Prolog
“Ya ampun ... Berantakan sekali. Pasti ulah Mas Aji lagi!”
Seorang wanita cantik berusia tiga puluh tahunan itu nampak mengomel sambil terus sibuk merapikan pakaian kotor yang berserakan di ruang ganti pakaian. Mengambil, lalu menaruhnya ke dalam kotak yang tersedia, lalu berdiri, dan mengulang kegiatan itu untuk beberapa kali.
Namun, saat dia hendak merapikan gantungan jas yang menyerong dari posisi biasa, tangannya secara tak sengaja menyentuh sesuatu yang benar-benar tak terduga. Dalam saku jas tersebut, dia menemukan alat tes kehamilan yang menunjukkan indikator garis dua di atasnya.
Jantung wanita itu seketika berdegup kencang. Matanya membulat, tertuju pada alat tersebut, dan pertanyaan mulai melanda pikiran.
Alat tes kehamilan milik siapa ini?
Kenapa ada dalam saku jas milik Mas Aji?
Walau dengan pikiran kalut, wanita itu bergegas merapikan pakaian di sana, dan segera kembali ke kamar sembari membawa alat tersebut di tangan. Duduk di tepi tempat tidur, merenung dan berpikir keras.
Apakah ada penjelasan logis untuk temuannya ini? Mungkin ada alasan tersembunyi di balik alat tes kehamilan ini? Atau jangan-jangan ini milik seseorang kenalan Mas Aji? Tapi bagaimana aky bisa menghadapinya tanpa mencurigai atau menyakiti perasaan Mas Aji?
Kekhawatiran dan pertanyaan lainnya terus berputar dalam pikiran, membawa perasaan wanita itu semakin terjerat dalam situasi yang rumit. Dia tahu dia harus berhati-hati dalam mengungkapkannya, sementara tetap mencari jawaban atas kebingungan tersebut, beserta bukti-bukti lainnya.
Namun, saat ia hendak bangkit untuk menyembunyikan alat tersebut di suatu tempat, samar-samar terdengar suara bariton seorang pria tengah berbicara dengan seseorang menggunakan telepon selular.
Dengan hati berdebar, cepat-cepat ia masukkan alat tes kehamilan itu di bawah bantal tempat tidur dan berbaring di atasnya, pura-pura tidur. Berusaha memfokuskan indera pendengarannya, sampai suara penuh kekhawatiran itu mulai terdengar jelas.
“Aku akan bertanggung jawab! Jadi tolong, rahasiakan ini dari siapapun, termasuk mantan suamimu, dan juga Venus!”
***