PULANG KAMPUNG

694 Kata
Seperti biasa jika libur semester Kamila akan pulang ke Sumedang. Dan pagi ini ia terbangun karena bau harum yang berasal dari dapur. Kamila pun langsung turun dari tempat tidurnya dan keluar kamar. Gadis berwajah cantik itupun langsung menuju ke dapur dan ternyata sang ibu sedang menggoreng ikan gurame kesukaannya, tak lupa tempe,tahu ,sayur asem dan sambal terasi favoritnya. “Duh,aku jadi laper,Bu,” kata Kamila sambil memeluk ibunya dari belakang. “Eh,anak perawan baru bangun. Nggak baik ,neng bangun siang begini,” kata Nining sang ibu. “Sekali-sekali atuh,Ibu. Kan mumpung libur. Abah ke mana,Bu?’ “Kamu kaya nggak hapal si Abah. Dari subuh juga udah ke sawah, nanti jam teh Euis yang anter makanan ke sawah,” jawab Nining. Kamila menghela napas panjang. “Padahal kan Abah nggak perlu ke sawah,Bu. Untuk apa ada anak buah atuh. Petani- petani Abah juga kan banyak,Bu.” “Neng, kamu kan tau sifat abah kamu. Abah itu orangnya nggak mau diem. Meski sawahnya banyak yang ngerjain ya tetep aja kepengen turun sendiri. Udah, kamu mandi sana, abis itu baru makan. Ibu sengaja masak makanan kesukaan kamu. Ini ikannya dari balong(kolam) punya kita yang di wetan (timur). Tadi Ibu sengaja suruh Mang Ujang ambil buat kamu. Sana,mandi dulu,” kata Nining pada anak bungsunya itu. Kamila pun mematuhi perintah ibunya .Gadis itu segera mandi dan berpakaian rapi. Setelah selesai ia pun langsung menuju ruang makan untu makan bersama ibunya. Jangan kaget jika di daerah Jawa Barat menemukan menu sarapan pagi yang lengkap, nasi lauk pauk dan sayuran. Ada kalimat yang berbunyi jika belum makan nasi itu belum makan. Jadi roti atau mie itu hanya makanan selingan. Saat mereka sedang makan,tiba-tiba Euis masuk Bersama seorang wanita separuh baya yang tak lain adalah NIngrum kakak kandung NIning. “Eh, Neng Mila. LIbur,geulis?” “Iya,Wak, libur semester lumayan bisa pulang dulu. Udah makan,Wak?” “Uwak baru aja makan. Tadi Teh Nur masak ulukutek leunca sama tumis oncom peda.” Kamila hanya tersenyum menanggapi perkataan Uwaknya. “Ning,ceuceu ada perlu sebentar,” Ningrum mencolek tangan Nining. Nining pun langsung berdiri dan mengikuti langkah kakaknya ke ruang tengah yang hanya di batasi pintu kaca. Kamila bisa melihat dengan jelas Ningrum tampak bicara serius kepada ibunya. Dan tak lama ibunya langsung masuk ke kamarnya. Dan saat keluar ia memberikan sejumlah uang pada Ningrum. Sudah bias ajika Ningrum meminjam uang kepada ibunya. Uwaknya itu janda, dan hidupnya hanya mengandalkan dari uang pensiun almarhum suaminya. “Neng, mau ikut Uwak nggak? Mumpung libur,jangan di rumah terus,” kata NIngrum pada keponakannya itu. “Emang mau ke mana,Wak?’ tanya Kamila. “Udah,hayu ikut aja sambil jalan-jalan. Uwak mau ke gunung Lingga.” “Ih,si Uwak mah ngajak ke gunung,atuh.” Nining hanya tertawa kecil melihat Kamila mencibirkan bibirnya. “Wak Ningrum mau berobat,Neng. Teteh kamu itu kayanya ada yang guna-guna. Makanya,Wak Ningrum mau ke gunung Lingga. Di sana ada yang bisa nyembuhin dari guna-guna,ilmu pelet,teluh,gitu,Neng. Kalau kamu penasaran mau ikut nggak apa-apa.Sekalian temenin Teh Nur sama Uwak kamu. Kamu kan bisa bawa mobil, kasian Uwak kamu nggak ada yang antar,” kata Nining. Sebenarnya Kamila malas,karena perjalanan dari Situraja ke gunung Lingga itu lumayan jauh,memakan waktu sekitar kurang lebih satu jam. Tapi,mendengar kata pelet Kamila mendadak ingat pada Abimanyu. “Ya sudah, Mila antar,ya Wak.” “Nah,gitu atuh neng, pahala bantu orang tua,” kata Nining. Kamila hanya tersenyum, ia pun segera mengambil kunci mobil dan langsung mengajak uwaknya untuk segera berangkat. “Wak,emangnya ilmu pelet itu ada?” tanya Kamila penasaran. Ningrum menoleh sambil terkikik geli. “Yaa da atuh,Neng. Sebenarnya ilmu Ghoib begitu ada kok. Neng Mila mau sekalian minta ajian ilmu pelet? “ tanya Ningrum. “Ih,si Uwak mah ada-ada aja,” kata Kamila berpura-pura. “Ada neng kalo Neng Mila mau, namanya ajian jaran goyang,Neng. Syaratnya memang berat,tapi kalo Neng Mila kuat,dijamin lelaki yang Neng Mila taksir bakalan bertekuk lutut sama Neng Mila.” “Ah,serius sih Wak,”kata Kamila. “Iya Neng, nanti kalau Neng mau kita sekalian tanya ya.” Kamila mengulum senyum, pucuk di cinta ulam tiba. Memang ini yang ia cari,kebetulan sekali Uwaknya sendiri yang tau. Minimal, jika terpaksa membayar pun tidak akan tertipu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN