Bagaikan mengendarai sepeda dengan satu roda. Sudah lelah mengayuh, harus mendorong pula agar tetap berjalan. Terus berusaha keras untuk mencapai tujuan namun tak ada yang membantu untuk memberi kekuatan dorongan cinta. Lelah? Memang lelah. Inilah rasanya mencintai tanpa dicintai.
Aku sungguh menyadari perubahan sikap Aurel. Sudah satu minggu ini dia menghindar dariku. Sejak kepulangannya dari rumah sakit. Bahkan kami sudah tak tidur satu ranjang lagi. Aku masih mengingat dengan jelas permintaannya untuk berpisah.
"Aku yang tidak yakin kau bisa menerimaku Rayyan. Sebaiknya kita sudahi saja pernikahan ini. Aku tak mau menyakitimu. Aku tak mau kamu terlalu kecewa."
Tidakkah dia berfikir terlebih dahulu sebelum bicara? Sungguh aku akan berusaha menjaga keutuhan rumah tanggaku. Tidakkah dia
