Drrt
Drrt
Drrt
"Halo bang?" Ucap tia
"..."
"Iya tia kesana" ucap tia. Lalu ia mematikan telponnya secara sepihak.
"Udeh dijemput ti?" Ucap siska
"Iya udeh nih, gue duluan yak gais. Jangan rindu" ucap tia lalu kiss bye kepada teman-temannya
"Dasar gila" ucap teman-temannya secara barengan, sedangkan tia hanya tertawa sambil berjalan membelakangi mereka.
Bruk
"Awww p****t kesayangan gue" ucap tia sambil meringis sakit akibat tertubruk, dan sial nya ia yang jatuh terduduk.
"Maaf" ucap seseorang singkat, lalu tia berdiri dan menatap orang tersebut, hening. Seolah mereka terpana satu sama lain.
"Elu!" Ucap tia sedikit kencang, untuk memutuskan kontak yang berapa detik tapi membekas disatu sama lain. Mungkin
"Jalan liat liat dong ih" ucap tia dengan nada sedikit kesal
"Lu yang liat-liat" ucap alex
"Ko gue!" Ucap tia
"Lu jalan ngliat hape" ucap alex, dan tia bungkam karena itu kenyataan
"Tetep aja lu yang nubruk gue ih" ucap tia kesal
"Oh ya?" Ucap alex, yang tibatiba mendekati wajah nya ke wajah tia. Yang membuat tia dian tak berkutik, mereka menatap satu sama lain.
"Deh ganteng" batin tia
"Ganteng?" Ucap alex menyadarkan tia yang sedari tadi diam dalam mata alex
"Najis" ucap tia, lalu mendorong alex untuj menjauh dari wajahnya.
Drrt
Drrt
Drrt
Hape tia bergetar, yang membuat tia menengok untuk melihat siapa yang menelpon, sedangkan alex sedikit mengintip siapa yang tertera di hape gadis tersebut.
"Kepo lu" ucap tia, ketika menyadari jika alex sedikit mengintip, sedangkan alex kembali ke muka datar dan dinginnya untuk menutupin kegugupannya akibat ketauan.
"Iya babyyyyy hehehe" ucap tia ke orang sebrang telpon itu. Lalu mematikan nya, dan meliirik tajam ke alex lalu nelangkah pergi dari nya.
"Siapa yang nelpon" batin alex.
"Ah ngapaiin juga gue urusin" gumam alex, lalu melangkah untuk ke parkiran sekolah tetapi hati nya tetap bergumam penasaran padahal otak memaksanya untuk tidak peduli.
.
.
.
.
"Ih tuh orang nyebeliin banget si" ucap tia, sambil berjalan menuju mobil abang nya. Ia masih kesal atas kejadiab tadi, sungguh menyebalkan.
Dak. Tia membanting pintu mobilnya dengan sangat keras dengan muka yang masih cemberut menahan kesal
"Yaallahhhh kenapa si dek" ucap reyfan kaget karena bantingan pintu mobil nya
"Auah" ucap tia
"Pintu mobil abang bisa rusak sayang kalo kamu banting gtu" ucap reyfan dengan lembut
"Tinggal ganti" ucap tia, dan reyfan hanya geleng2 melihat adik nya. Ia sangat tau mood nya lagi sangat tidak bagus.
"Kita beli eskrim ya" ucap reyfan, sambil melajukan mobilnya meninggalkan sekolah tia. Tia hanya menatap abangnya, dengan bibir yang masih cemberut namun di hati kepengen jerit akibat mendengar kata eskrim
"Udeh jangan cemberut lagi" ucap reyfan, lalu megusap pucuk pala tia dengab lembut.
"Abis tia kesal ama tuh cowo" ucap tia, reyfan memang tidak ingin menanyai apa yang terjadi, ia tau cara nya agar tia bisa cerita dengan sendiri nya seperti sekarang.
"Kenapa? Perlu abang samperin?" Ucap reyfan, dan di suguhi pelototan tajam oleh adik perempuannya
"No!!!" Ucap tia
"Loh kenapa? Biar abang bikin cireng sekalian muka nya" ucap reyfan
"Ih abang jangan" ucap tia, ia hanya tak ingin gara-gara masalah sepele alex menjadi terbaring dirumah sakit. Ia tahu betul abang nya sangat emosian jika menyangkut diri nya.
"Iyaiya queen" ucap reyfan.
"Bang langsung balik aja, aku mau tidur" ucap tia, dan diangguki oleh reyfan.
"De"
"De"
"Yah tidur, dasar pelor" gumam reyfan sambil tersenyum melihat adik perempuannya ternyata tidur.
"Jangan buat khawatir de, lu tau gila nya gue kalo ada yang buat lu terluka" ucap reyfan yang masih menatap sendu ke arah tia.
20 menit berlalu.
Reyfan tengah memarkirkan mobilnya kedalam garasi. Ia menegok kearah adik perempuannya yang masih terlelpa tertidur, tak ingin mengusik tidur nya ia menggendong adik nya dan masuk ke rumah.
"Rey adik kamu kenapa?" Ucap caca dengan khawatir, tidak biasanya reyfan menggendong adik perempuannya.
"Ssstt, dia lagi tidur bu. Aku keatas dulu yak" ucap reyfan, lalu diangguki oleh caca. Lalu reyfan pun keatas menggunakan lift, karena tidak mungkin menggendong adik perempuannya dengan menaiki tangga bisa runtuh kaki nya nanti.
Ting
Ia pun memecet kelantai berapa ia akan tuju.
Ting
Cklek, reyfan langsung membuka kamar sang putri yang tertidur. Lalu ia meletakkannya di kasur empuk milik sang putri.
"Selamat tidur queen nya abang" gumam reyfan lalu mengecup kening adiknya. Setelah itu ia bergegas keluar dari kamar tia, ia tak ingin mengganggu tidur nyenyak nya.
.
.
.
.
"Gimana?" Ucap caca ketika melihat anak pertama nya menuruni tangga
"Tia cuman tidur bu, gausah khawatir. Dia gak sakit. Dia cuman bilang cape" ucap reyfan
"Syukurlah" ucap caca
"Buu" ucap reyfan memanggil
"Apa nak?" Ucap caca
"Aku aja yang gantiin tia jadi ceo, tia belum bisa bu" ucap reyfan, caca sedikit terlihat kaget dengan pernyataan reyfan yang tiba-tiba
"Tapi perusahaann kamu?" Ucap caca
"Percaya sama reyfan, semua bisa reyfan jalanin dengan bareng. Rey hanya gamau tia menghabiskan masa remaja nya dengan berkas-berkas bu" ucap reyfan menyakini, ini sungguh dari dalam hati nya. Ia sudah diberitahu revan, jika adik nya akan jadi ceo dan di jodohin
"Baik kalo gitu, besok semua sudah atas nama kamu" ucap caca
"Terimakasih bu" ucap reyfan
"Kamu begitu sayang sama adik kamu rey, bubu bangga" ucap caca lalu menepuk bahu anak pertamanya
"Kalo dunia di jual bakal aku beli, apapun untuk keluarga terutama bubu dan tia" ucap reyfan, lalu ibu nya hanya tertawa kecil.
.
.
.
.
"Eugghhhhh"
Seorang gadis terbangun dari tidur indah nya.
"Loh perasaan tadi di mobil abang" ucap tia, ketika menyadari diri nya ada di kamar tersayang nya.
"Mungkin abang yang gendong, udah ah tidur lagi" gumamnya, sambil merentangkan tanggan nya dan siap tertidur lagi.
Drrtt
Drrt
Drrt
"Halo"
"...."
"Iyaiya om"
"...."
"Eh jangan bilang bubu, awas aja" ucap tia, lalu memutuskan sambungan telponnya secara sepihak. Setelah mematikan telpon itu, tia bergegas kekamar mandi untuk menyegarkan badannya.
10 menit berlalu
"Ah pake baju apa ya?" Gumam tia
"Ah ini aja deh" lanjut nya, ia telah menemui pakaiannya yang cocok untuk pergi. Celana panjang, kaos itam, dan jaket lepis, lalu ia menyemprotkan minyak wangi sedikit untuk menambah kesan harum di tubuhnya. Setelah itu ia menuruni tangga untuk berpamitan kepada yang ada di rumah saat itu.
"Buuuu" ucap tia
"Eh udeh bangun, ada apa sayang" ucap caca
"Loh ko rapih banget kamu" lanjut caca ketika melihat anak gadisnya sudah rapih saat menghampiri diri nya.
"Mau pergi dulu" ucap tia
"Yaudah, hatihati ya. Jangan pulang larut malem" ucap caca
"Mau kemana de?" Ucap reyfan, yang tiba-tiba datang dari arah dapur, tia sedikit gugup karena pertanyaan abang nya. Ia sangat malas di introgasi penuh selidik
"Mau maen bang" ucap tia
"Ama siapa? Kemana? Balik jam berapa? Naek apa? Temennya siapa? Cewe? Cowo?" Ucap reyfan bertubi-tubi sedangkan tia hanya mendesah pasrah karena pertanyaan abang nya yang beruntun.
"Udeh udeh, kamu hati hati ya cantik" ucap caca, lalu memeluk anak gadisnya.
"Syukurlah. Selamat" batin tia bahagia
"Tapi bu...." Ucap reyfan terpotong
"Aku bakal pap kalo udeh sampe. Janji" ucap tia mengalah agar tidak dibawelin lagi sama abang pertamanya.
"Okey" ucap reyfan.
"Jangan larut malem" lanjut nya
"Yes aman" ucap tia berbisik, sesangjan reyfan menatap curiga kepada adik perempuannya.
"Bye" lalu tia menciup pipi ibu dan abang pertama nya. Ia kemudian berjalan menuju garasi, tia memutuskan untuk memakai motor ninja hitam miliknya, sebenernya ibu dan ayah nya gamau jika tia menaiki motor tetapi apa daya, tia mengancam ngambek 1 bulan jika tidak diperbolehkan, tia juga sangat keras kepala.
Brruumm
Brruumm
Brruumm
Sedangkan di dalam rumah.
"Bu dia pake motor?" Ucap reyfan khawatir
"Sepertinya begitu rey" ucap caca, lalu rey berlari keluar untuk mencegah.
"Adeeeekkkkkkkk" teriak reyfan, namun nihil tia sudah melajukan motornya dengan kecepatan kencang. Saat itu, tia mendengarnya namun ia sengaja tak menengok karena ia tahu jika abangnya akan melarang nya menaiki motor, ujung-ujungnya nanti bakal di anterin. Oh tia sungguh sebal jika sudah terjadi.
.
.