Bakat.
Harriet duduk di atas kudanya yang berdiri di sisi kuda Kaisar.
Dan ia berdiri di tanah, dengan jubah azurenya dan mahkota Putra Mahkotanya.
Bahkan di mata Putra Mahkota sepertinya, sudah jelas bahwa keberadaan Harriet Goldlane di sisi Kaisar takkan tergantikan.
Mata Ezekiel Euclase terbuka. Fajar di langit ibukota sudah menyingsing, saat matahari mulai memunculkan sosoknya. Ezekiel turun dari ranjangnya dan mengusap wajahnya. Court meeting hari ini juga akan dihadiri Harriet, setelah setahun wanita itu meninggalkan ibukota untuk menjadi penguasa Daerah Benteng Barat bersama adiknya.
Ezekiel berpakaian dan bersiap.
Langkah Ezekiel diikuti oleh sederetan pelayan dan asistennya menuju ke ruang tahta dimana pertemuan akan dilaksanakan. Di lorong panjang, ia melihat seorang wanita berjalan perlahan melihat ke sisi taman. Wanita itu adalah Harriet Goldlane.
Harriet Goldlane selalu berpenampilan menawan dengan memakai gaun indah dan rambut yang digelung dan berhias emas dan permata. Tidak ada orang di dunia ini yang bisa menyangkal bahwa ia memang berpenampilan dan sanggup membawa diri sebagai bangsawan yang sempurna.
Ia seperti logam mulia dicetak di sebuah cetakan, terlahir langsung sempurna dengan segala bakat dan kekuasaannya. Di belakang Harriet mengikuti belasan Lycan, yang Ezekiel kenal sebagai asisten kepercayaan Old Duke Almandine.
Ezekiel mengerutkan alisnya. Jadi wanita itu sudah berhasil mencengkeram kekuatan baru.
Saat mereka berpapasan, dengan otomatis, seperti seorang robot yang sudah terbiasa, Harriet Goldlane membungkuk dengan hormat. Tidak ada cela pada gerakannya.
Ezekiel mengangguk membalasnya.
“Harriet Goldlane menghaturkan salam untuk Putra Naga, His Highness the Crown Prince,” Harriet bahkan tidak merubah ekspresinya.
“Mengejutkan sekali melihat kau kembali,” ucap Ezekiel datar. Meski ia bilang ia terkejut, ia tidak menunjukkan keterkejutannya.
Harriet tersenyum lembut dengan cara yang khas. Ezekiel mengenalnya sebagai senyum bisnis sempurna wanita itu.
“Mari,” Ezekiel mengulurkan tangannya untuk menawarkan mengawal wanita itu sampai ke ruang pertemuan, dan Harriet tidak menolak. Hal ini membuat Ezekiel sedikit menggerakkan alisnya tidak suka.
Harriet sendiri sama sekali tidak merubah senyumnya, tidak bisa diprediksi.
“Kudengar kau baru menikah,” ucap Ezekiel.
“Saya merasa terhormat Your Highness memperhatikan tentang pernikahan saya,” ucap Harriet lembut.
“Tentu saja,” ucap Ezekiel. “Aku harus memuji bagaimana Marchioness mengubah situasi buruk menjadi menguntungkan. Semua orang melihat kemalangan saat adikmu menjadi monster, tapi kau justru melihat kesempatan untuk menjadi istri dari pria tua sekarat dan pewaris Duchy.”
Hening.
Para Lycan di belakang Harriet mendengarnya dan memelototkan mata mereka dengan terkejut pada kekasaran kata-kata Ezekiel.
Tapi Ezekiel dan Harriet masih berjalan dengan santai berdampingan. Harriet menoleh dan menunjukkan senyumnya yang tidak berubah ataupun goyah pada para Lycan yang mengawalnya di belakang, menenangkan mereka.
“Langkah berikutnya hanya tinggal menunggu para tua bangka itu mati dan kau akan mengambil alih segalanya, ya?” sindir Ezekiel.
Harriet tertawa kecil.
“Anda benar. Setelah suami saya dan His Grace Old Duke meninggal, saya akan menjadi Matriarch, pemimpin tunggal Duchy sampai putra saya beranjak dewasa,” ucap Harriet tenang.
Ezekiel menunggu Harriet bicara lagi untuk melawan kata-katanya, tapi Harriet justru diam. Wanita itu menatap ke depan tanpa ragu seolah tidak menganggap provokasinya. Apakah wanita ini dengan begitu saja mengakuinya?
Putra Mahkota merasa heran. Harriet berani mengatakan hal seperti itu dengan tenang di depan orang-orangnya Old Duke?
Sejujurnya, para Lycan juga terkejut mendengar kata-kata Harriet. Tapi memang itu faktanya, dan bukan berarti apa yang Harriet katakan itu menghina siapapun. Harriet telah menjadi Luna, dan Old Duke, Alpha mereka sendiri yang memilihnya sebagai menantu Almandine. Kata-kata provokasi Ezekiel tidak bisa menggoyahkan fakta itu, dan seluruh Lycan telah menerima Harriet sebagai Luna mereka yang baru begitu Harriet memanjat menara menuju ruangan Young Lord.
Saat mereka sampai di lorong dekat ruang tahta, Harriet melepaskan tautan tangannya dari lengan Ezekiel. “Your Highness, saya harap anda mengatakan semua itu tadi hanya untuk menyakiti hati saya, bukan untuk memusuhi saya dan Almandine Duchy di masa depan,” ucap Harriet tenang.
Menatap lurus-lurus mata Ezekiel yang terkejut mendengar kata-katanya, Harriet tersenyum lembut. “Saya berharap, sebagai Kaisar masa depan dan Duchess masa depan, kita bisa bekerja sama dengan baik dan profesional tanpa dendam atau prejudis,” lanjutnya lembut.
Harriet membungkukkan tubuhnya dengan sempurna dan pergi ke ruang tahta diikuti para Lycan pengawalnya.
Ezekiel terpaku di tempat dengan wajah marah. Dengan menatap punggung Harriet, ia mengingat betapa tenangnya wanita itu menghadapi provokasinya. Ia mengingat betapa sempurnanya jawaban wanita itu pada olok-oloknya dan bagaimana ia mengabaikannya dengan cara yang menghindari untuk menyinggung perasaannya.
Seorang bangsawan sempurna, yang diinginkan oleh ayahnya duduk di tahta tertinggi, Harriet Goldlane. Wanita yang sanggup bekerja atas dasar akal sehatnya yang sempurna dan hampir tidak memiliki perasaan pribadi sama sekali.
Ezekiel membenci Harriet Goldlane. Apakah dia masih manusia? Bukankah ia lebih mirip seorang monster tidak berhati? Bagaimana bisa seorang wanita muda sepertinya menghadapi provokasi seperti itu dengan tenang seolah itu bukan apa-apa?
Mungkin jika orang lain, mereka akan menganggap Harriet adalah wanita yang luar biasa. Tapi apa mereka tidak berpikir bahwa Harriet terlalu sempurna seperti Ezekiel?
Sekarang setelah ia menjadi menantu Almandine dan akan menjadi Duchess di masa depan, Ezekiel akan semakin mustahil melampauinya. Wanita itu akan semakin bersinar terang setelah ia mendapatkan panggung miliknya sendiri.
Dan Ezekiel khawatir, karena kini ia benar-benar menggenggam para monster sungguhan di tangannya, ia akan semakin jauh dari kemanusiaan dan mengancam segala kedamaian di benua ini.
Harriet Goldlane terlalu berbahaya.
Seperti yang ia duga, ia harus memutuskan seluruh pengaruh wanita itu terhadap benua ini sebelum terlambat. Jika ayahnya tidak bisa melihat bahaya yang bisa didatangkan oleh Harriet terhadap benua ini, maka ia akan memaksanya melihat.
Ia akan memaksa semua orang melihat betapa mengerikannya iblis bertopeng wanita cantik itu.
.
.
.