Tawaran

1745 Kata
Steve menemui Lusi yang sejak tadi sudah menunggunya diujung taman yang tidak jauh dari posisinya Luisa menangis tadi. Dengan pakaian terbuka seperti saat dia menemuinya dihotel sebelumnya. Saat matanya bersitatap dengan pria tersebut. Satu buah pelukan langsung melayang. Lusi langsung menubruk Steve seraya memagut bibirnya penuh dengan kerinduan. Sedangkan Steve hanya membalasnya dengan datar lalu mendorong pundaknya untuk segera menjauh dari tubuhnya. "Jangan buang-buang waktu ! Ada apa manggil saya kesini ? malam ini saya harus menemui pak handoko. Kalo kamu gak ada yang serius, saya mending pergi dari sini." Tanya-nya dengan wajah ketus, lalu memilih duduk sambil menunggu penjelasan Lusi yang dia yakini tidak akan penting karena sejak dulu dia sudah tahu tabiat wanita tersebut dalam mengelabui mangsanya. Awalnya Lusi hanya diam saja. Tapi setelah melihat Steve mulai membuka ponselnya dan menerima panggilan yang isinya suara wanita. Perempuan itu segera menubruk Steve, kemudian melempar ponselnya digantikan bibirnya dan juga tubuh Lusi yang kini duduk diatas pangkuan, mencoba menggoda Steve dengan memagut bibirnya penuh dengan gairah. "Akh. Steve." Erangnya. Padahal dia sendiri yang menciptakan rangsangan itu dengan cara menekan-nekankan payudaranya didada Steve, lalu mencium lehernya seraya mengerang ketika ujung kejantanan pria yang memangkunya bergesekan dengan inti basah miliknya. "Steeeve,..." Erangnya lagi. Memaksa pria tersebut untuk merespon. "Ayo main disini ! Kebelet bangeth aku. Tadi nanggung. Aku bangun kamu udah, akh,... pergi." Desahnya. Sebenarnya desahannya itu tidak benar-benar membuatnya begitu terangsang. Tapi karena gesekan Lusi dan juga permainan bibirnya yang terlalu intens. Steve yang tadinya biasa saja juga jadi lama-lama terpancing lalu meremas b****g Lusi seraya menekankan intinya agar bersatu dengan inti pria tersebut. "Akh,..." Desahnya lagi terus menggoda Steve dengan cara membusungkan dadanya kearah d**a pria tersebut. Lusi meminta Steve untuk meremas payudaranya. Steve dengan sigap melakukan itu. "Aaaakkhhh,..." Keduanya mendesah beriringan ketika salah satu dari mereka mulai mengeksplor lebih jauh lagi. Tangan kekar Steve mulai menelusup melalui celah baju terbuka baju dinas Lusi. Awalnya pelan, lama-lama dia remas kuat gundukan tersebut berbarengan dengan bibirnya yang mencecap tidak sabar setiap inci dari tulang selangka Lusi lalu turun menuju ujung gundukan kenyal yang saat ini sedang membusung pertanda jika pemiliknya ingin segera disentuh saat ini juga. "Mau main disini atau kita cari penginapan terdekat ?." Tanya Steve sebelum mereka bermain lebih jauh lagi lalu menatap kearah sekeliling setelah itu mencium kuat bibir Lusi seraya menggeram tidak tahan ketika tangan nakal wanita tersebut mengusap-usap bagian luar dari kejantanannya. "Akh, Steve,.." Bukannya menjawab yang dilakukan Lusi juga malah mendesah seraya menurunkan tubuhnya. Lusi yang tadi duduk diatas pangkuan Steve kini duduk berjongkok didepan kejantanannya. Tanpa sedikitpun berniat ingin memberikan jawaban, bibir wanita tersebut langsung melahap, benda berurat yang sudah sejak tadi mengeras lalu menyembul dibalik resleting yang dibuka oleh Lusi saat ini. "Menurut aku, main disini sambil coba suasana baru bakalan lebih menantang. Akh,.. Hmmmmppttt,..." Desahnya. Sambil mengulum benda tersebut keluar masuk dari mulutnya. Lusi melanjutkan kembali perkataannya. "Lagian setelah ini juga kamu harus kerumah pak Handoko." Lanjutnya lagi kemudian berganti desahan Steve dan juga remasan kasar pria tersebut dirambut belakang kekasih malamnya yang saat ini tengah menyedot miliknya. Memaju mundurkan lalu dengan sekuat tenaga menghisap dan memutar-mutar kepalanya. "Aaaaaaaaakkkkhhhh,..." Erang Steve benar-benar tidak tahan lagi dengan apa yang dilakukan oleh wanita nakal dibawahnya. Steve menggigit bibir seraya melihat perbuatan Lusi. Melihat bagaimana bibirnya memaju mundurkan benda panjang berurat tersebut membuat Steve semakin b*******h. Steve mulai meremas kuat p******a menggumpal milik Lusi. Lalu menarik tubuh wanita tersebut untuk tidur terlentang diatas bangku sementara tubuhnya menindih tubuh Lusi kemudian menyibak gaun pendek tersebut agar tidak menghalangi jalannya. Dia melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Lusi. Lusi kembali menggeram disetubuhi oleh Steve. Awalnya hanya satu jari dan juga bibirnya yang masuk. Lama-lama dia sodorkan juga kejantanannya diatas wajah wanita tersebut sehingga posisinya saat ini Lusi mengulum kejantanan miliknya sedangkan Steve mengulum kewanitaan milik Lusi seraya memasukan kedua jarinya kedalam sana. "Akh, Steve,.. Terus honey ! Terus ! Akh,..." Desahnya benar-benar membuat Steve gelap mata. Percintaan tadi yang sebelumnya mereka lakukan didalam hotel tidak ada apa-apanya dibandingkan percintaan mereka saat ini. Hawa dingin dan juga perasaan menantang takut ada orang lain yang melihat menambah kesan erotis pada percintaan mereka. Steve mulai memasukan kejantanannya melalu inti hangat milik Lusi. Baru satu tusukan wanita tersebut sudah bergelinjangan bukan main. Ternyata memang benar bercinta dialam liar lebih menakjubkan daripada bercinta didalam rumah. Adrenalin mereka terpacu lebih cepat. Rasa b*******h sekaligus terbakar menelungkupi masing-masing diantara keduanya. Sementara Lusi berteriak mengatakan kata-kata vulgar, steve terus bergoyang. Dia menarik lambat kejantanan tersebut ketika sudah mengeluarkan larvanya. Lusi mencium dalam bibir Steve. Steve juga melakukan hal yang sama sampai keduanya berlanjut melakukan kembali penyatuan mereka ditempat lain. Steve menuntun Lusi untuk masuk kedalam area taman. Area bermain anak-anak menjadi sasaran aksi panas keduanya. Tak jarang semua permainan mereka coba. Dengan keadaan tubuh yang sama-sama telanjang. Steve menggoyang Lusi dari arah belakang tempat anak kecil biasa bermain kuda-kudaan. Dengan alat permainan yang mendukung. Keduanya bahkan hanya perlu bergerak sedikit maka akan ada alat tersebut yang bekerja memaju mundurkan kejantanannya. Posisi paling nikmat adalah ketika dirinya berada diatas. Ketika alat tersebut bergerak turun, maka dia bisa menembus jauh rahim Lusi sampai wanita tersebut mengerang kesetanan saking liarnya percintaan panas mereka. *** Rupanya kelelahan tidak menyurutkan mereka untuk tidak berbuat lebih jauh karena kesenangan tadi sama sekali tidak menyurutkan gairah mereka untuk melakukan hal-hal gila lainnya seperti bercinta diatas perahu ditengah danau yang saat ini tengah mereka tumpangi setelah keduanya berhasil pindah tempat dari taman. Lusi yang saat ini giliran mengambil kendali karena Steve yang kelelahan terus berada diatas wanita tersebut. Sinar rembulan memancarkan bayangan erotis dari tubuh wanita diatasnya. Putingnya bahkan menonjol sempurna membuat Steve gemas lalu mengulum kasar p****g tersebut disertai remasannya di p****g yang satunya. "Akh, terus Lusi ! Sial. Kau benar-benar menggairahkan." Racaunya sambil menerima hujaman dia hanya melihat pemandangan menakjubkan diatas tubuhnya. Lusi terus bersemangat memacu rudal kesayangannya. Sampai waktu setengah jam juga tidak akan mungkin cukup jika saja tidak ada bunyi panggilan dari pak handoko yang menginterupsi aktifitas mereka, lalu menyuruh Steve untuk segera datang karena sebentar lagi dia harus pergi, bukannya terus-terusan menunggu Steve yang tidak ada kejelasannya sejak tadi. "Sialan. Bangkot tua sialan. Sedang ada dimana kalian ? Bukannya cepat datang malah kalian asik main zinah diluar. b*****t kalian. Benar-benar pasangan kurang ajar. Bisa-bisanya kalian kerjain saya suruh nunggu berjam-jam ditempat ini. Kalau kamu masih mau bekerja di maskapai saya, SEKARANG JUGA TEMUIN SAYA Di RUMAH !. Masa bodoh saya harus duduk terus ditempat ini. Kamu pikir saya kambing TOLOL." Teriaknya setelah itu menutup panggilannya dengan teriakan kasar. Steve dan Lusi hanya menarik napas setelah menyelesaikan penyatuan terakhir mereka. Karena dia tidak membawa alat pengaman, jadi lahar putih tersebut dia semburkan dipaha putih kekasih malamnya. Tidak lupa dia memberikan tambah tip untuk pelayan Lusi yang tadi. Steve mengatarkan Lusi terlebih dahulu ke apartemennya. Sekalian dia menumpang kedalam kamar mandi. Setelah dia selesai dia melanjutkan kembali tujuannya menuju rumah pak Handoko yang saat ini sudah sangat sepi karena waktu malam yang sebentar lagi akan menuju pagi. *** "Hh, sampai juga kamu. Saya kira lupa arah gara-gara kena sumpalan s**********n jalang sialan." Sapanya ketika Steve baru saja masuk kedalam rumah kemudian duduk dengan santai mengabaikan pria paling berpengaruh di maskapai tempatnya bekerja. "Dari dulu kalian memang tidak ada adabnya dengan saya. Kamu dan Christ tidak ada bedanya. Sial saja karena saya sampai detik ini masih sangat membutuhkan bantuan kalian berdua. Kalau tidak, mana sudi saya mohon-mohon pada kalian seperti ini." "Langsung saja Steve. Karena kamu juga sudah kelihatan lelah dengan kegiatan biadab kalian yang entah saya juga tidak tahu kamu melakukannya dengan siapa ?, Tapi alasan kenapa saya meminta kamu datang kesini karena ada sesuatu hal yang ingin saya sampaikan pada kamu." "Kamu tahu penerbangan kita yang ada jepang ?." Tanya pak Handoko sebelum dia melanjutkan kembali perkataannya. "Iya. Yang kemarin katanya mengalami penurunan, sampai hampir gulung tikar karena tidak ada satupun penumpang yang mau memakai maskapai kita ?." "Sialan." Jawab pak Handoko, ketika Steve menjawab pertanyaannya itu dengan nada sindiran setengah menertawakan karena orang-orang disana tidak sehebat kinerjanya seperti yang ada disini. "Gara-gara ulah FO yang kemarin terkena kasus itu. Ada isu kalau maskapai kita tidak layak pakai. Dirjen perhubungan udara bahkan sampai meninjau langsung kasusnya,..." Fyuh. Bahkan pak handoko sampai menarik napasnya panjang, sebelum dia melanjutkan kembali, dia juga membuka tablet, lalu menunjukan pria tersebut yang saat ini sudah berhasil dia pecat. Dan dia beri daftar hitam karena sudah berani merugikan maskapai karena ulahnya. "Dia yang sudah merugikan maskapai kita. Karena ulahnya, pesawat kita hampir dilarang operasi dinegara tersebut,... Maksud saya memanggil kamu kemari adalah untuk menyelesaikan masalah ini." "Steve,..." "..." Steve hanya menyunggingkan alisnya sinis saat pak Handoko memanggil namanya, disertai tatapan memangsa pada dirinya. "Saya ingin kamu menggantikan tugas Christ dulu untuk menangani setiap apapun permasalah maskapai saya dan pindah tugas ke Jepang, agar apapun yang terjadi disana bisa kamu atasi dan carikan solusinya dengan segera !." Lanjutnya lagi benar-benar to the point dengan keinginan besarnya selama ini. Steve menyunggingkan senyumnya lagi setelah pak Handoko selesai bicara. "Sudah bisa ditebak. Tapi anda salah paham kali ini. Saya benar-benar berbeda jauh dengan Christ. Anda tahu sendiri biarpun saya memilih untuk tetap stay di profesi ini, tapi seperti yang bapak tahu, saya tidak kekurangan apapun, termasuk uang." Jawabnya dengan sedikit congkak. Pak Handoko hanya mengangguk sangat membenarkan kedua fakta tersebut. Dulu Christ juga sempat mengatakan hal yang sama. Tapi jika tidak pada mereka, pada siapa lagi dia harus meminta pertolongan ?. "Kalo bukan sama kamu, sama siapa lagi saya harus meminta bantuan ? Satu-satunya orang yang bisa dipercaya cuman kalian berdua. Christ tidak ada, jadi harus kamu yang menjadi gantinya !." Paksanya benar-benar memberikan ultimatum. Kali ini Steve benar-benar harus menerima tawarannya ! Pak Handoko juga menawarkan beberapa imbalan. Selain nanti dia dibuatkan basecamp khusus. Nanti disana juga Steve tidak perlu repot menyewa rumah. Seluruh akomodasi dan keperluan termasuk apartemen akan perusahaan tanggung. Asal dia mau dan mampu mengembalikan nama baik penerbangan kita disana. Berapapun nominal gaji yang pria itu minta, Pak Handoko pasti dengan senang hati memberikannya. "Cukup kamu perbaiki citra kita dimata orang-orang sana. Temui pihak bandara dan pemerintahan setempatnya ! Setelah semua permasalahan ini selesai, kamu juga pasti saya bolehkan untuk kembali ke Indonesia." Bujuknya lagi. Kali ini pak Handoko berharap Steve benar-benar mau mempertimbangkan ulang tawaran dari dirinya. Steve menyatukan jari untuk menimbang ulang tawaran pria tua dihadapannya. Karena berdiam diri disini juga dia tidak mempunyai alasan sedikitpun, ada baiknya juga dia pindah negara, siapa tahu di negara yang baru dia bisa menata lebih baik lago kehidupannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN