedua diponsel Steve berhenti, dari arah pintu lobi, wanita seksi tersebut sudah berdiri lalu berlari kencang kehadapan Steve. "Astaga, aku pikir tidak jadi datang. Syukurlah, akhirnya kamu tepat janji. Ayo ! Aku udah siapin minuman bagus buat kamu didalam." Kata Lusi menggandeng tangan Steve, kemudian menuntunnya agar cepat-cepat masuk, takut jika dimenit selanjutnya halangan kembali datang, dan Steve akan kembali pergi sebelum mereka melakukan ritualnya. Steve yang ada disampingnya juga hanya terdiam saja. Merasa tidak ada gunanya dia melawan, Steve hanya bisa melepaskan gandengan tangan Lusi dipergelangan tangannya. "Jalan seperti biasa saja. Aku sedikit kurang enak badan, orang lain juga bisa salah paham kalau kita berjalan saling bergandengan seperti ini." Ketus Steve. Baru kali ini dia mengatakan hal sekasar itu pada dirinya. Lusi yang berada disamping hanya syok dengan penolakan tiba-tiba dari Steve. Mereka saling berdebat satu sama lain. Saat tengah sibuk dengan perdebatan tidak pentingnya, dari arah samping pintu masuk lobi, seseorang yang sangat Steve kenali tengah berdiri anggun sambil ditemani seorang pria tampan disampingnya. "Luisa." Luisa saat ini sedang menggunakan gaun malam seperti ingin menghadiri acara penting dihotel ini. Dengan belahan d**a dibawah normal. Kulit putihnya terekspose kemana-mana. Steve menggertakan giginya kesal, tanpa mau lagi memperdulikan kehadiran Lusi disampingnya pria tersebut berjalan maju, Steve menarik kasar pergelangan tangan Luisa. Bisa-bisanya, ditengah kekhawatirannya selama ini, Luisa malah sedang bersenang-senang dengan pria lain. "Bisa-bisanya kau ini. Aku setiap hari khawatir dengan keadaan kamu, Kamu malah enak-enakan cengengesan dengan laki-laki sialan ini." Saking dia marahnya, Steve tidak bisa mengontrol prilakunya terhadap Luisa dihadapan umum Luisa menaikan alisnya melihat tempramen Steve yang seperti itu. "Om, om lupa sama perjanjian kita ? Om mau bikin malu Luisa ? Lepasin om ! agak kurang waras emang orang tua satu ini." Ceplos Luisa sambil menatap sekeliling kemudian mengayunkan tangan Steve hingga terlepaslah cengkraman tangannya dari pria tersebut. Steve menatap sekeliling termasuk pada pria yang tadi ada disamping Luisa dan juga kekasih malamnya. Luisa pergi begitu saja dengan teman prianya. Sedangkan Steve mengusap kasar wajahnya. Bisa-bisanya ditengah keramaian seperti ini dia kehilangan pengendalian dirinya seperti itu. "Sialan." Setelah itu Lusi yang dari tadi hanya memperhatikan mereka dibelakang perlahan menghampiri Steve dan menanyakan alasannya. "Steve ada apa sebenarnya ? Siapa juga anak kecil tadi ?." Mulut lancang ini memang tidak bisa diam barang sejenak saja. Tapi Steve sama sekali tidak mau menjawab pertanyaan dari Lusi. Steve berlalu tanpa sedikitpun menatap kearah teman kencannya. Lusi mengikuti Steve seraya menuntunnya agar tidak salah jalan. Didalam kamar keduanya hanya duduk saling berhadapan. Meskipun sudah tersedia makanan mewah didepan meja mereka, saat bayang-bayang Luisa dan pria asing tadi berseliweran didepan ingatannya. Gertakan kembali menggema diruangan kedap suara tersebut. Lusi yang ada didepannya pun hanya berdehem pelan, dia menggoyangkan anggur untuk menyadarkan kembali Steve. Steve juga hanya menatapnya dingin. Tujuan Lusi kali ini adalah untuk mendapatkan benih unggul agar nanti dia bisa mengandung anak dari Steve. Tapi jika perkara tadi malah mengganggu rencana dan pikiran dari pria tersebut, sepertinya otak cerdasnya harus buru-buru bertindak agar seluruh rencana bisa berjalan dengan mulus. Lusi bangun dari kursinya. Dia mulai memutari badan Steve dengan gerakan melenggoknya. Awalanya hanya berupa usapan kecil lama-kelamaan tangan wanita tersebut mulai bertindak, Lusi memeluk Steve dari arah belakang. "Sayang, kalau tidak mau minum, kita bisa langsung main diranjang." Goda Lusi seraya mengusap d**a bidang dari Steve. Perlahan wanita cantik tersebut menuntun Steve agar bangkit dari duduknya. Steve mengikuti kemanapun permainan dari Lusi. Saat Lusi mencium buas setiap inci dari leher putih Steve, dibawah laci, sebuah botol kecil dan juga plastik putih misterius mencuri perhatian dari Steve. Steve mendorong pelan tubuh Lusi agar menghadap kearahnya. "Lusi jangan buru-buru ! Pergi kekamar mandi dulu ! Saya akan tunggu disini sambil meminum wine itu." Perintah Steve sambil menunjuk kearah botol wine dan juga cemilan kecil diatas meja. Lusi hanya tersenyum sambil berlalu mengikuti apa yang baru saja dikatakan oleh Steve. Pada saat Lusi masuk kedalam kamar mandinya, barulah Steve bisa bergerak untuk melaksanakan aksinya. Dia merogoh bungkusan mencurigakan tersebut. Disana tersedia beberapa pil untuk obat perangsang, disampingnya juga terdapat kondom rusak,, dimana dibagian ujungnya sudah Lusi lubangi meskipun kecil karena takut ketauan oleh Steve. Steve langsung mengernyit melihat kelakuan Lusi yang seperti ini. Entah dia hanya berfikiran buruk atau bagaimana ? Masih ingin mencari bukti lain selain bukti yang ada ditangan kirinya, Steve membuka laci kecil yang ada disamping tempat tidur Lusi. Ternyata masih ada bukti lain disana. Masih ada s**u khusus untuk pasangan baru yang ingin cepat-cepat mempunyai keturunan. Dari sini Steve baru bisa melihat jelas tujuan Lusi memanggilnya kemari untuk apa. "Oh. jadi dia ingin bermain-main denganku rupanya ?."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN