Bersenang-senang di Turki
Sarah menoleh kebelakang melalui kaca mobil, dilihatnya Bayu yang berlari-lari mengejar mobil mereka sambil melambaikan tangannya.
“Please stop the car, sir!.” Sarah meminta sopir taksi mereka untuk menghentikan taksi. Karena ia merasa kasihan dengan Bayu yang berlari-lari.
Namun, Kris melarang sopir taksi itu untuk berhenti, hingga taksi pun terus melaju membelah jalanan kota Turki. Kris memerintahkan kepada sopir untuk mengantarkan mereka menuju ke Galata Bridge.
Sementara itu Bayu merasa sangat kesal dengan ulah sepupunya, Kris yang dengan teganya meninggalkan dirinya seorang diri di pinggir jalan.
“Dasar sepupu durhaka, awas saja nanti akan kubalas. Tapi, kalau difikir-difikir tidak mungkin Sarah hanyalah seorang sekretaris saja. Dilihat dari reaksi Kris yang berlebihan.”
“Sepertinya menyenangkan untuk mengganggu sepupuku yang satu itu.” Bayu kemudian menghentikan taksi yang lewat. Ia memerintahkan sopir untuk mengantarkannya menuju ke Galata Bridge.
“Untungnya, sepupu jahatku itu menyebutkan tempat tujuan mereka,” gumam Bayu. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 5 jam dari bandara akhirnya mobil yang di tumpangi Bayu sampai.
Ia meminta kepada sopir untuk mengantarkannya menuju ke restoran yang ada di sana, karena perutnya sudah berbunyi minta diisi. Penglihatan Bayu yang memang awas dapat melihat Kris dan Sarah sedang duduk di sebuah teras restoran sedang menikmati makanan mereka.
Dalam hatinya Kris berseru senang, karena berhasil menyingkirkan Bayu. “Enak saja, sepupu Buaya cap Kadal, itu. Mau gabung denganku, aku kan juga mau jalan-jalan berdua saja dengan Sarah.” Umpat Kris dalam hatinya.
Kris memutuskan untuk mengajak Sarah makan terlebih dahulu, setelah itu mereka akan menunaikan kewajiban mereka sebagai muslim. Barulah mereka berjalan-jalan menikmati keindahan pemandangan di sekitar Galata Bridge.
Sopir yang mengantarkan mereka mengatakan kalau pada saat sore hari apalagi malam hari pemandangan Galata Bridge akan terlihat semakin indah.
Dengan tersenyum penuh kemenangan, karena berhasil menemukan Kris dan Sarah, Bayu berjalan ke arah tempat duduk mereka berdua.
Kris yang hendak menyuapkan kofte (makanan khas Turki, semacam steak berukuran kecil seperti perkedel. Makanan ini berasal dari daging ayam, sapi, atau kambing yang digiling serta dicampur dengan bumbu-bumbu) ke mulut Sarah.
Namun, “Emm, lezat sekali. Terimakasih sepupuku tersayang. Tahu aja kamu kalau aku sudah tiba dan lapar, sampai kamu mau menyuapi diriku. Tetapi aku, bisa kok makan sendiri.” Kata Bayu dengan tidak tahu malunya.
Kris menggeram marah ke arah Bayu, dalam hatinya merutuki sepupunya yang 1 ini, “Dasar Jelangkung datang tidak diundang.”
Sarah tersenyum melihat tingkah Kris dan Bayu.
Bayu mengedipkan sebelah matanya ke arah Sarah, “Hello Cantik, kita bertemu lagi bukan. Apakah kamu merindukan bodyguardmu yang ganteng ini.”
Belum sempat Sarah menjawab, Kris memotong terlebih dahulu, “Sarah tidak akan merindukan buaya sepertimu. Sana pergi!, cari meja sendiri jangan ganggu kami.”
Namun, Bayu bergeming, ia justru menarik kursi dan dengan sengaja memilih duduk di sebelah Sarah.
Kris menggertakkan giginya, “Pesan sendiri makanan kamu, sana!. Enak saja, datang-datang main serobot makanan orang.” Sungut Kris kepada Bayu.
“Siap sepupuku sayang,” kata Bayu sambil memberi hormat ke arah Kris. Ia kemudian menjentikkan jarinya untuk memanggil pelayan agar mendatangi meja mereka.
Seorang pelayan datang menghampiri Bayu, dengan menggunakan bahasa Inggris Bayu memesan makanan yang sama, Seperti pesanan Kris dan Sarah.
“Mengapa kamu menyusul kami kemari. Bukannya kamu harusnya sadar diri, kalau ku tinggal itu berarti aku tidak mau kamu ikuti.”
“Mengapa aku tidak boleh ikut, aku sudah mengangkat diriku sendiri sebagai bodyguard Sarah, dari manusia penghisap darah sepertimu.”
“Kamu tidak keberatan kan cantik, kalau aku menjadi pengawalmu. Aku siap untuk melindungimu dari gangguan yang tidak diinginkan.”
Sambil tersenyum ke arah Bayu, Sarah berkata. “Tentu saja, aku senang sekali kalau kamu bersedia menjadi pengawalku.”
Tak lama kemudian makanan pesanan Bayu datang. Mereka bertiga kemudian makan sambil sesekali bercanda. Bayu dan Kris tampak sekali merupakan sepupu yang sangat dekat. Meja mereka dipenuhi dengan candaan.
Usai makan, mereka bersama-sama pergi ke masjid menunaikan kewajiban. Sambil beristirahat sebentar sebelum melanjutkan kegiatan mereka hari ini dengan berjalan-jalan.
Kris mengajak Sarah untuk memancing di sepanjang sungai yang ada di sisi Galata Bridge. Mereka berbaur dengan banyak orang.
Kris membantu Sarah mengaitkan umpan di kail miliknya, tentu saja dengan ejekkan yang ditujukan kepada Sarah.
“Ternyata wanita sss, sepertimu takut dengan cacing,” ejek Kris sambil mengacungkan cacing ke wajah Sarah. Yang disambut dengan jeritan.
Hal itu, tentu saja tidak disia-siakan oleh Bayu, dengan sigap ia berdiri di depan Sarah, menghalanginya dari kejahilan Kris.
Sarah memeluk pinggang Bayu dan di sembunyikannya wajahnya di balik punggung Bayu.
Bayu tersenyum mengejek ke arah Kris, ia lalu berbisik di telinga sepupunya itu. “Kau lihat, sepupu. Kepada siapa Sarah meminta perlindungan, kepadaku bukan. Kali ini pengecualian, aku mau bersaing secara sehat denganmu dalam mendapatkan cinta Sarah.”
Kris dengan segunung sifat egoisnya dan kesombongannya membalas ucapan Bayu, “Ambil saja Sarah, silahkan. Aku sudah mengatakan kepadamu, kalau di antara aku dan Sarah itu tidak ada hubungan apa pun. Sarah itu bukan wanita idamanku, dia tidak pantas untuk menjadi kekasihku.”
Tanpa sadar Kris mengatakan hal itu dengan kencang hingga dapat di dengar oleh Sarah.
“Baguslah kalau begitu, bos. Jadi anda tidak dapat menghalangi saya untuk jalan-jalan berdua dengan Bayu, bukan. Silahkan memancing bos.”
Sarah kemudian menarik tangan Bayu mengajaknya untuk berjalan-jalan menikmati keindahan pemandangan di sepanjang Galata Bridge.
“Kalau anda memerlukan saya untuk mengerjakan tugas, anda dapat menghubungi saya bos.” Tambah Sarah lagi. Hatinya terasa sakit, setelah diperlakukan dengan romantis oleh Kris. Kemudian ia dihempaskan begitu saja.
Setelah di tinggal Sarah dan Bayu, Kris mengutuki mulutnya yang asal bicara. “Sial-sial,” rutuk Kris kesal. Kemudian dihempaskannya kail yang telah di sewanya ke tanah. Di kejarnya Bayu dan Sarah, sambil berlari kecil.
Begitu tersusul olehnya Sarah, ditariknya tangan Sarah dengan kasar hingga membentur d**a bidang milik dirinya.
“Siapa yang mengizinkan kamu pergi berdua dengan Bayu. Saya sudah memperingatkan kamu bukan, agar jangan berduaan dengan lelaki lain selain saya.” Bentak Kris kepada Sarah.
Sarah melotot ke arah Kris, anda tidak berhak untuk melarang saya jalan dengan si…” Mulut Sarah di tutup kris dengan mulutnya. Diciumnya bibir Sarah oleh Kris dengan kasar.
Sarah menutup mulutnya rapat mencegah bibir Kris menyelinap masuk ke dalam mulutnya. Namun, lambat laun perlawanan Sarah hilang, ia kalah dengan bujuk rayu Kris.
Bayu yang melihat adegan mesra di depan matanya hanya tersenyum. Dengan sengaja ia bersuara keras untuk menghentikan cumbuan dua manusia di depannya.
“Ngakunya tidak ada hubungan, tapi melihat Sarah jalan dengan pria lain tidak boleh dan marah. Kalau cemburu dan suka ngaku aja.”
Bayu lalu berjalan ke belakang Kris, dipukulnya pundak Kris dengan keras. Dan itu memang sengaja dilakukannya.
“Aku menyerah, mending aku balik ke hotel daripada melihat kecemburuan kamu.” Omel Bayu sambil berjalan meninggalkan Kris dan Sarah.
Dalam hatinya, Kris berseru kesenangan, “Yes, akhirnya si nyamuk pergi juga. Emang enak menjadi penonton.”
“Kamu tuh jadi orang jangan baperan, ayo kita mincing ikan lagi.” Kris lalu menggengam jemari Sarah. Mereka berjalan berdampingan hingga sampai di tempat Kris melempar kailnya tadi.
Kail yang sudah dipasang umpan, diserahkan oleh Kris kepada Sarah. Mereka memancing sambil duduk pada sebuah kursi yang memang disiapkan untuk pemancing.
“Memancing itu butuh kesabaran dan ketenangan. Ikan akan memakan umpan kita kalau kitanya bersikap tenang. Saat mengaangkat kail, jangan buru-buru. Ikan bisa lepas.”
Sarah hanya diam saja, tidak menanggapi ucapan Kris. Kris kesal dibuatnya, karena ia seperti berbicara dengan patung.
Ia lebih suka Sarah yang bersikap selalu membantah dirinya, daripada Sarah yang diam seperti ini.
Sarah terkejut, ia merasakan kailnya bergerak. Tanpa sadar, kalau ia sedang kesal dengan Kris dan malas untuk berbicara dengan Kris, memanggil Kris.
“Kris, kailku sepertinya berhasil menjerat ikan,” bisik Sarah kepada Kris.
Kris tersenyum, “Yes, akhirnya!, Sarah mau juga berbicara denganku.”
Kris berjalan menghampiri Sarah, Ia berbisik di telinga Sarah. “Angkat pelan-pelan kailmu,” perintah Kris.
Sarah pun menurut. Diangkatnya kailnya dengan perlahan-lahan. Akan tetapi, ternyata kail miliknya menjadi berat.
“Berat Kris, mungkin ikan yang berhasil ku tangkap ukurannya besar.”
Kris membantu Sarah menarik kail miliknya. Tangannya dengan sengaja di tumpangkannya di atas tangan Sarah pada pegangan kail. Begitu berhasil diangkat, benar saja ikan yang berhasil ditangkap oleh Sarah ukurannya besar.
Sarah berseru kesenangan, karena ia berhasil menangkap ikan, meski ia belum pernah memancing sebelumnya. Dan ini merupakan pengalaman pertama untuknya memancing.
Akhirnya dengan bantuan Kris, ikan hasil pancingan Sarah dapat di bawa naik ke atas. “Sepertinya satu ikan hasil pancinganmu sudah cukup untuk kita santap kata Kris.
“Apakah kita dapat membakarnya, Kris.” Tanya Sarah kepada Kris. Ia terlupa, kalau
Kris adalah bosnya. Dan ini adalah untuk yang pertama kalinya Sarah memanggil Kris dengan nama saja, tanpa embel-embel bos.
Kris melapaskan ikan dari mata kail dan membawanya kepada pria tua yang menyewakan kailnya kepada Kris.
“Dapatkah anda membersihkan ikan ini untuk kami?, Dan bisakah kami menyewa alat pemanggang. Kami ingin membakar ikan ikan ini.” Tanya Kris kepada pria tua itu.
“Tentu saja tuan, saya akan membersihkan ikan milik tuan. Untuk alat pemanggangnya, tuan dapat menggunakan pemanggangan yang sudah tersedia.” Kata pria tua itu, sambil menunjuk ke arah pemanggangan yang sudah tersedia berjejer dan siap dengan arangnya.
“Kamu duduklah dahulu, aku akan menyiapkan alat panggangan untuk kita membakar ikan.”
Sarah menuruti perintah Kris, ia duduk di atas sebuah kursi, sambil memperhatikan Kris menyiapkan alat pemanggang.
Pak tua, pemilik penyewaan alat pancing itu selesai membersihkan ikan. Bertepatan dengan Kris yang selesai menyalakan bara untuk membakar ikan.
Sarah berjalan mendekat di samping Kris, ia memperhatikan saat Kris tanpa canggung mengoleskan bumbu ikan, setelah itu diletakkannya di atas panggangan.
Udara senja yang dingin ditambah tiupan angina laut, membuat Sarah merasa kedinginan. Meski ia, sudah memakai hodie.
Kris yang melihat Sarah kedinginan berjalan ke arah Sarah, dipelukanya tubuh Sarah. “Sst, tenanglah.” Bisik Kris ditelinga Sarah, aku hanya tidak mau melihat kamu kedinginan.
Sarah menganggukkan kepalanya. Ia menikmati pelukkan Kris yang terasa hangat. “Kris, nanti ikannya gosong kalau tidak di balik,” peringat Sarah kepada Kris.
Dengan enggan Kris, berjalan ke arah panggangan ikan milik mereka. Ia lebih senang memeluk Sarah ketimbang mengurusi ika yang di bakar.
Beberapa saat kemudian, ikan yang di bakar oleh Kris pun matang. Ikan hasil bakaran Kris di sajikan di atas meja dalam keadaan panas-panas.
“Hmm, aromanya begitu menggoda, semoga rasanya tidak kalah dengan aromanya. Ya, bos!.” Kata Sarah kepada Kris.
“Tentu saja, kamu belum tahu, saya ini mempunyai banyak keahlian. Saya ini jago memasak, selain ahli menghasilkan uang jutaan dollar.”
“Astagfirullahadzim, bos. Sudah lama saya tidak mendengar kesombongan bos, kenapa sekarang muncul lagi. Hedeuh, si bos. Kata Sarah sambil menepuk jidatnya mendengar kesombongan Kris yang kembali munncul.
“Saya sudah berharap kalau bos akan tobat dari kesombongan bos selama ini, ternyata susah ya, bos. Kalau orang sombong itu untuk tidak bersikap sombong, bagaikan makan tanpa garam.”
“Sembarangan aja kamu. Saya sudah katakana sama kamu. Saya itu tidak sombong, saya itu berbicara berdasarkan kenyataan. Harap kamu bisa membedakan, ya. Antara sombong dan berbicara sesuai kenyataan.”
“Oke dech bos Q, saya percaya dengan semua omongan bos Q.” Balas Sarah, tak ingin berdebat lagi dengan Kris.
Mereka lalu menyantap ikan hasil tangkapan Sarah yang dibakar oleh Kris.
“Bagaimana, rasanya. Enakkan,” Tanya Kris kepada Sarah.
Sarah menganggukkan kepalanya, “Mantap, bos. Benaran enak. Rasa bumbunya pas di lidah. Lain kali, bos boleh kok memasakkan buat saya, kalau rasa masakkan bos seenak ini,” goda Sarah kepada Kris.
“Boleh-boleh saja, tapi kamu tidak lupa bukan dengan prinsip saya. Di dunia ini tidak ada yang gratis. Jadi, jangan salahkan saya, kalau saya meminta bayaran dari masakkan yang saya buat untukmu.”
“Hampir lupa, bos. Kalau sama bos itu tidak ada yang gratis.” Kata Sarah sambil memandang Kris dengan cemberut.
“Nikmati saja ikan yang ada, setelah ini kita jalan-jalan di galata Bridge.” Sambil berbicara, Kris menyuapkan ikan ke mulut Sarah menggunakan tangannya.
Sarah kaget mellihat Kris menyuapinya menggunakan tangan. “Bos, tidak usah menyuapi saya. Seperti, bayi saja bos. Atau, ini juga masih termasuk pelajaran merayu dan menggoda bos?, : Tanya Sarah untuk menutupi rasa gugupnya.
“Tentu saja, ini termasuk bagian dari pelajaran merayu dan menggoda.” Bohong Kris, karena ia sudah tidak ingat tentang pelajaran merayu dan menggoda.
“Oh begitu, ya bos!,” ucap Sarah sambil bersungut-sungut.
Kris memerintahkan Sarah untuk menyuapinya juga, menggunakan tangannya. Jadilah mereka bergantian, makan suap-suapan.Orang-orang yang melihat mereka, berfikir mereka adalah sepasang kekasih.
Selesai menyantap ikan, mereka berjalan-jalan di sepanjang Galata Bridge. Dengan bergandengan tangan dan diselingi candaan, mereka berjalan menyusuri Galata Bridge.
Kris meminta tolong kepada pengunjung yang juga ada di Galata Bbridge, untuk mengambil potretnya berdua dengan Sarah. Dan latar belakang dari potret mereka berdua adalah Masjid Biru.
Kris melihat hasil potretan dari pengunjung Galata Bridge, dan ternyata hasilnya bagus.
“Lihat dong bos, hasil jepretannya. Bagus atau tidak?,” Tanya Sarah kepada Kris.
Kris memperlihatkan hasil potretan tersebut, “Lihat, bagus bukan!.”
“Iya, bos. Bagus.”
Kris mengunggah fotonya berdua Sarah di media social miliknya. Dalam hitungan detik, media social miliknya mendapatkan komentar dari Gladys. Gadis alay yang sangat memuja Kris.