Bagian 12 – Sang Ratu Dansa

1052 Kata
Bagian 12 – Sang Ratu Dansa "Ethan?" saat mendengar namanya dipanggil kepalanya lantas menoleh, dan mata kelam itu menatap lurus kepada gadis yang menggumamkan namanya. "Oh, hai Nyx." Ethan melambai kecil ke arah Nyx, namun sedetik kemudian Ethan menoleh ke arah gadis yang ada di sebelahnya. Gadis di sebelah Ethan itu tersenyum dengan anggun, "Siapa dia, Ethan?" "Err, dia temanku, namanya Nyx dan di sebelahnya itu Aster. Nyx, Aster, perkenalkan, dia Irys, pengampu tari sekaligus temanku sejak kecil." Ethan berujar dengan menggaruk tengkuknya, mungkin pengaruh karena dia satu-satunya pria di ruangan itu. "Hai Nyx, hai Aster. Aku Irys, senang bertemu dengan kalian berdua." Irys memperkenalkan dirinya dengan mengambil posisi ala putri kerajaan. Nyx tersenyum kikuk, sementara mata Aster berbinar. "Wah, jadi kau Irys Faeon? Kudengar kau telah mengikuti lomba-lomba yang diselanggarakan di istana, kau sangat hebat, aku benar-benar penggemar terberatmu, astaga Nyx, aku menitipkanmu pada orang yang tepat!" Nyx menutup telinganya saat Aster tengah asik ria berceloteh. "Iya, kau benar. Eh .. maksud kalimat 'menitipkanmu pada orang yang tepat' itu apa ya? Aku kurang paham." sekarang giliran Irys yang menggosok tengkuknya. Aster tanpa ragu melangkah dan mengambil telapak tangan Irys, matanya nampak berbinar, "Kau .. mau kan mengajari temanku ini? Dia tak bisa melakukan dansa, namun besok malam dia harus menghadiri pesta dansa sebagai tamu kehormatan. Ya, ya? Kumohon ..," Irys menenggak liurnya sendiri, lalu matanya bergulir ke arah Ethan yang sedang menatap mereka. "Baiklah, tapi apa Nyx bersedia kuajari?" Irys melepaskan genggaman Aster dengan pelan, namun mendengar pertanyaan Irys, Aster kembali menggenggam erat tangan lentik itu. "Nyx pasti mau, iya kan Nyx? Kau pasti mau kan?" mata biru itu terkesiap, lalu mengangguk kikuk. "Yash! Sekarang kutitipkan Nyx pada kalian berdua, aku pergi dulu, terimakasih semuanya!" Aster pergi ke luar, namun tiba-tiba kepalanya kembali menyembul di pintu, "ah iya, Nyx, kau mau gaun dengan warna apa? Red? Maroon? Yellow? Navy? Pink? White? Blue? Green? Grey? atau ..," "Hitam, hitam saja." ujar Nyx menyudahi mulut Aster yang hendak kembali berbicara. "Hitam? Ehm .. baiklah, aku akan mencarikannya untukmu, sampai jumpa Nyx!" Aster menutup pintu ruangan, dan derap langkah kakinya terdengar menjauhi ruangan ini. Nyx menggeleng kecil melihat tingkah sahabatnya, lalu dia berbalik menghadap kedua orang itu. Nyx serasa mati kutu di hadapan mereka berdua, "Err .. sekarang apa?" * "Yang harus kau lakukan hanya bergerak dengan ritma. Depan-belakang, kanan-kiri. Lakukan secara teratur, apa kau paham?" satu gelengan dari Nyx, mampu membuat Irys menggenggam erat tangannya sendiri. Ia telah menjelaskan lebih dari 10 kali mengenai hal ini, dan Nyx belum juga paham. "Ethan, bantu aku. Jangan hanya menjadi penonton bisu seperti itu." rajuk Irys, dia melihat Ethan yang hanya bersandar di dinding aula sejak tadi. Ethan melipat tangannya, dan berjalan menuju kedua gadis tersebut. "Lebih baik kau langsung praktekkan saja Irys, gadis seperti Nyx bisa paham melalui praktek langsung, bukan melalui teori panjang yang kau jelaskan." Nyx membesarkan matanya, akhirnya ada yang memahami permasalahannya! Sementara Irys mengerucutkan bibirnya, dia melipat tangannya sambil membuang muka ke arah lain. "Baiklah," Irys membebaskan lipatan tangannya, dan berjalan menuju Ethan. Dia merangkul Ethan sembari tersenyum aneh, Ethan yang dirangkul hanya mengernyit bingung. "Ada apa Irys?" tanya Ethan, Nyx yang melihat mereka berdua hanya mampu menenggak liurnya kasar. Kesal? Entahlah. "Kau jadi pasangan dansaku, ya?" pinta Irys, Ethan memutar bola matanya jengah. "Ya," mendengar persetujuan dari kawannya itu, Irys langsung mengacak-acak rambut Ethan. Ethan menjengit, "Berhenti melakukan itu, kau merusak rambutku." "Bisa kita mulai? Aku tak mau waktuku terbuang sia-sia hanya untuk melihat kalian bermesraan." ketus Nyx, dia mulai jengah. Irys mengangguk dan menggandeng pria itu ke tengah aula. Irys meletakkan kedua tangannya di bahu Ethan, dan Ethan meletakkan tangannya di pinggang Irys. "Bisa kau putarkan musiknya, Nyx?" Nyx mengambil langkah dengan emosi, ini namanya bukan belajar, namun menjadi penonton bisu yang juga merangkap sebagai pembantu. Tangan itu menekan tombol di pemutar musik, dan membiarkan piringan hitam itu mulai berputar. Perlahan, musik lembut keluar dari alat itu dan memenuhi aula. Seiring dengan musik, Irys dan Ethan mulai mengambil langkah. Mereka melakukan gerakan-entah-apa-namanya, yang Nyx tahu, Ethan menarik Irys dan membiarkannya berputar bak balerina, lalu Irys terjatuh ke dalam pelukannya. Ya, dansa itu berakhir dengan tepukan tangan keras dari Nyx. Nyx bertepuk tangan keras, namun tak sedikitpun terselip rasa ikhlas, membuat kontak mata antara kedua orang itu terputus. Ethan berdeham kecil, sementara Irys mengambil beberapa senam pendinginan. Nyx mematikan pemutar musik, lalu matanya bergulir melihat Ethan yang berjalan ke pinggir. "Nyx, ayo kita mulai latihan." Ucap Irys yang dijawab anggukan kecil oleh Nyx yang lalu mengambil langkah ke arah gadis yang disanggul rendah itu. * "Aw!" Irys meringis saat kaki Nyx menginjaknya, Nyx mundur refleks dan menutup mulutnya. "Maaf Irys, aku sudah menginjak kakimu untuk ke-56 kalinya." Irys menggeleng kecil, lalu memaksakan dirinya untuk tersenyum. "Tak apa Nyx, lagipula sudah jadi kewajibanku untuk mengajarimu hingga mahir." Ethan yang melihat semuanya hanya mampu terkikik kecil, dia tak menyangka bahwa Nyx benar-benar tak bisa berdansa. Seharusnya, hampir semua gadis di Esmerde pernah menghadiri pesta dansa, namun melihat kemampuan Nyx, Ethan yakin bahwa gadis itu menghabiskan masa kecilnya di dalam hutan. Dia sangat liar, terutama dalam hal membunuh. Tapi untuk urusan yang gadis lain anggap sebagai hal yang mudah, justru Nyx tak paham. Bahkan bila ditanya apa definisi dari dansa, Nyx bisa berpikir selama satu dasawarsa. "Benar-benar gadis aneh," gumamnya kecil.                                  "Aw! Lututku!" pria itu terkesiap, lalu melihat Irys yang berjongkok sambil memegangi lututnya. Ethan langsung berjalan menghampiri Irys, "Apa yang terjadi?" "Ah, aku tak sengaja menendang lututnya saat Irys memintaku untuk berputar seperti ballerina." Nyx menundukan kepalanya, ah, Ethan paham sekarang. "Nyx, aku tahu bakatmu bukan di tari. Aku akan membantumu nanti, tapi, sekarang kita harus membawa Irys ke ruang kesehatan." Ethan menggendong Irys di punggungnya, lalu menatap Nyx yang masih terdiam. "Nyx?" gadis itu terkesiap mendengar panggilan yang ditujukan untuknya. "Iya?" "Ikutlah denganku, sehabis dari ruang kesehatan, aku akan membawamu ke suatu tempat." ujar Ethan, Nyx mengangguk mantap. "Baik," * "Ethan, temani aku saja di sini." Irys menahan lengan Ethan saat Ethan hendak beranjak dari duduknya. Nyx lagi-lagi memutar bola matanya, dia sudah lebih dari kata 'kesal'. Dia ingin meninju batang pisang hingga hancur saat ini juga, dia kesal melihat Irys yang nampak sangat manja itu. "Aku harus pergi Irys, ini penting." tolak Ethan, dia melepaskan pegangan Irys. "Tapi aku takut di sini," Irys beringsut takut, dia semakin menaikkan selimutnya setinggi dagu. "Tenanglah Irys, lagipula perawat bertugas seharian penuh di sini." Ethan meyakinkan Irys, akhirnya, mau tak mau Irys mengangguk dan membiarkan Ethan pergi dengan Nyx. "Aku takut Ethan," gumamnya saat punggung Ethan telah menghilang di balik pintu. "Aku takut kau menyukai gadis itu."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN