Bab 20: Misi Dimulai

1042 Kata
Pukul tiga sore Adi dengan Kevin memutuskan untuk pergi ke mansion utama milik keluarga pamungkas. Mulai hari ini mereka akan menjalankan misi mencari tahu kebenaran tentang siapa pemimpin keluarga pamungkas saat ini. "Di, sampe sana lu jangan bertingkah mencurigakan, buat aja kayak biasanya." Ingat Kevin dengan pandangan yang tetap fokus dengan jalanan di depannya. Sedangkan Adi sendiri hanya mengangguk dengan pikiran yang berkelana entah di mana. Satu persatu rahasia keluarganya terbongkar, dan semoga saja ini menemukan titik terang tentang praduga Kevin dan mimpi di dunia lain itu tidak benar. Ia masih belum yakin jika kakek yang selama ini menyayanginya memiliki niat jahat terhadap dirinya dan juga keluarga nya sendiri. "Gua gak mungkin berubah jadi power Rangers kan? Lagian gue gua tau gimana biar kita cepet selesai dari rumah itu." Kevin mengangguk. Mungkin memang benar jika Adi ternyata memiliki dua kepribadian, soalnya tingkah Adi sangat berbeda dengan yang biasanya ia lihat. Dari kejauhan Adi sudah bisa melihat bangunan megah mansion itu. Ia tersenyum singkat seraya membatin di dalam hati untuk cepat keluar dari sana di saat semua sudah terungkap. Begitu juga dengan Kevin yang menatap mansion itu dengan tajam. Mansion yang berisi orang-orang egois yang mau menang sendiri. Begitu mobil Kevin masuk ke dalam rumah. Mereka langsung disambut dengan pemandangan yang membuat keduanya menyeringai senang. Tepat di depan mereka, terdapat keributan di mana melibatkan kakek tiri dengan putra tirinya. Siapa lagi jika bukan Jefri? Tempat Jefri sudah tidak karuan dengan luka lebam yang menghiasi wajahnya, sedangkan sang kakek hanya terkekeh sinis di depan cucu tirinya itu. Entah apa permasalahan nya yang jelas Adi enggan mengetahui itu. Ia tidak ingin masalah seperti ini mengganggu rencana yang telah ia susun dengan Kevin, jadi lebih baik memang mengabaikannya. "Loh, Adi, Kevin. Kapan sampai?" Tanya pamungkas yang baru saja melihat kedatangan kedua cucunya itu. Kevin tak menjawab, sebenarnya ia sangat malas sekali melihat tua Bangka itu, tapi karena Adi memang orangnya penuh dengan kesopanan dan kasih sayang, mau tidak mau ia mengikuti sepupunya itu untuk menjawab kakeknya meski hanya deheman saja. "Iya, baru sampai, Kek. Apa kabar?" Tanya Adi seraya menyodorkan tangannya menyalin sang kakek yang kemudian diikuti Kevin dengan ogah-ogahan. "Najis, tangannya aja bau-bau neraka." Batin Kevin begitu selesai menyalam sang kakek. Pamungkas tentunya tersenyum lebar kesenangan, paling tidak di mansion sebesar ini ada kedua cucunya ini. Bukan hanya para perusuh saja. Pikirnya. "Kalian menginap?" Tanya Pamungkas yang melihat koper di masing-masing cucunya. Hal ini semakin membuat ia kesenangan sampai melupakan cucu nya yang lain yang sedang merintih kesakitan. Adi menggeleng begitu juga dengan Kevin. Keduanya saling lirik lalu tersenyum misterius. "Kami tinggal di sini," ucap keduanya yang membuat semua orang di sana terkejut. Apalagi keluarga lain yang memang tinggal di mansion itu, mereka bahkan menatap keduanya dengan tajam seolah mengisyaratkan ketidaksetujuan nya. "Bagus, bagus! Kakek suka kalian tinggal di sini. Silahkan masuk, maid selalu membersihkan kamar kalian, jadi sudah rapi." Ajak pamungkas yang diangguki kedua cucunya. Mereka berjalan melewati Jefri yang tengah menatapnya tajam, lalu melewati paman dan tantenya yang sedang menatap mereka dengan wajah berbeda-beda, ada yang panik, ada yang memasang wajah tak suka, ada pula yang bodo amat. Keduanya tidak terlalu memusingkan hal itu, malah bagus jika semua orang menentang keinginan mereka ini, maka akan semakin memperjelas semuanya. Begitu sampai di kamar. Adi merebahkan tubuhnya di atas kasur yang sempat ia tempati kemarin di dalam mimpi itu. Bahkan susunan kamar dan tata letak barangnya saja sama. Yang berbeda hanya dirinya yang tidak segarang itu. Tok! Tok! Tok! Adi segera bangkit dari rebahan ya, membuka pintu kamar dan langsung tersenyum lebar menyambut kedatangan om dan tantenya yang secara mendadak sudah berada di depan pintu kamarnya seperti hendak melabrak. "Om, Tante. Ada apa?" Tanya nya masih dengan wajah yang super super ramah. Tante marla yang langsung menunjukkan ekspresi kesal, sedangkan yang lain belum bisa adi tebak. "Gak ada, cuma mau nanya. Kalian berapa lama tinggal di sini?" Tanya pamannya yang dianggukki anggota keluarga lain nya. "Adi di sini selamanya, om, Tante." "Lantas bagaimana rumah kamu itu?" Tanya Tante marla dengan tidak sabaran. "Kalau rumah nanti Adi bakal rutin cek, lagian gak begitu jauh. Om sama Tante gak usah khawatir itu'" ujar nya yang pura-pura tidak mengetahui maksud dari kedatangan om dan tantenya ini. "Oh yaudah, om cuma mau tanya itu. Semoga betah yah tinggal di sinii." Adi mengangguk lalu membiarkan mereka pergi dari depan kamarnya dan menutup pintu dengan rapat. Apa sebaiknya ia dengan kevin tidur di satu kamar saja? Paling tidak mereka lebih mudah untuk berdiskusi. "Kevin!" Panggil Adi di depan pintu kamar milik sepupunya itu yang kebetulan berada berseberangan dengannya. Kevin membuka pintu dengan mata memerah dan muka bantal nya pertanda jika sepupunya itu sudah masuk ke alam mimpi tadi. "HM... Kenapa, Di? Ada masalah?" Tanpa menjawab Adi nyelonong masuk ke dalam kamar milik Kevin. Kevin sendiri hanya berdecak kesal karena ia diabaikan oleh sepupu laknatnya itu. Ia mengikuti Adi yang sudah rebahan di atas kasurnya. "Tadi om dan tante datang ke kamar, nanya bakal tinggal berapa lama." Cerita Adi begitu Kevin sampai di sebelahnya. "Terus lu jawab apa?" "Jawab aja bakal tinggal di sini, jadi gak bakal balik ke sana lagi." Lebih mengacungkan kedua jempol nya ke arah Adi lalu tersenyum senang. Paling tidak mereka membuat para manusia b*****h itu panik di hari pertama kedatangan mereka. "Setelah ini, kita ke mana? Dan ngapain?" Tanya Kevin. Adi tampak berpikir lalu mengambil sebuah buku dan pulpen yang ada di atas meja belajar Kevin. "Pertama kita buat dulu skemanya. Untuk yang bakal kita lakukan pertama kali mencari tahu silsilah keluarga dan sejarah keluarga pamungkas. Karena jujur aja penasaran banget sama dua orang yang menjadi utama keluarga. Selanjutnya kita pecahin masalah satu persatu." "Oke setuju, kita bakal cari tahu siapa sebenarnya pamungkas yang sekarang dan gimana sejarah keluarga ini, karena gue juga merasa kejanggalan ini berawal dari orang- orang yang menjadi pemimpin dari keluarga pamungkas." Adi setuju dan merasa jika apa yang dikatakan Kevin adalah kebenanran. Semoga saja rencana mereka bisa berjalan dengan lancar tanpa adanya hambatan. Akan tetapi mereka terlupa jika yang sedang dihadapi semuanya adalah serigala berbulu domba. Sehingga mereka tidak akan tahu siapa saja yang tulus dan siapa yang licik. "Ayah, bunda. Doain Adi bisa memecahkan permasalahan ini,.paling tidak kalian mendapatkan keadilan jika memang kecelakaan itu adalah konspirasi orang-orang yang sangat kita kenal."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN