PEMBALASAN 3

718 Kata
Berg dan Gerard tampak bingung saat melihat kedatangan Pieter pagi-pagi sekali sudah datang. Berg dan Gerard adalah saudara sepupu. Jadi mereka memang tinggal satu rumah. “Aku baru saja dari rumah Winarsih,” jawab Pieter. “Sepagi ini? Kau gila? Buat apa kau ke sana? Kita sudah sepakat untuk tidak berurusan dengan wanita itu,kan. Bagaimana jika wanita itu merencanakan sesuatu?” kata Gerard. “Tidak mungkin. Aku baru saja membuat janji untuk kencan besok malam,” kata Pieter dengan gembira. “Kau tidak curiga?” tanya Gerard. “Apa yang harus aku curigai? Dia hanya perempuan biasa. Bahkan dulu saja dia tidak bisa melawan saat kita perkosa. Apa yang harus kita takuti?” “Terserah sajakah,tapi jangan mengeluh jika terjadi sesuatu denganmu nanti.” ***. Malam itu Winarsih ditemani oleh Dahlan dan Supardi menari di acara desa sebelah. Winarsih sengaja menyuruh Pieter untuk datang ke acara itu. Saat melihat kedatangan Pieter Winarsih pun segera masuk ke ruangan untuk berganti pakaian dan make up. “Akang tunggu saja di luar,saya tidak lama kok,” kata winarsih. Supardi pun mengangguk, “Akang jaga di luar ya,kalau ada apa-apa panggil saja,” kata Supardi. Winarsih tersenyum dan mengangguk. Ia masuk dan segera mengunci pintu dari dalam. Kemudian ia pun segera duduk bersila. Tak lama tampak roh Winarsih keluar dari raganya dan berjalan menembus pintu. Ia langsung menghampiri Pieter yang duduk tak jauh dari panggung. Winarsih menepuk bahu Pieter dan langsung menarik tangan Pieter. “Kita mau ke mana?” tanya Pieter. “Kau ingin berduaan dulu denganku,kan?” tanya Winarsih sambil membawa Pieter ke tempat yang sepi. Pieter hanya tersenyum bahagia. Mereka berhenti di semak-semak dan Pieter pun dengan bernapsu langsung menciumi Winarsih. Winarsih tersenyum,saat Pieter asik mencumbunya, dengan Gerakan cepat Winarsih mengerahkan tenaga dalamnya dan brak… Pieter terjatuh sambil memegangi dadanya yang terasa sakit. Hooek… Hoeek… Hoeek Pemuda itu muntah-muntah, bukan muntah biasa,tapi yang keluar darah kental berwarna hitam. Sambil menahan sakit dia menunjuk ke arah Winarsih,namun tak kuat mengatakan apapun lagi dia pun jatuh dan mengembuskan napas terakhirnya. “Rasakan hukumanmu, aku pastikan ketiga temanmu akan segera menyusul,” kata Winarsih. Dalam satu gerakan,gadis itu sudah kembali berada di ruang ganti dan ia pun segera keluar setelah mengganti pakaiannya terlebih dahulu. “Maaf saya lama,Kang,” kata Winarsih. Supardi menggelengkan kepalanya sambil menatap Winarsih hampir tak berkedip. Ia terpukau melihat kecantikan Winarsih. “Ah,nggak kok. Ayo,giliranmu segera tiba.” Winarsih dan Supardi pun segera ke belakang panggung dan tak lama giliran winarsih menari pun tiba. Hampir semua mata yang melihat penampilan gadis itu merasa terpesona. Di mata mereka Winarsih benar-benar cantik dan sangat menarik. Tidak hanya wajahnya tapi juga goyang pinggulnya sangat menggoda mata. Sampai menjelang tengah malam acara baru selesai. Winarsih pun pulang bersama Supardi dan ayahnya. Sampai di rumah Sumi sudah menunggu dengan gelisah dan senyumnya mengembang saat melihat kedatangan suami dan anaknya. ***. Pagi itu seperti biasa Rabiah berangkat ke sungai untuk mencuci pakaian. Namun,saat melewati jalan setapak matanya tertuju ke arah semak-semak. Ia merasa seperti melihat ada yang berbaring, merasa penasaran ia pun menghampiri, dan betapa terkejut wanita separuh baya itu saat melihat sesosok tubuh terkapar. Sontak ia pun berteriak meminta pertolongan. “Tolong! Tolong! Ada mayat di sini! Tolong!” pekik Rabiah membuat warga sekitar pun berdatangan dan pagi itu pun menjadi gempar karena penemuan mayat. Berita itupun sampai ke telinga dahlan. “Ada apa,kang? Kenapa banyak orang yang berlari-lari ?” “Ada mayat Londo,Kang.” “Hah?! Di mana?” “Itu di tempat rame-rame semalam.” Dahlan terkesiap kaget, ia pun segera mengikuti tetangga nya yang sedang berlari menuju tempat di temukannya mayat itu. Beberapa pamong desa dan juga serdadu Belanda sudah datang di sana. Dan, Dahlan terkejut saat melihat wajah mayat itu. “Meneer Pieter,” gumam Dahlan lirih. Ia tak menyangka melihat kejadian ini. Bagaimana tidak, dua hari sebelumnya Pieter datang ke rumahnya. Dan sekarang ia melihat Pieter sudah terbujur kaku tak bernyawa lagi. Dahlan pun segera berbalik dan pulang ke rumahnya. Ia melihat Winarsih sedang menyapu halaman rumah sementara Sumi sedang menjemur pakaian. “Ada apa, Pak?” tanya Sumi saat melihat Dahlan. “Meneer Pieter meninggal dunia. Dia ditemukan di dekat tempat Winarsih menari semalam.” “Apa?!” pekik Sumi kaget. Wajahnya pucat seketika. Lain halnya dengan Winarsih,ia hanya tersenyum kecil sambil meneruskan pekerjaannya menyapu halaman.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN