Rahasia Hati

1277 Kata
Plok! Plok! Plok! Suara tepuk tangan terdengar keras memenuhi ruangan saat Selena masuk ke dalam rumah. Dia bisa melihat wajah ibunya yang sinis. Tatapan dan senyuman penuh penghinaan dia tampilkan. Selena mencoba untuk mengabaikan dan melangkah ke arah kamarnya. "Bagus! Sudah pulang setelat ini, tapi masih punya muka untuk mengabaikan aku! Lihat kakakmu, dia laki-laki tapi kelakuannya tidak seburuk kamu! Belajar, siapkan materi buat besok, sementara kamu? Kamu asik-asikan keluar malam dengan pakaian mirip wanita panggilan. Sungguh memalukan!" cibirnya lalu mendengus keras. Selena berbalik dan melangkah mendekati Dewina. Dengan air mata yang menggantung , gadis itu menatap ibunya dengan tatapan tajam. Bibirnya bergetar, menahan rasa sakit yang terasa merajam hatinya. Jika dalam sehari saja dia tidak mendengar Dewina mengucapkan kalimat yang menyakiti hatinya, itu akan menjadi hari yang paling berharga untuk Selena. "Kenapa sih, ibu selalu membandingkan aku dengan kak Raka? Aku juga berhak mendapatkan kasih sayang dari ibu, aku juga anakmu, Bu. Tidak adakah sedikitpun rasa iba di hati ibu untukku? Semua ini, sikapku ini, karena ibu selalu mengabaikan aku. Ibu tidak pernah menganggapku ada." Butiran-butiran air mata berjatuhan. Rasa sesak menyeruak di d**a Selena. Harapan untuk mendapatkan kasih sayang dari ibunya hanya menjadi sesuatu yang mustahil. "Jangan terlalu banyak bermimpi. Kamu tidak akan pernah setara dengan Raka. Kalian seperti bumi dan langit. Kalau bisa memutar waktu, mungkin aku akan menitipkan kamu ke panti asuhan saat kamu masih bayi. Buat apa merawatmu hingga dewasa, tetapi kenyataannya kamu sama sekali tidak dapat dibanggakan. Semuanya seperti sebuah kesia-siaan." Tatapan merendahkan yang Dewina berikan beriringan dengan kalimat-kalimat menyakitkan itu terasa begitu menusuk hati Selena. "Aku juga tidak minta dilahirkan di dunia ini dalam keadaan bodoh. Aku juga ingin berusaha agar bisa setara dengan kakak, tapi ibu selalu tidak memberiku kesempatan untuk itu." protes Selena. "Apa yang mau kamu buktikan? Tidak ada kelebihan yang bisa kamu banggakan Selena. Kamu hanya juara dalam hal keluar malam dengan teman-temanmu yang tidak jelas itu!" ucap Dewina lantang. Seakan tidak peduli jika ada orang lain yang mendengar "Ya. Aku memang hanya anak yang selalu membuat ibu malu. Tidak ada yang bisa dibanggakan dariku. Jadi, mulai sekarang ibu tidak perlu mengurusku lagi. Anggap saja aku tidak ada di rumah ini!" Selena berlari kecil menuju ke kamarnya. "Selena! Tunggu! Aku belum selesai bicara!" teriak wanita setengah baya itu. Selena tidak menghiraukannya. Gadis itu masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu. Posisi punggungnya yang menempel di daun pintu luruh perlahan. Selena terduduk berderai air mata. Dia tidak diinginkan oleh ibu kandungnya, hal yang sangat menyakitkan. Apa yang terjadi di dalam kehidupannya saat ini, Selena tidak pernah meminta. Dia sudah ditakdirkan tidak sepintar Raka yang selalu menyabet juara umum. Terkadang Selena ingin menyerah, tetapi dia tidak tahu harus berbuat apa.Dia juga tidak bisa jauh dari Burhan, ayahnya. Sementara itu, di kamar Raka. Lelaki itu merenung. Hampir setiap malam dia tidak bisa tidur. Melihat penderitaan adiknya membuat Raka tersiksa. Dari hari ke hari, hubungannya dengan Selena justru semakin meruncing. Kebiasaan ibu mereka membandingkan keduanya membuat Selena semakin membenci. Raka sudah mencoba mendekat, tetapi sifat antipati telah membentengi Selena. Raka tidak bisa lagi menyentuh adiknya barang secuil. Raka selalu memutar kembali ingatan indah di dalam pikirannya. Saat Selena masih balita, dialah yang selalu menjaga dan mengajak bermain. Keduanya dekat hingga tidak terpisahkan. Tetapi semuanya berakhir saat Selena mulai masuk ke sekolah. Keduanya mulai dibanding-bandingkan. Setiap selesai ulangan, itu menjadi hari yang menegangkan. Raka selalu melihat Selena dimarahi oleh ibunya sampai menangis. Sialnya, dia tidak mampu menolong Selena saat itu. Tidak hanya sampai di sana, Raka tidak diizinkan untuk mengajari Selena. Sejak itu, Selena selalu menghindar. Raka merindukan masa itu. Masa dimana dirinya dan Selena masih bersama. Bermain, belajar, makan dan melakukan berbagai macam hal berdua. Masa itu sangat indah, hanya saja semua tidak bisa terulang. Raka ingin menebus kesalahannya, tetapi dia tidak tahu bagaimana memulai. Mengingat sikap Selena yang tidak nyaman saat di sekitarnya. Raka memijat keningnya. Sakit kepala akhir-akhir ini sering menyerang. Dokter bilang, dia kurang istirahat dan juga stress. Bagaimana dia tidak akan stress, jika setiap hari selalu dihadapkan dengan ibu yang tidak pernah mengakui adiknya sebagai anak. Jika bisa memilih, Raka lebih baik menukar kepintarannya dengan Selena. Dengan begitu, Selena bisa merasakan kebahagiaan seperti yang dia rasakan sekarang. Pertengkaran yang selalu terjadi antara ayah dan ibunya timbul karena mereka berdua berseberangan dalam menyikapi Selena. Ayahnya begitu menyayangi gadis itu, sementara ibu mereka justru sebaliknya. Kebencian di dalam diri Dewina seakan telah mendarah daging sehingga sulit untuk diredakan. Kerinduan dengan rumah mereka yang hangat seperti beberapa tahun lalu diam-diam menyiksa sanubari Raka.Dia adalah seorang kakak yang gagal, itu yang tertanam di dalam otaknya. Dia juga sudah tidak tahan, melihat Selena yang terus menghindar, membentak dan mengabaikannya. Raka ingin sekali, menjadi sandaran untuk Selena saat gadis itu merasa rapuh. Permintaan sederhana itu sangat sulit terwujud. Keegoisan Dewina telah menghancurkan semuanya. Di dalam kamar Selena, gadis itu telah pindah ke atas ranjang. Matanya masih sembab, pandangannya ke atas langit-langit kamar. Selena juga sama dengan Raka. Dia memikirkan kakaknya. Sekilas kenangan masa lalu mereka saat bermain di sebuah taman terputar jelas. Saat itu begitu indah, terlalu manis untuk dilupakan, tetapi terlalu sakit untuk dia kenang. Selena ingin kembali bisa menggapai kakaknya, tetapi perbedaan mereka terlalu mencolok. Ditambah penilaian Dewina terhadapnya, Selena lebih memilih untuk menjauh dari Raka. Telepon genggam selena berdering. Gadis itu mengambilnya dari saku celana, nama Vino terpampang di sana. Dalam beberapa bulan terakhir, Vino memang selalu memberikan dukungan pada Selena. Membuat gadis itu nyaman. Secepat kilat, dia menggeser tombol hijau di ponselnya. Selena ingin tahu alasan sebenarnya Vino tidak datang ke bar. "Ya, Vino." jawab Selena malas. "Sayang, maaf ya ... Aku tidak datang ke bar karena mendadak ada telepon dari papa ada masalah yang darurat. Jadi, aku memutuskan untuk kembali ke rumah. Kamu jangan...," "Sudahlah Vino, aku nggak masalah. Lagipula, ada yang nemenin aku, kok." Selena menjawab dengan nada menantang. Dia berharap Vino akan cemburu. "Baguslah, kalau ternyata kamu ada yang nemenin, aku jadi sedikit lebih tenang." jawab Vino enteng, tanpa beban. "Kamu nggak nanya, siapa yang nemenin aku?" protes Selena. "Memangnya siapa?" "Cowok, sopir baru aku." "Ya oke, nggak masalah. Toh, cuma sopir, kan? Kamu nggak mungkin macam-macam, aku percaya sama kamu." Seharusnya Selena senang, tetapi entah mengapa pernyataan Vino justru membuatnya bertanya-tanya. "Gitu doang?" "Iya, gitu aja. Kenapa? Kamu mau aku mencurigai kamu?" tanyanya lagi. "Kamu tidak cemburu?" "Haha, ya nggak dong. Lagian selera kamu nggak mungkin serendah itu. (Selena mendengar samar suara wanita yang memanggil dengan sebutan sayang)" "Itu siapa?" Selidik Selena. Dia yakin kalau wanita itu tidak jauh dari Vino. "Itu kak Rani, barusan dia ke kamarku, minjem kaset film horor. Dia barusan bicara sama pacarnya lewat telepon. Sudah tengah malam, sebaiknya kamu istirahat, kita ketemu besok, ya." Vino memutus sambungan telepon mereka. "Sejak kapan kak Rani suka nonton film horor? Perasaan dari dulu dia takut hantu. Bisa jadi juga, kalau dia mulai nonton film horor sekarang. Kenapa aku nggak yakin? Argh! bikin pusing. Lupakan Selena ... lupakan." Gadis itu menyembunyikan dirinya ke dalam selimut. Dia tidak percaya sepenuhnya, tetapi juga tidak bisa menuduh Vino sembarangan. Note: Hallo para pembacaku tersayang. aku cuma mau kasih tahu kalian kalau karyaku My Hot Driver ini ekslusif hanya ada di Dreame/Innovel. Jika kalian menemukan karyaku ini di tempat lain, itu artinya kalian sedang membaca karya bajakan. Sebagai penulis asli dari n****+ ini tentu saja aku tidak pernah merelakan tindakan pembajakan tersebut begitu saja. Bagi kalian yang sedang membaca karya ini juga dilarang untuk menyebarluaskan dalam bentuk PDF/SS, karena tindakan kalian termasuk dalam kategori pembajakan dan bisa dikenakan pasal yang otomatis berurusan dengan kepolisian. Teruntuk kalian yang sudah baca My Hot Driver dari bab awal hingga tamat aku ucapkan banyak terima kasih. Salam sayang untuk kalian semua.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN