Aku berjalan dengan memghentak-hentakkan kaki dengan sangat kesal dan marah. Semua yang kurencanakan tidak berjalan dengan baik dan semua karena wanita succubus sialan itu, sudah beberapa menit berlalu pun telingaku masih terasa nyeri dan berdengung, dan suara dengungan dalam telingaku ini sangat menggangguku.
“sampai kapan wajahmu berkerut seperti itu, Kimmie?” Jayden sekarang mulai memanggilku dengan sebutan Kimmie seperti Dad. Itu adalah nama panggilan kesayangan Dad padaku tapi sekarang Jayden juga memanggilku seperti itu dan hal itu membuat Dad marah. Mereka selalu saja bertengkar tiap kali bertemu dan memperebutkan sesuatu tentangku, sungguh kekanakan.
“Kim…”
“huh?” aku berbalik dan wajah Jayden sudah berada tepat di depan wajahku. Mungkin jika sedikit lagi aku bergerak, bibirku menyentuh bibirnya.
“hm? Sepertinya ada yang tidak sabar untuk melakukan hal ini” napas Jayden mengenai bibirku. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku.
“kau berdiri terlalu dekat denganku, Jayden” aku hendak mundur tapi Jayden menahan pinggangku dan membuat tubuhku semakin dekat dengannya.
“aku sudah lama tidak seperti ini denganmu…”
“ini di tempat umum Jayden, orang-orang bisa melihat kita” aku melihat kearah beberapa orang yang berjalan keaarah berlawanan dan tidak menyadari keberadaanku. Jayden meraih daguku dan membuatku kembali melihat padanya.
“kau tidak pernah peduli pada hal-hal seperti itu, kenapa sekarang kau tiba-tiba peduli dengan sekelilingmu?”
“itu…”
Tanpa menunggu jawabanku, Jayden melumat bibirku dengan lembut. Aku yang terkejut dengan ciumannya yang tiba-tiba akhirnya membalas ciumannya, saling mencecap bibir satu sama lain tanpa harus khawatir dengan napas kami. Semakin lama, ciuman kami semakin liar dan dalam, saling memainkan lidah dan berusaha mendominasi.
“ciumanmu semakin hari semakin baik, tidak seperti awal kita pertama kali melakukannya. Aku masih ingat bagaimana bibirmu bergerak kaku dan sedikit gemetar…”
“tentu saja karena waktu itu kau mengambil ciuman pertamaku, wajar saja jika aku bereaksi seperti itu” kurasakan pipiku menghangat ketika mengingat momen itu.
“aku harap kita bisa melakukan ini kapanpun kita inginkan, tapi sayangnya Dadmu mengacaukan itu semua. Dia selalu mengacaukan momen seperti ini saat dia berada di dekat kita”
“jangan salahkan Dad, ini juga keinginanku… kau tahu, manusia tidak bisa membeli waktu yang sudah lewat untuk bisa mengulang kenangan indah bersama orang yang mereka cintai. Sedangkan mahluk seperti kita memiliki banyak waktu untuk melakukan apa saja yang kita inginkan”
“aku mengerti, aku merasakannya ketika kau hampir mati saat itu. Bahkan aku berniat akan menyusulmu ke dunia underworld jika saja kau tidak bangun dan mati saat itu” aku menangkup wajah Jayden dengan kedua tanganku.
“jangan lakukan itu Jayden, kau harus tetap menjalani hidupmu meskipun aku nanti mati karena sesuatu hal. Kau harus tetap hidup...” aku dan Jayden saling bertatapan dalam.
“apa kau akan tetap hidup jika aku mati, Kim?” aku tidak bisa menjawab pertanyaannya dengan langsung. Entah kenapa aku tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk menjawab.
“kau sendiri bahkan tidak bisa menjawabnya, jangan memyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukannya Kim, kau tidak bisa memaksa mereka,’
“aku… aku hanya tidak bisa membayangkannya,” aku terpaku dan memikirkan bagaimana hidupku tanpa Jayden.
“begitupun denganku, aku tidak bisa hidup jika tidak ada kau disisiku. Untuk apa aku hidup abadi jika hanya kehampaan dan perasaan kosong yang menemaniku. Apa kau ingin melihatku hidup dengan tubuh tanpa jiwa di dalamnya?”
“tapi Aunt Camilla dan Jenn masih bisa bertahan untuk hidup meskipun tanpa mate mereka…” sargahku.
“apa kau tidak lihat bagaimana Aunt Camilla hidup? Dia hidup, tapi tidak punya jiwa di tubuhnya, seperti patung hidup. Untuk Jenn, dia bisa bersikap biasa saja setelah kematian Stefan karena orang itu bukanlah matenya yang sesungguhnya,”
“apa? Bagaimana bisa mereka bukan mate?! Kulihat hubungan mereka lebih dari sekadar teman biasa, bagaimana bisa mereka bukan mate? Kau pasti mengada-ngada,”
“untuk apa aku berbuat seperti itu, itu karena Jenn dipengaruhi oleh kekuatan vampire Stefan”
“kekuatan vampire? apa dia sama sepertimu bisa mengendalikan emosi seseorang?” Jayden menggelengkan kepalanya.
“kau masih saja tidak mengenali kekuatanku meskipun kita sudah lama berkencan. Aku mampu membaca emosi seseorang dari bau darah mereka dan mengendalikan darah, menjadikannya senjataku. Sedangkan Stefan, dia mampu memanipulasi perasaan seseorang-“
“jadi menurutmu, perasaan Jenn dimanaipulasi? Itu sungguh kejam, mempermainkan perasaan orang lain seperti itu”
“itulah dia, dia membuat perasaannya dan Jenn seolah-olah adalah pasangan yang ditakdirkan. Padahal dia hanya memanfaatkan kemampuan Jenn yang bisa menghilangkan jejak saja. Kenapa kita jadi membicarakan orang yang sudah mati” Jayden tiba-tiba saja merasa gusar.
“jadi... apakah Jenn masih…”
“tidak” potong Jayden sebelum aku menyelesaikan kata-kata yang akan aku ucapkan. “aku tidak bisa melihatnya sama seperti dulu, sekarang aku sudah memiliki takdirku sendiri dan dia sedang berdiri sangat dekat denganku” Jayden menatapku lekat tepat kedalam mataku. Aku bisa merasakan perasaannya yang tulus dan sangat kuat padaku. Sedikit merasa bersalah padanya karena aku meragukan perasaan Jayden padaku.
“sebenarnya aku tidak meragukan perasaanmu padaku, hanya saja aku takut Jenn masih menyimpan perasaannya padamu,” Jayden tertawa geli. Dia tahu aku berbohong padanya dan menyimpan sedikit rasa cemburuku. Ya, sedikit. dia mengecup keningku dengan kilat.
“aku tahu kau sedang cemburu pada Jenn, tapi mataku hanya menatapmu dan hatiku menetap padamu”
“hentikan! Kau mulai lagi dengan gombalanmu itu” aku menunduk dan menatap apa saja selain Jayden. Pipiku pasti memerah lagi dan dia terus saja menggodaku lagi.
“aku sangat suka melihat ekspresimu yang merona merah seperti ini, apalagi jika itu karena aku”
Suara klakson mobil menarik perhatianku karena sudah dua kali mobil itu membunyikan klaksonnya padaku dan Jayden tapi kami tidak mempedulikannya sejak tadi. Tapi jika dibunyikan dengan sangat panjang seperti itu tentu saja membuatku sedikit terganggu dan kesal. Mengingatkanku pada ulah succubus tadi.
“siapa sebenarnya orang yang berada di dalam mobil itu, mengganggu sekali” ujarku.
Jayden bersikap tidak peduli dan masih memeluk pinggangku dengan erat tanpa terganggu dengan apapun yang terjadi. Tak berapa lama, orang yang berada di dalam mobil itu keluar dan menampakkan dirinya. Sosok yang sangat kukenal dan sudah kuanggap sebagai ibu keduaku dengan rambutnya yang semakin memutih tapi tidak menghilangkan kecantikannya.
“Granma Lilie!” Granma menyebrang jalan dengan diiringi beberapa pengawal yang berjalan beberapa meter di belakangnya.
“aku pikir penglihatanku sudah mulai kabur karena tidak mengenalimu dari jauh, tapi ternyata itu memang kau Kimberly” Granma merentangkan tangannya padaku dan aku menyambutnya dengan pelukan hangat.
“sudah lama tidak bertemu, aku sangat rindu denganmu Granma” aku sedikit mengguncang-guncangkan tubuh Granma ke kiri dan kanan.
“kau tega sekali tidak pernah mengunjungiku lagi, apa kau sudah benar-benar melupakanku setelah kau berubah menjadi vampire?”
“tentu saja tidak, Granma. Hanya saja, situasi saat ini membuatku sedikit sulit, apalagi setelah kejadian itu” aku menatap wajah Granma dengan sedih. Kerutan-kerutan wajahnya semakin bertambah banyak.
“aku mengerti, Dean pun hampir tidak pernah berada di rumah selama setahun ini. Pasti kondisi sekarang sulit untuk kalian, bukan? aku meminta maaf karena satu orang dari pihakku malah membuat semua orang menderita”
“kau tidak perlu meminta maaf, itu bukan salahmu Granma. Selain itu, apa kau baik-baik saja selama ini?”
“aku baik-baik saja dengan mengikuti terapi dan minum obat dengan teratur. Tidakkah kau lihat betapa sehatnya aku dengan bisa berjalan kembali seperti ini tanpa memakai alat bantu apapun?”
Ketika aku sedang asyik mengobrol dengan Granma aku tidak menyadari ada seorang anak kecil yang datang dengan mengendap-ngendap kemudian menendang tulang kering kakiku kemudian menodongkan pisau kecil padaku.
“menjauh dari Granmaku vampire!” ucapnya tanpa rasa takut sedikitpun. Aku menatap heran pada anak kecil itu dan di belakangku aku mendengar suara tawa yang ditahan.