Bab 2: Kekesalan Willy

1288 Kata
William Adam Gath adalah seorang pebisnis muda yang cukup sukses dengan usaha propertynya. Selain dia seorang pebisnis, William atau yang dikenal sebagai Willy adalah seorang yang perfeksionis. Dilihat dari segi penampilan dan cara bekerjanya, Willy tak suka dengan sesuatu yang kotor, berantakan, bau dan hal-hal yang menghambatnya. Seperti pagi ini ketika ia bangun tidur, ia melihat meja makan Laura penuh dengan makanan yang berceceran hingga berjatuhan ke lantai. Beberapa asisten rumah tangganya menunduk di samping Laura dengan wajah was-was dan takut, sedangkan Anna sibuk mengajak bicara Laura yang sedang makan dengan kedua tangannya. "Ini namanya sayur brokoli sayang, warnanya hijau, cantik, kan?" kata Anna sembari menunjukkan brokoli kecil yang sudah direbus dan gampang dimakan oleh Laura yang usianya sudah tujuh bulan. Tangan kecil Laura hendak meraih brokoli dari meja makannya tapi suara menggelegar sang ayah membuat gadis kecil itu sedikit kaget dan menatap ayahnya dengan tatapan takut. "Apa-apaan kamu, Anna!" seru Willy kesal kepada Anna yang langsung menoleh ke Willy yang berada di sampingnya. Saking fokusnya ia kepada Laura, Anna sampai tak menyadari kalau Willy sudah berada di sampingnya. "Maksud tuan apa, ya?" tanya Anna bingung. Willy hendak marah kembali, tapi ketika melihat anaknya menatapnya, ia sadar kalau sudah bersikap tidak semestinya di hadapan sang buah hati. Meski dengan hati masih sebal, ia menatap Anna yang menatapnya polos dengan sedikit lunak. "Kamu buat anak saya jadi kotor dan rumah saya juga. Lihat! Makanan berceceran di mana-mana!" tunjuk Willy pada area dimana Laura duduk di kursi makan. Anna melihat ke arah mana Willy menunjuk, lalu ia kembali menatap Willy. "Hal ini sudah biasa, pak," kata Anna yang membuat Willy melotot. "Apa? Kamu buat rumah saya kotor dan itu kamu katakan sudah biasa?" tanya Willy heran, suaranya ia tahan serendah mungkin karena ada Laura di hadapannya yang bingung menatapnya dan menatap Anna secara bergantian. "Bisa dibersihkan setelah nona Laura selesai makan, pak. Tapi waktu untuk mengenal tekstur makanan dan makan sendiri tidak bisa diulang," jawab Anna. "Tahu apa kamu?" sahut Willy ketus, "orang tua saya dulu menyuapi saya saat makan!" kata Willy. "Saya juga diperlakukan orang tua saya begitu, pak, dulu. Tapi kita berada di jaman now, jadi kita ikuti perkembangan jaman now, pak, bukan jaman old," jawab Anna yang membuat asisten Willy heran sekali, pasalnya Anna berani menjawab apa yang Willy ucapkan tanpa rasa takut sama sekali. Willy sampai heran, rasa-rasanya ia ingin segera memecat Anna saja, ia geram bukan main dengan cara Anna mengasuh anaknya. "Anna, jangan coba-coba ajari saya!" seru Willy. Anna meraih ponselnya lalu mencari video tentang bagaimana pola asuh anak balita yang benar dari dokter Anna yang memiliki jutaan followers. Setelah ketemu, Anna menunjukkan video itu kepada Willy yang dahinya berkerut. Karena tak bisa melihat dengan jelas, Willy meraih ponsel Anna dan melihat video itu dengan jelas dan benar apa yang dikatakan oleh Anna. Tanpa memedulikan apa yang dipikirkan oleh sang majikan, Anna kembali fokus pada Laura dan mengajaknya kembali untuk menghabiskan makanannya sembari mengajaknya mengobrol terus. Willy melihat banyak hal dari postingan dokter anak yang tidak pernah ia ketahui itu. Ia rasa Anna benar. Tanpa mengucapkan apapun, karena gengsi setelah tahu dia salah, Willy mengembalikan ponsel Anna dan berlalu dari sana. Tapi sebelum benar-benar pergi, Willy menoleh lagi ke Anna yang sibuk mengajak Laura bicara dan menstimulasi Laura untuk makan sendiri. "Jangan lupa dibersihkan setelah selesai!" kata Willy yang ditanggapi dengan anggukan kepala oleh Anna, "bukan kamu tapi mereka!" tunjuk July pada kedua asistennya yang berdiri di samping Laura. Dua asisten itu lantas mengangguk ke arah Willy dengan tatapan takut-takut. Anna hanya menatap kepergian Willy dengan geleng-geleng kepala saja. Sampai di tempat kantornya, Ruby menyambut kedatangan Willy dengan senyuman dan seperti biasa, Willy tak membalas senyuman Ruby dan ia langsung masuk ke ruang kerjanya. Ruby mengekor di belakangnya dan mengatakan jadwalnya hari itu apa saja. Setelah mengatakannya, Ruby memberikan file yang perlu ditandatangani oleh Willy. "Ruby, Anna lulusan apa?" tanya Willy yang masih kesal karena pengetahuan soal anak Anna lebih tahu dari dirinya. "SMA negeri terbaik di daerahnya, pak," kata Ruby yang membuat mata Willy membola kaget mendengarnya. "Apa? Jadi dia cuma lulusan SMA?" tanya Willy makin kesal. "Iya, pak, ada apa?" tanya Ruby kembali yang membuat Willy geleng-geleng kepala dan mengibaskan tangannya. Ruby paham maksud dari gerakan tangan Willy, ia menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat sebelum pergi dari sana kemudian. Willy menghela napas, ia makin kesal setelah sadar bahwa Anna hanya lulusan SMA tapi dia tahu cara mengasuh anak. Karena masih tak yakin dengan kemampuan Anna dan gelisah karena membiarkan Anna merawat anaknya, Willy meraih ponselnya dan memutar cctv yang ada di rumahnya dan ia sambungkan ke ponselnya. Ia mencari-cari Anna dan Laura kemana-mana di seluruh sudut rumahnya tapi ia tak menemukannya. Willy panik, ia takut Anna menculik Laura hingga akhirnya ia melakukan panggilan telepon ke Anna tapi tak diangkat juga oleh Anna. Willy menelepon rumah pada akhirnya dan salah satu asisten rumah tangganya mengangkat telepon tersebut. Ia lega mendengar suara asisten menyapanya. "Di mana Anna dan Laura sekarang?" tanya Willy pada asisten rumah tangganya. "Ada di halaman belakang rumah, pak," jawab asisten rumah tangga itu padanya. "Oke," jawab Willy seraya mematikan sambungan telepon itu dan gegas memutar kembali cctv yang menampilkan halaman belakang rumahnya. Di sana, ia melihat Anna dan Laura duduk di atas rumput hijau yang rapi di halaman rumahnya. Mata Willy membelalak sempurna, apalagi ketika ia menyaksikan sebagian tubuh Anna kotor oleh tanah. Tapi yang Willy herankan adalah ekspresi bahagia Laura dan Anna, bahkan Laura terlihat menepuk-nepuk wajah Anna dengan kedua tangannya yang kotor. Willy kesal dan juga heran dengan apa yang dilihatnya itu. Kemudian ia melakukan panggilan interkom pada Ruby yang sedang sibuk menerima panggilan dari salah satu klien bosnya lewat ponsel. "Ya, pak?" Jawab Ruby. "Ke ruangan saya sekarang!" titah Willy pada Ruby. "Baik, pak," jawab Ruby. Setelah mematikan interkom, Ruby kembali mengkonfirmasi pertemuan antara bosnya dan kliennya lewat telepon sekali lagi dan mengucapkan terima kasih lalu mematikan sambungan segera. Ruby bangkit dari kursi tempat duduknya dan berjalan menuju ruangan bosnya, setelah mengetuk pintu tiga kali, ia mendorong pintu ruang kerja bosnya dan masuk ke dalamnya. "Ada yang harus saya kerjakan, pak?" tanya Ruby setelah mendekat ke meja kerja bosnya yang tampak frustasi. "Ini hasil lulusan SMA yang kamu rekomendasikan kepada saya untuk jadi pengasuh Laura, lihat! Kamu bisa lihat, kan?" kata Willy kesal kepada Ruby setelah memberikan ponselnya pada Ruby. Ruby memerhatikan video kedekatan antara Laura dan Anna, dalam video itu terlihat sekali kalau Laura berulang kali memeluk Anna. "Mereka cepat dekat ya, pak? Terlihat sekali kalau Laura menyukai Anna, ia terlihat bahagia dengan banyak senyuman," kata Ruby. "Kamu tidak lihat bagaimana cara Anna mengasuh anak saya? Dia membawanya ke taman belakang yang kotor dan hasilnya apa? Baju anak saya kotor dan tangannya penuh tanah," kata Willy. "Bukankah itu bagus untuk stimulasi perkembangan Laura, ya, pak? Dia bisa mengenal alam, merasakan tekstur rumput di kakinya dan menyentuh tanah dengan kedua tangannya. Saya melihat banyak balita yang melakukan hal itu di sosial media beberapa dokter anak, pak. Stimulasi ini memang disarankan, pak," jawab Ruby yang lagi-lagi membuat Willy terdiam. "Disarankan?" tanya Willy dan Ruby mengangguk, "berkotor-kotor seperti itu?" tanya Willy kembali. "Nanti bisa dibersihkan, pak," kata Ruby yang sama persis dengan apa yang dikatakan oleh Anna tadi pagi. "Kamu dan Anna ternyata sama saja, ya sudah, sana kembali bekerja!" perintah Willy yang membuat Ruby mengangguk dan pamit pergi dari ruangannya. Willy memijat pelipisnya yang tak pusing, ia heran kenapa sekarang Ruby juga mendukung Anna? Ketika Willy mengalihkan perhatiannya lagi kepada video cctv di ponselnya, tanpa sengaja Laura menyingkap sedikit rok yang dikenakan Anna dan terlihat olehnya sebagian paha Anna yang terkespos olehnya sebentar sebelum Anna membenarkan posisi pakaiannya kembali. Saat itu Willy terkejut dan dadanya berdebar aneh. Willy buru-buru mematikan video cctv itu ketika gelanyar aneh menyerang dirinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN