Episode 7

1130 Kata
Amanda terus saja meronta ketika Alan menariknya keluar dari dalam restoran itu. "Lepaskan!! Alan, kenapa kamu memaksaku untuk ikut bersama mu, kenapa tidak bersama dengan kekasihmu saja!" Alan tidak suka ketika Amanda lebih menginginkan Alan mengajak Sabrina dari pada dengannya. "Aku dan Sabrina sudah putus!" Jawab Alan masih belum melepaskan pegangan tangannya. "Lalu apa maksudmu mengatakan bahwa kamu mencintaiku, tetapi nyatanya kamu masih memiliki kekasih?" Teriak Amanda tidak terima. Alan memberhentikan langkahnya, kemudian pria itu menoleh ke arah Amanda dengan tatapan yang sayu, seakan menahan sesuatu. "Sabrina yang mengejarku, aku tidak mencintai nya, hanya menganggapnya sahabat saja, sampai akhirnya aku merasa kasihan dengannya dan menerima cintanya begitu saja, tetapi setelah melihat mu kembali ke London, aku bertekad akan membuat wanita yang ku cintai juga mencintaiku, akan ku taklukkan hatinya, apakah aku salah? hem?" Sungguh akting yang bagus Alan, misalkan James ada di sini pasti dia akan memberimu penghargaan sebagai best aktor tahun ini. Amanda hanya diam, hatinya merasa sedikit tersentuh ketika mendengar ucapan dari pria itu, untung saja Alan juga sudah latihan untuk bisa bersandiwara layaknya drama di televisi. Alan membawa paksa Amanda untuk masuk ke dalam mobilnya, pria itu sudah merasa panas di sekujur tubuhnya dan kepalanya begitu sakit. Bahkan pusakanya sudah mengeras dan meminta untuk di puaskan. Alan menghidupkan mobilnya dan langsung menancapkan gas. "Alan, kamu mau membawaku kemana?" Seru Amanda. Alan tidak menjawab, dia hanya fokus ke depan sambil menahan hawa tubuhnya yang terasa semakin bergejolak itu. Amanda begitu takut saat Alan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia hanya bisa menutup kedua matanya dengan tangannya yang meremas tas yang di bawanya. Alan tiba-tiba menepikan mobilnya dan memarkirkan nya di pinggir jalan. Pria itu melepaskan dasinya dan membuka kancing kerah kemejanya. Alan mengacak rambutnya frustasi dengan keadaan dirinya yang benar-benar sudah berhasrat hebat. Amanda yang masih menutup kedua matanya merasa heran ketika Alan menghentikan mobilnya, wanita itu membuka matanya dan melihat Alan yang sudah terlihat berantakan. "Alan, kenapa kita berhenti di sini?" tanya Amanda melihat sekeliling kemudian menatap pria itu. Sial,, pasti Sabrina yang memberiku obat ini, tubuhku sudah tidak kuat lagi! Alan menatap wanita di sampingnya itu dengan tatapan yang berkabut. Pria itu mendekat ke arah Amanda, Amanda begitu terkejut saat Alan tiba-tiba menarik tengkuknya dan menciumnya penuh napsu. Memagut dan merasakan bibir Amanda yang sangat menggoda. Wanita itu tidak bisa berkutik saat mendapatkan serangan dadakan seperti itu dari pria di sampingnya ini. Dia hanya berusaha mengimbangi permainan Alan. Amanda bisa melihat ada yang tidak beres dengan Alan, pria itu terlihat tersiksa sampai membuat wajahnya memerah menahan sesuatu. Napas Alan sudah terasa berat, dia sudah tidak bisa menahan hasratnya untuk saat ini, Alan butuh pelampiasan. Apalagi melihat wanita seksi dan cantik di sampingnya ini, tubuh indah Amanda memang benar-benar menggoda. Rasanya ingin langsung menerkam wanita itu, tapi Alan harus bisa menahannya. Amanda bisa melihat kalau Alan seperti berada di bawah obat yang membuat hasrat nya naik. "Apa kamu minum obat per*ngs*ng?" Tanya Amanda memicingkan matanya. "Entahlah, sepertinya ada yang memberi ku obat itu, rasanya sakit sekali, Aaggrrhh" jawab Alan menahan sakit di kepalanya. Pria itu mengerang menahan diri agar tidak menyerang Amanda. Sebenarnya Alan bisa saja mengajak Amanda ke hotel dan menidurinya, tapi pria itu tidak mau memberi kesan buruk terhadap wanita itu. "Aku akan mengantarkan mu pulang, jangan sampai kamu menjadi pelampiasan ku," ucap Alan. Amanda merasa kasihan melihat pria itu. Sepertinya dia memang benar-benar tersiksa. "Lalu apakah kamu akan melampiaskan di club dengan wanita malam? Bagaimana dengan ku kalau calon suamiku sampai melakukan itu dengan wanita lain?" Ucap Amanda menatap wajah Alan. Alan sedikit terkejut mendengar ucapan dari Amanda, Yah dia seakan lupa bahwa seminggu yang lalu Alan telah datang kepada Tuan Jhonatan untuk melamar putrinya. Alan menatap wanita di sampingnya itu dengan tatapan bingung, rasa sakit itu sudah menyalur ke seluruh tubuhnya. Dengan napas memburu pria itu langsung menarik Amanda ke atas pangkuannya. Amanda sedikit terkejut ketika Alan melakukan hal itu. Mata mereka beradu pandang. Alan mengakui bahwa wanita di hadapannya saat ini memang begitu cantik, mata bening berwarna hazel itu seakan menariknya ke dalam sebuah perasaan yang berbeda. Pria itu segera mencium bibir merah Amanda dan memagutnya, Amanda pun membalas ciuman Alan dengan mengalungkan tangan ke lehernya. Amanda bisa merasakan benda keras di bawahnya, sepertinya pria itu memang sudah tidak tahan. "Amanda, maukah kamu menolongku?" tanya Alan Amanda terlihat bingung kali ini, kalau dia tidak mau menolong Alan, takutnya pria itu akan mencari kepuasan dengan wanita lain, bahkan bisa jadi dia mengajak bercinta Sabrina. "Bagaimana caranya aku harus menolongmu Alan? aku tidak bisa melakukan itu kalau kita belum resmi menikah, tapi aku juga tidak mau melihatmu tersiksa seperti ini?" jawab Amanda bingung. Alan benar-benar kagum melihat wanita di hadapannya ini, dia tidak mau melakukan hubungan itu kalau belum menikah? apa artinya dia juga masih virgin? batin Alan. "Kenapa kamu tidak mau melakukan itu sebelum menikah? bukankah itu adalah hal biasa?" Tanya Alan. Amanda menggeleng, wanita itu masih di posisi yang sama yaitu duduk di atas pangkuan Alan sambil mengalungkan leher. "Aku keturunan Indonesia, Nenekku asli orang Indonesia yang selalu menjunjung tinggi adat ketimuran, dia selalu mendidik anak-anak dan cucunya agar selalu menjaga diri," jawab Amanda. "Wow, amazing, aku salut padamu, sepertinya aku memang tidak salah memilihmu sebagai seorang istri," jawab Alan. Pria itu membelai pipi Amanda dan mencium bibir merahnya. Keduanya seakan menyalurkan perasaan yang tumbuh di hati mereka masing-masing. Bahkan Alan seperti sudah merasa puas hanya dengan ciuman itu. Sedangkan di sisi lain. Sabrina terlihat kesal dan berusaha menghubungi nomer Alan, tapi sayang nomernya tidak bisa di hubungi. "Sabrina, sebenarnya apa hubungan Amanda dan Tuan Alan? kenapa Tuan Alan mengatakan bahwa Amanda adalah calon istrinya?" tanya Aaron. "Aku juga tidak tahu Aaron, Alan adalah kekasihku tapi dia memutuskan ku dan mengatakan akan menikah, ternyata wanita yang akan di nikahinya adalah Amanda, bagaimana aku tidak shock mendengarnya?" jawab Sabrina. Apalagi saat ini Alan sudah meminum obat perangsang itu, bisa jadi dia malah melampiaskannya dengan mengajak Amanda, ah sial!! batin Sabrina emosi. Alan dan Amanda saling menatap dan tersenyum, sepertinya kali ini Alan telah berhasil menjerat wanita itu. "Aku ingin pernikahan kita nanti di hadiri hanya keluarga besar saja, nanti kalau sudah waktunya kita akan mengadakan resepsi pernikahan yang megah," ucap Alan mengelus punggung tangan Amanda kemudian menciumnya. Hati wanita mana yang tidak meleleh apabila di hadapkan dengan para tampan super romantis seperti itu, Amanda tersenyum. "Baiklah, aku terserah kamu saja, kalau kamu memang serius padaku, aku juga akan serius padamu, jujur aku sangat suka dengan pria yang pemberani sepertimu," jawab Amanda. Kemudian wanita itu keluar dari dalam mobil Alan karena sudah sampai di mansion. "Aku masuk dulu ya, selamat malam Alan," ucap Amanda tersenyum. Alan tersenyum dan mengangguk. Pria itu menatap kagum dengan kecantikan Amanda. Tidak, aku tidak boleh terjerat oleh kecantikannya, karena aku harus tetap menjalankan misi balas dendam ini! batin Alan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN