Konvoi pasukan 1000 Lycan Old Duke Almandine tiba di perbatasan kota Utara saat mulai lewat tengah malam.
Karena mereka berjalan dengan terburu-buru dari Barat, mereka tiba lebih cepat dari yang diperkirakan. Old Duke menunggang kuda besar di depan konvoi, berlari dengan kecepatan sedang melewati jalanan sepi tengah malam. Ia diikuti oleh ratusan prajuritnya yang berhasil pulang, beserta tahanan perang anehnya tidak diikat atau dirantai.
Dalam waktu singkat, konvoi kemenangan yang datang diam-diam di balik langit malam itu telah sampai di kastil Almandine. Tak ada sorakan, tak ada kata-kata, hanya para Lycan perkasa yang irisnya bersinar di kegelapan.
Harriet dan Heath berdiri menyambut mereka di bawah tangga pintu masuk kastil. Memimpin semua orang, Harriet berlutut dengan penuh hormat saat Old Duke, Sang Alpha yang perkasa, turun dari kudanya.
“Nak Harriet,” ucap Old Duke saat melihat Harriet yang bangun dan berdiri, tersenyum penuh kelegaan.
“Your Grace,” Harriet membalas sapaan Old Duke. “Selamat atas kemenangan anda di Barat. Selamat, Your Grace.”
Old Duke hanya tersenyum. Ia melangkah diikuti asistennya, Sir Russel, seorang pria tinggi besar mendekat. Old Duke juga meilhat Heath yang telah sadar dan mengerutkan alisnya.
“Adikmu bangun,” ucap pria tua itu.
Harriet mengangguk.
Melihat itu, Old Duke menoleh pada sebuah kereta kuda yang mengikuti kudanya tepat di belakangnya. Harriet telah menduga, mungkin Mate dari adiknya ada di dalam sana. Harriet memperhatikan adiknya yang tubuhnya gemetaran lagi. Pemuda itu sedang mencengkeram dadanya sendiri.
Old Duke maju ke hadapan Heath dan mencengkeram bahunya erat, menahannya agar tidak lepas kendali. Baru kemudian, pria tua itu memerintahkan anak buahnya untuk membuka pintu kereta kuda.
Seorang gadis muda bergaun putih sederhana melangkah keluar dari kereta kuda. Kulitnya terlihat putih pucat, seperti patung marmer yang dipoles oleh seorang master. Gadis itu begitu mungil dan lembut, dengan sepasang mata biru laut yang gemerlapan di bawah cahaya rembulan. Rambut merah muda panjangnya yang lurus jatuh menjuntai ke bawah saat ia menunduk ketika turun di pijakan kereta.
Napas Heath tercekat. Pemuda itu ingih maju ke depan, tapi Old Duke menahan tubuhnya erat-erat.
“Sabar,” ucap Old Duke datar.
Gadis itu menatap ke arah Heath dan pandangan mereka bertemu.
Heath adalah seorang pemuda yang tampan, dengan rambut sehitam malamnya dan iris mata abu-abu keperakan. Meski masih muda, ada aura kedewasaan yang memancar dari tubuhnya. Ia juga bertubuh tinggi, bahkan lebih tinggi dari Liam.
Perlahan gadis itu menangis tersedu, membuat semua orang bingung.
“Kau selamat…!” bisik gadis itu.
“Nona lah yang menyelamatkan saya,” ucap Heath, tersenyum tidak berdaya.
Harriet dan semua orang di sana tentunya tidak mengerti apa yang dua orang itu bicarakan. Namun, sudah jelas bahwa mungkin mereka berdua sudah berinteraksi sebelumnya.
“Kukira kau sudah mati…” ucap gadis itu berjalan perlahan ke arah Heath. “Kau terluka parah dan bermandikan darah…”
Heath tertawa kecil. Keduanya saling mengulurkan tangan dan kemudian berpelukan.
“Baiklah. Sekarang kau bisa mulai mengimprint Mate mu, Nak Heath. Mari masuk ke dalam,” ucap Old Duke.
Gadis itu terkejut dan mencoba menarik perhatian Old Duke yang sudah mau menyibukkan diri. “Y-Your Grace, tapi aku adalah tawanan kalian dan sebelumnya menjadi musuh kalian. Aku dan keluargaku telah menyebabkan banyak masalah…”
Old Duke mengangkat tangannya untuk menahan gadis itu melanjutkan kata-katanya.
“Tidak masalah. Aku akan bertanggung jawab,” ucap Old Duke.
Pria tua itu berbalik untuk mengatur konvoinya yang harus beristirahat dan para Lycan tawanan yang harus ditempatkan di kediaman terpisah.
Melihat itu, Harriet memanggil Daniel untuk memintanya membantu Heath dan gadis muda itu dalam melaksanakan ritual imprinting mereka.
Harriet berjalan cepat mengikuti Old Duke setelahnya, dan Old Duke senang Harriet mengikutinya. “Kita akan bicara setelah kita mengerjakan apa yang harus dikerjakan,” ucap pria tua itu, dan Harriet setuju.
Harriet membantu Old Duke mengurus pasukannya yang pulang. Mulai dari untuk mereka yang cidera dan mereka yang meninggal. Old Duke memperbolehkan sisa prajuritnya yang lain beristirahat.
Kemudian, saat mereka mulai mengurus tawanan perang, prajurit Lycan lawan yang menyerah penuh itu, Old Duke menjelaskan pada Harriet bahwa mereka telah bersumpah untuk tidak memulai masalah lagi.
Harriet mengangguk sekali, dan memberi perintah ke kanan dan kiri untuk menyediakan kediaman sementara bagi para tawanan itu seperti yang Old Duke inginkan.
Matahari mulai terbit begitu mereka selesai, saat Old Duke menatap Harriet bagai ingin memperhatikan baik-baik menantunya itu.
“Mungkin kita bisa menunda pesta penyambutan anda besok atau lusa, Your Grace,” ucap Harriet.
Old Duke mengangguk.
Mereka berjalan melewati lorong dan Harriet bisa merasakan pria tua itu akan segera mengatakan hal penting yang harus ia katakan.
“Kau pasti sudah mendengar kata-kata gadis itu tadi. Dia adalah bagian dari keluarga Lycan Pack musuh.”
Old Duke melangkah perlahan dan santai. Di lorong itu hanya ada mereka berdua.
“Tawanan yang ku bawa pulang adalah Lycan Pack yang menjadi pelaku perubahan adikmu menjadi seorang Lycan, dan mereka pula yang menyerang Benteng Barat. Namun, bukan mereka yang memulai perang ini. Mereka terpaksa membantu p*********n ini,” jelas pria tua itu.
Old Duke menceritakan pada Harriet tentang apa yang ia tahu. Selama berbulan-bulan, para Lycan musuh datang diam-diam menggunakan kapal kecil dari Benua Barat. Mereka berangsur-angsur menambah jumlah mereka dan berkumpul di Hutan Kegelapan Barat untuk menyiapkan serangan dadakan pada Benteng Barat.
Dan kebetulan, adik Harriet, Heath ditugaskan dalam ekspedisi rutin untuk menjelajahi Hutan Kegelapan Barat. Ia memergoki pasukan yang mulai berkumpul itu.
Saat itulah terjadi pertarungan antara mereka dan semua Ksatria yang dipimpin Heath meninggal, sementara Heath ditangkap oleh mereka karena tahu Heath adalah seorang bangsawan penting.
Gadis muda yang Old Duke bawa adalah putri dari Alpha Lycan Pack musuh. Ia pun mencoba membantu Heath kabur, tapi dalam prosesnya, Heath terluka parah dan terkena Lycanthropy.
Saat investigasinya, Old Duke menemukan bahwa pasukan Lycan musuh adalah pasukan Lycan tanpa Alpha mereka. Dan setelah memenangkan perang, Old Duke pun mengetahui bahwa pasukan itu dipimpin oleh seorang penyihir dan pangeran dari Benua Barat yang menyandera putri dari Alpha mereka.
“Bagaimana dengan Alpha mereka?” tanya Harriet.
Old Duke menggeleng prihatin. “Alpha mereka mati terbunuh oleh Pangeran itu. Karena itulah para Lycan pengikutnya berhasil dikendalikan oleh Pangeran itu dengan menyandra putri Alpha mereka.”
.
.
.