Yang Aku Lakukan Untuk Mendapatkan Cintamu Bukan Pengorbanan Tapi Pengabdian.

1657 Kata
Dari Bandara Changi . Kami langsung menuju ROM Office untuk penandatangan surat Register Of Marriage. Untung Om Awan ikut karena dia yang akan menjadi salah seorang saksi pernikahan kami karena salah satu syarat untuk pelaksanaan ROM adalah harus menyediakan dua orang saksi. Mami bilang kami sangat beruntung karena ada satu jadwal kosong hari ini, saat mami mendaftar online untuk mendapatkan jadwal penandatanganan ROM. Acara penandatanganan , berlangsung tidak sampai 10 menit. Tanganku gemetar ketika aku memegang pulpen untuk menandatangani selembar surat yang akan membuatku resmi menjadi istri Rain. Aku yakin hidupku pasti berubah sejak aku menggoreskan tanda tanganku pada selembar kertas ini. Menjadi seorang istri tidak pernah aku bayangkan sebelumnya dan menjadi istri dari seorang lelaki yang baru aku kenal tiga hari yang lalu, mimpi pun aku tak pernah. Tapi lingkaran kehidupan ini, telah membawaku sampai ke titik ini. Jadi aku harus menghadapinya dan membuat pernikahan kami ini berhasil dan hal penting lainnya adalah membuat lelaki yang sedang duduk di sampingku ini mau menerima diriku. Dengan tekad bulat, aku menggoreskan tandatanganku lalu menyerahkan pulpen itu kepada Rain dan dia langsung menggoreskan tanda tangannya tanpa ragu. “ Congratulations! You are now officially married. May your journey together be filled with love, happiness, and wonderful memories. Remember to cherish and support each other through all the ups and downs of life. Best wishes on this beautiful journey as husband and wife." Officer wanita itu menjabat tanganku dan aku menerima jabatan tangannya. Saat dia mau menjabat tangan Rain, Rain tetap tertunduk dan tidak mengulurkan tangannnya untuk balas menjabat tangan sang officer . Aku menarik lengan kemeja Rain pelan dan memberi kode kepada Rain dengan mataku , baru dia menjulurkan tangannya dan membalas jabatan tangan wanita itu sekilas tanpa mengengamnya. Wanita itu tampak mengerutkan matanya. Pasti dia heran, kenapa ada pengantin pria yang wajahnya tidak kelihatan gembira saat dia sah memperistri wanita yang dicintainya. Agar dia tidak terus terheran-heran dan tersinggung, aku yang tersenyum dengan gembira dan mengucapkan thank you padanya. Om Awan yang penuh pengertian, sepertinya mendekati wanita itu dan menjelaskan kepadanya tentang keadaan Rain dan wanita itu baru tersenyum lalu mengangguk dan beranjak masuk ke loketnya kembali. “ Selamat Rose.” Kata Mami memelukku “ Selamat Rain. Mami sudah pesan hotel di Marina Bay Sand untuk malam pertama kalian. Yuk, kita segera berangkat ke sana.” Kata Embun pada anaknya. Hari sudah menjelang sore saat kami tiba di Hotel Mewah Marina Bay Sands yang bagian rooftopnya seperti berbentuk perahu. Mami dan Om Awan tidur di dua kamar terpisah di lantai bawah kamar suite room kami. “ Kamu pesenin aku satu kamar dan kamu di kamar yang lain? Kita nggak sekamar aja ,M? Biar hemat? Toh bisa ambil tempat tidur yang twin sharing ?” Goda Om Awan pada mami saat, mami menyerahkan kartu kamar pada Om Awan. “ Gila kamu ya,Wan.” Hardik mami sambil melotot. “ Kok gila? Supaya lebih hemat aja. Kuno amat sih kamu! Sekamar saja kan nggak masalah, toh kita berdua tidur di tempat tidur yang berbeda . Tapi kan bisa hemat jutaan rupiah.” Kata Om Awan. “ Aku ini wanita terhormat, Awan. Apa kata orang kalau melihat kita tidur di kamar yang sama, meskipun kita tidak melakukan apa-apa.” Kata Mami. “ Biarin aja, toh kamu janda dan aku duda.” “ Udahlah Wan, jangan lagi kita berdebat dengan pemikiran bebas ala Amerikamu. Sekarang masuk kamarmu dan aku juga masuk ke kamarku. Kita uda capek seharian dari pagi-pagi tadi uda ke bandara. Rose dan Rain tentunya juga mau beristirahat.” Kata Mami. “ Yah….. Orang yang mau malam pertama, disuruh istirahat.” Kata Om Awan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan wajahku pun langsung memerah tapi Rain seperti biasa tak berubah mimiknya. Wajahnya yang klimis tetap tenang dan cool dia hanya menunduk sambil memutar-mutar gagang kopernya. Kami berpisah di lift karena kamar mami satu lantai di bawah kamar kami. Hatiku berdebar-debar tak karuan. Apakah Rain akan langsung meminta haknya sebagai suami atau dia hanya akan diam? Tapi nggak mungkin dia diam karena dia harus berhasil memberi cicit pada kakeknya sebagai syarat agar semua harta kakeknya bisa diserahkan pada Rain setahun lagi. Bagaimana kami berdua bisa memulai kegiatan intim itu, aku sama sekali binggung, karena ciumanpun belum pernah aku lakukan. Rain adalah lelaki pertama yang dalam tiga hari langsung menjadi suamiku. Apa yang harus aku lakukan nanti ? Apakah aku harus membelai Rain? Tapi Rain tidak suka dibelai? Apakah aku harus mencium Rain? Aku sungguh sungguh sangat binggung. Rain membuka pintu kamar besar suite room kami. Mataku langsung terbelak lebar, kamar ini sangat indah dan benar-benar mewah. Dari jendela kamar besar kami, terlihat pemandangan Kota Singapura dengan lampu yang berkelap-kelip. Rain juga tampak gugup dan binggung. Lalu dia membuka lemari seperti mencari-cari sesuatu. Aku tidak berani bertanya apa-apa, lalu dia seperti bergumam. “ Ada apa Rain?” Tanyaku pelan. “ Mama pesenin tempat tidur double, Rain akan tidur di sofa dan kamu bisa tidur di tempat tidurnya. Rain tidak terbiasa tidur bersama orang lain.” Katanya sambil menarik selimut dari lemari. Ternyata tujuannya membuka lemari adalah mencari selimut. “ Aku aja yang tidur di sofa Rain.” Kataku sambil mengigit bibirku. Mana mungkin untuk malam pertama dipesenin tempat tidur single . Mami pasti sangat ingin kami berdua berhasil melakukan malam pertama ini, agar bisa memberi cucu dan keinginannya untuk mendapatkan harta keluarga Berlian bisa berhasil. Tapi yang paling epic dan membuatku terbengong-bengong adalah Rain langsung mengangguk setuju ketika menerima tawaranku untuk tidur di sofa tanpa membujuk seperti lazimnya pria gentleman. Pelajaran penting yang harus kuingat adalah jangan menawarkan sesuatu sekedar berbasa basi pada orang dengan syndrome asperger karena dia tidak bisa mengetahui tentang emosi lawan bicaranya. Jadi jangan mengharapkan dia akan membujukmu dan mengatakan ‘ Nggak usah , aku aja yang tidur di sofa, karena aku laki-laki.’ Aku menghela nafas dan mengangguk pada Rain sambil tersenyum dan berjalan ke arah lemari untuk memasukkan koperku. Rain yang mandi duluan di kamar mandi ber bathtub besar di kamar kami. Rain tetap diam saja tak pernah mengajakku berbicara. Aku mencoba mengerti, dia pasti butuh waktu agar terbiasa dengan diriku. Baiklah kalau kamu tidak mau berbicara denganku. Aku yang akan berusaha berbicara denganmu. Aku tahu kamu pasti akan mendengarkan meskipun tidak membalas. Nggak mungkin kita berdua diam-diaman selamanya. Kalau tidak aku yang berusaha. Aku yakin, sampai kiamatpun, Rain tetap akan dalam diamnya. Saat Rain keluar dari kamar mandi, dia sudah berbaju piyama lengkap dan aku pun bangkit dari sofa merangkap tempat tidurku untuk mandi sambil berkata riang. “ Rain , aku akan berendam di bathtub, jadi aku akan mandi sangat lama. Kalau kamu mau tidur, tidurlah dulu . Nggak usah menungguku.” Dia hanya mengangguk. Setengah jam kemudian, aku membuka pintu geser kamar mandi dengan perlahan karena berpikir Rain sudah tidur, tapi ternyata suamiku itu masih duduk di tempat tidur sambil membaca handphonenya. Aku yang memakai celana pendek dan kaos bola jersey gombrong sebagai pakaian tidurku, bertanya pelan “ Rain belum tidur?” Dia menggeleng dan berkata “ Aku lagi mencari di google bagaimana caranya pasangan melakukan malam pertama” Aku mau tertawa tapi tak berani dan hanya bisa menunduk menyembunyikan seringai tawa di bibirku. “ Lalu apa yang tertulis di google?” Tanyaku sambil duduk di sofa besar warna coklat. “ Tertulis di sini, kita bisa mulai dengan foreplay, saling berciuman. Berciuman aku tidak suka karena berciuman itu bisa menularkan berbagai penyakit seperti cytomegalovirus (CMV) , Epstein-barr Virus ( EBV) , Herpes Labialis, gondongan dan masih banyak lagi, jadi cara foreplay seperti ini, Rain tidak mau.” Jelas Rain bagai dokter kesehatan dan aku hanya bisa melongo. Okay, nggak perlu ciuman kalau kamu tidak suka tapi nggak mungkin juga tak bersentuhan dan saling memeluk, karena Rain juga tidak suka. Sepertinya aku akan gagal untuk memiliki anak dari Rain. Maafkan aku mami. Kataku dalam hati. Tapi masak aku sedemikian cepat menyerah? Aku sudah bertekad akan membuat pernikahan kami berhasil dan aku yakin aku bisa. Kata hatiku lainnya. “ Aku setuju. No kissing.” Kataku padanya. “ Jadi menurutmu bagaimana kita harus melakukan malam pertama ini, Bisakah kita melakukannnya tanpa foreplay ?” Tanya Rain bagaikan anak murid bertanya pada gurunya. Sejujurnya aku juga tidak tahu apa yang harus kami lakukan. Tapi aku harus berusaha, aku ini atlit karate yang pantang menyerah . Baiklah otak pintarku harus mencari cara agar kami bisa melewati malam pertama ini dengan sukses, meskipun mungkin kami tidak akan melakukan hubungan seks, tapi paling tidak aku dan Rain bisa lebih akrab dan semoga hari kedua nanti, aku tidak lagi disuruh tidur di sofa dan bisa tidur di sampingnya meskipun berjauhan aku di sisi kiri dan dia di sisi kanan. Nanti untuk malam selanjutnya baru kupikirkan lagi caranya, aku harus sabar , selangkah demi selangkah untuk mencapai tujuan. Dan mataku langsung berkilat saat melihat satu kotak kartu poker yang terletak di meja di depan sofaku yang sekarang merangkap menjadi tempat tidurku “ Rain.. Kalau aku mengusulkan agar malam pertama kita ini sukses, apakah kamu akan mengikutiku?” Tanyaku meminta pendapat Rain. “ Jangan khawatir, no kissing and no touching, seperti kemauanmu. Aku juga nggak mau tertular penyakit yang kamu sebutkan tadi. Kita hanya akan bermain bersama saja.” Sambungku ketika melihat Rain tetap diam. “ Bermain apa?” Tanyanya. “ Boleh aku duduk bersamamu di tempat tidur?” Tanyaku meminta izin Rain mengangguk dan aku mengambil kartu poker itu dan duduk di hadapan Rain yang menyandar di kepala tempat tidur. “ Aku ingin mengajakmu bermain poker. Kamu bisa bermain ini?” Kataku sambil membuka plastic kotak poker itu, mengeluarkan kartunya dan mengocoknya perlahan. Melihat aku yang mengocok kartu poker itu perlahan . Mata Rain berkilat senang dan dia menjawabku dengan suara yang terdengar sedikit antusias, tidak lagi datar. “ Rain hebat kalau bermain poker. Rain tak pernah kalah. ” “ Okay bagus, mari kita bermain. Strip Poker” Kataku tenang dan kini mata Rain yang terbelak lebar. Aku melonjak senang, karena satu ekspresi wajah Rain berhasil kulihat hari ini. Matanya yang terbelak lebar, sungguh membuat hatiku berdebar kencang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN