Keesokan harinya Raziq dan papanya pun berangkat bersama menuju kantor. Untuk hari pertama Raziq berangkat kerja, papanya sengaja mengajak dirinya untuk berangkat bersama. Raziq pun hanya menurutinya. Selama perjalanan ke kantor papanya hanya heran melihat gerak gerik Raziq yang terlihat aneh. Dia pun terus tersenyum memangdangi ponselnya.
“ Apa yang membuat kamu tertawa sendiri seperti itu.” Tanya papanya.
Raziq pun langsung memasukkan ponselnya ke saku jas. “ Ngga ada apa-apa kok pa. Ini lagi chat sama teman.” Jawabnya.
“ Papa ngga mau kamu asal-asalan dalam memilih pasangan ziq. Kamu harus memilih pasangan yang bisa mendukungmu dan keluargamu. Dan dia pun harus berasal dari keluarga yang benar dan terpandang.” Balas papanya, karena dia langsung berfikir kalau ada sesuatu yang anaknya sembunyikan darinya.
Raziq pun hanya bisa menelan ludah ketika mendengar ucapan papanya. Rasa takut pada dirinya pun mulai timbul ketika mengingat hubungannya sekarang dengan Salfa.
“ Untuk masalah ini Raziq tahu kok pa. Raziq ngga akan mengecewakan papa dan keluarga.” Ujarnya.
“ Bagus kalau kamu ngerti. Karena kamu adalah penerus perusahaan kita jadi calon isterimu pun harus bisa mengimbangimu.” Balas papanya.
“ Iya pa.” Jawab Raziq yang hanya mengiyakan segala ucapan papanya.
Setelah percakapan itu mereka pun terdiam. Karena memang sedari kecil Raziq tidak terlalu dekat dengan papanya. Itu semua karena papanya yang memang jarang berada di rumah dan meluangkan waktu bersama dengan keluarga. Ditambah lagi dengan sifatnya yang keras dan kaku.
Sesampainya di kantor Raziq langsung di perkenalkan oleh para pemegang saham dan semua karyawan. Kemudian papanya pun menunjukkan ruangan Raziq.
“ Ini ruanganmu, ingat kamu adalah calon CEO yang masih di awasi gerak-geriknya,Kamu harus bisa meyakinkan para pemegang saham kalau kamu pantas berada di posisimu sekarang ini ziq.” Saran papanya.
“ Iya pa.”
“ Kalau begitu papa tinggal dulu, sekarang ada Risa yang akan membantumu mengatur jadwalmu.” Ujar papanya yang langsung pamit keluar untuk pergi ke ruangannya.
Setelah kepergian papanya, Risa pun menghampiri Raziq dan memberitahukan segala proyek yang akan Raziq tangani. Dan papanya pun memang sudah menyiapkan semua yang pekerjaan yang akan di tangani oleh Raziq langsung. Melihat semua proyek yang kebanyakan berada di luar kota pun membuat Raziq langsung memikirkan Salfa.
“ Baru juga masuk kerja udah dikasih kerjaan sebanyak ini.” Keluh Raziq.
“ Maaf pak, saya hanya memberitahukannya pada pak Raziq. Dan semua ini atas perintah dari pak Fendy.”
“ Iya saya tahu, berarti minggu depan saya harus berangkat ke Bengkulu kan. Berarti saya harus izin dulu.”
“ Izin ke siapa pak.” Tanya Risa.
Raziq pun langsung kalang kabut karena keceplosan. “ Ya… izin sama keluarga saya.” Jawabnya.
“ Oh iya… benar pak. Saya sebagai sekertaris bapak yang baru siap membantu segala pekerjaan bapak.”
“ Ok makasih ya.”
“ Kalau begitu saya permisi dulu pak.”
“ Hmmm.”
***
Sedangkan Salfa di rumah pun sudah bersiap akan keluar. Dirinya akan pergi ke apartemen untuk memasakkan Raziq makan siang. Walaupun mereka tidak tinggal dalam satu rumah tapi Salfa tetap berusaha melaksanakan tugasnya sebagai isteri dari Raziq.
“ Pagi-pagi begini anak mama udah cantik begini memangnya mau pergi kemana sayang.” Tanya mamanya yang melihat Salfa sedang mengenakan sepatunya.
“ Mmmm Salfa ada urusan ma. Salfa izin keluar dulu ya ma.” Jawabnya dengan meraih tangan mamanya.
“ Memangnya kamu ada urusan apa sih fa. Mama juga perhatikan sejak Salfa pulang ke rumah, mama jarang deh liat Salfa berdiam diri di rumah seperti dulu.” Tanya mamanya.
“ Ngga begitu juga ma, Salfa keluar juga karena ada urusan ma. Kalau urusan Salfa udah selesai pasti Salfa langsung pulang. Maaf ya ma karena Salfa begini. Salfa sayang mama.” Ungkapnya.
“ Mama pun sayang Salfa, mama bilang seperti ini pun karena mama ngga mau anak mama berbuat macam-macam di luar sana. Mama hanya khawatir dengan keadaan kamu fa. Kamu anak perempuan jadi harus benar-benar jaga diri.” Ujar mamanya.
“ Mama tenang aja, Insyaallah Salfa akan selalu jaga diri. Kalau gitu Salfa izin pergi dulu ya ma. Boleh kan.”
“ Boleh sayang.”
“ Makasih ma.” Ucapnya yang langsung memeluk mamanya. Wajah ceria Salfa pun langsung berubah sendu ketika memeluk mamanya. “ Maafin Salfa ya ma, karena Salfa udah bohongin mama. Tapi Salfa janji kalau nanti semuanya sudah membaik Salfa pasti akan ungkapkan kebenarannya pada papa dan mama. Salfa sayang mama.” Ucapnya dalam hati.
Kali ini pun Salfa pergi ke apartemen dengan mengendarai mobil sendiri. Karena Hanan sedang kuliah jadi tidak bisa mengantarkan dirinya. Sesampainya di apartemen Salfa pun langsung memasak untuk makan siang bersama dengan suaminya. Dirinya pun sudah membayangkan rekasi yang akan Raziq tampilkan ketika memakan menu baru yang ia buat kali ini. Namun semua itu langsung terhenti ketika dirinya melihat ponselnya yang berdering. Wajah cerinya pun langsung berubah menjadi sedih ketika mendapat pesan dari suaminya.
“ Mai, maaf ya keliatannya nanti bby ngga bisa pulang ke aparteman buat makan siang bareng kamu. Tiba-tiba papa ngajak bby buat meeting sama klien di kantor siang ini. Dan ini salah satu klien penting perusahaan, maaf ya mai. I love you mai.”
“ Kenapa kalau ngga bisa baru ngabarin sekarang sih. Padahal masakannya semuanya udah mau jadi semuanya. Kan kalau kaya begini jadi mubadzir.” Ucapnya yang begitu kecewa karena suaminya membatalkan makan siang bersama secara mendadak. Kemudian Salfa pun hanya membalas pesan Raziq dengan singkat karena kecewa.
“ Iya ngga apa-apa.”
Karena semua makanannya terlanjur dia buat Salfa pun langsung punya inisiatif untuk mengantarkan makanan ini ke kantor suaminya. Tapi dirinya tidak berani mengantarkannya seorang diri. Kemudian dia pun meminta seseorang untuk mengantarkan makanannya ke kantor Raziq.
***
Selesai meeting dengan klien, Raziq pun kembali ke ruangannya. Dia pun tidak menyangka di hari pertamanya bekerja sudah banyak sekali agendanya untuk satu minggu kedepan. Dirinya juga merasa bersalah pada Salfa karena membatalkan janji mereka secara tiba-tiba. Apalagi setelah mendapatkan pesan singkat dari Salfa, Raziq pun yakin kalau isterinya kecewa dengannya. Maka dari itu Raziq segera keruangannya untuk menghubungi Salfa secara langsung. Tapi baru sampai depan ruangan, Raziq punterhenti karena Risa memanggilnya.
“ Pak.”
“ Ada apa sa.”
“ Ini pak ada paketan makan siang buat pak Raziq.”
“ Dari siapa sa.”
“ Saya kurang faham pak, tapi tadi bagian resepsionis bilang dari Maira pak.” Jawabnya. Dan ketika Risa menyebutkan nama Maira, Raziq pun langsung tersenyum dan tahu. Dia langsung mengambil tas isi makanan tersebut dan membawanya masuk.
“ Makasih ya sa.”
“ Iya pak.”
“ Dia memang paling bisa buat aku bahagia. Tahu aja kalau suaminya lagi kelaperan.” Ucapnya yang langsung membuka semua kotak makanan yang di bawakan oleh isterinya. Raziq pun langsung membaca kertas yang ada didalamnya.
“ Assalamualaikum bby. Tadi waktu bby kirim pesan Mai udah masak. Karena takut mubadzir jadi Mai nyuruh orang buat nganterin makanan ini ke kantor kamu. Semoga kamu suka sama menu baru yang Mai buat ini ya.”
Raziq hanya menghela nafas membaca kartu ucapan tersebut. Dia jadi merasa bersalah pada Salfa karena hal ini. Kemudian Raziq mencoba menghubungi Salfa, namun gagal.
Ketika Raziq sedang menyantap masakan Salfa, tiba-tiba saja papanya masuk keruangannya.
“ Raziq.” Panggil papanya.
“ Iya pa.” Jawabnya yang langsung kalang kabut.
“ Kamu lagi makan siang. Tadinya papa mau ajak kamu makan siang sekalian membahas proyek baru tapi ternyata kamu sudah makan. Memangnya siapa yang bawain kamu bekal seperti ini.” Tanya papanya yang heran melihat banyak makanan yang sudah terhidang di meja Raziq.
“Owh ini tadi Raziq pesan pa.”
“ Kamu pesan makanan sebanyak ini. Papa fikir ada yang mengirimimu makanan. Karena bentuknya ini seperti masakan rumah.” Ujarnya.
“ Owh sekarang kan udah banyak makanan yang di kemas seperti bekal dari rumah pa. Kalau papa mau kita makan bareng” Ucapnya yang terus berusaha menipu papanya.
“ Ngga perlu, papa makan siang di luar aja, sekalian mau liat ke lapangan.” Ujar papanya yang langsung menutup pintu ruangan Raziq.
“ Huuuuhhh. Syukurlah. Ternyata ngga enak banget harus ngumpet-ngumpet begini. Tapi mau bagaimana lagi, memang cara ini yang harus aku jalani dulu.” Ucapnya yang merasa lega karena papanya percaya dengan ucapanya.
***
Siang tadi setelah gagal makan siang bersama Raziq pun Salfa langsung menemui sahabatnya. Dia masih bingung dengan kegiatannya yang masih saja monoton. Karena dia belum mendapat panggilan kerja. Selama Salfa di rumah Hani, dia tidak sadar kalau ternyata ponselnya mati karena baterainya yang habis. Jadi dia tidak tahu kalau Raziq terus menerus menghubunginya.
Waktu pun berganti malam, Salfa yang baru pulang dari rumah Hani pun langsung membersihkan dirinya. Setelah itu dia teringat kalau ponselnya mati, dengan cepat Salfa mengisi baterainya dan menyalakan ponselnya. Dia benar-benar terkejut ketika banyak sekali panggilan tak terjawab dari suaminya.
“ Ya Allah, pasti Raziq khawatir banget nih.” Ucapnya yang langsung mencoba menghubungi balik Raziq.
“ Halo, Assalamuaalaikum bby.”
“ Waalaikumsalam, akhirnya kamu ngabarin juga Mai. Kamu dari tadi kemana aja sih Mai,kenapa aku nelfonin kamu ngga bisa-bisa.”
“ Maaf ya bby, tadi Mai ke rumah Hani. Dan disana Mai ngga sadar kalau ponsel Mai udah matu. Maaf ya bby udah buat kamu khawatir.”
“ Ya Allah, Mai aku takut banget kalau kamu kenapa-napa. Karena ngga ngabarin aku sama sekali. Aku taku kamu marah sama aku dan ngga mau ngangkat telfon dari aku.”
“ Ya Allah bby, aku ngga marah kok sama kamu. Aku benaran ngga tahu ponselku mati. Dan aku juga baik-baik aja. Sekarang aku udah ada dirumah.” Ucapnya.
“ Aku tahu kamu udah di rumah kok.”
“ Kok bisa.”
“ Orang sekarang aku lagi ngliatin kamar kamu.”
“ APA !! Apa maksudnya kamu lagi ada di depan rumahku.”
“ Iya Mai.”
Salfa langsung mengintip jendelanya, dan benar saja ia dapat melihat kalau mobil Raziq ada di depan rumahnya. Jantungnya pun seolah berhenti ketika matanya beralih memandang kearah pintu gerbang. Dia dapat melihat kalau papanya baru pulang.
“ Bby kamu pergi sekarang sebelum papa ngliat kamu ada disitu.” Suruh Salfa.
“ Tapi aku pingin liat kamu dulu Mai.”
“ Bby please, jangan membahayakan diri kamu sendiri. Besok kita kan bisa ketemu bby. Aku ngga mau kamu kena marah sama papa.”
“ Tapi Mai.”
“ I love you so much bby, kamu cintaku, kamu sayangku. Kamu terbaik untukku.” Ucap Salfa dengan segala ucapan cinta supaya Raziq mau meninggalkan rumahnya.
“ I love you too. Ok aku pulang dulu ya. Sampai ketemu besok Mai. Assalamualaikum.”
“ Waalaikumsalam.” Balas Mai.
Raziq pun mulai menyalakan mobilnya. Namun ketika dirinya akan melajukan mobilnya ternyata Nizar yang tidak lain papa Salfa pun ada di depan pintu gerbang. Dia merasa aneh melihat mobil yang terparkir di depan rumahnya. Raziq pun mulai khawatir kalau Nizar akan mengetahui kalau itu dirinya. Dia langsung memakai topi untuk menutupi wajahnya, dengan cepat Raziq langsung melajukan mobilnya.