PERKENALAN

1018 Kata
Kanaya Almaira Putri. Atau biasa dipanggil Nay oleh temen kampus dan Naya oleh ayah dan bunda. Aku masih kuliah jurusan sastra Indonesia semester 4. Usiaku baru saja menginjak 20 tahun satu bulan yang lalu. Aku memiliki pekerjaan freelance sebagai penulis n****+ online. Mengambil seorang penulis hebat adalah cita-citaku. Kenapa aku suka menulis karena aku tipe orang yang tertutup, aku tidak bisa sembarangan terbuka pada orang lain, aku termasuk orang yang insecure, sering di bully sewaktu sekolah membuatku lebih memilih berdiam diri dan memendam segala masalah yang aku miliki. Aku tuangkan pada sebuah tulisan dan kuputuskan untuk menjadikan hobiku sebagai cita-citaku. Selain menulis aku juga menyukai dunia foto. Dari menulis n****+ online aku bisa mendapatkan semua keinginanku sendiri tanpa meminta orang tuaku. Aku bisa membeli kamera DSLR, dan sekarang aku juga sedang kredit motor. "Nay nanti antar aku ke rumah sakit ya !" Perintah Kayla. Kayla Mayasari Putri. Atau biasa dipanggil Kay. Adalah kakaku. Dia kakak kandungku. Usia kami terpaut hanya 23 bulan, kata bunda dulu saat hamil aku kakakku masih berusia 14 bulan. Kakak kekurangan kasih sayang dari orang tuaku karena selama kehamilan bunda mereka terus berfokus padaku, sehingga lupa dengan perkembangan kakakku, maka dari itulah setelah kelahiranku ayah dan bunda langsung mulai fokus kembali kepada kakakku Kayla. Kayla lebih pintar daripada aku. Kayla juga lebih cantik daripada aku. Yang jelas Kayla lebih segalanya dari aku. Prestasi yang dia miliki sungguh sangat membanggakan. Dia ikut sekolah akselerasi dan mendapat beasiswa di universitas negeri sebagai seorang dokter. Jauh bukan dengan diriku ? Aku tak punya prestasi lebih dibanding Kayla. Sekarang Kayla sedang co as di salah satu rumah sakit besar di kota Solo, sedangkan aku masih menjadi setengah gelandangan untuk mencari inspirasi menulisku. Kadang juga aku membaca n****+-n****+ karya penulis-penulis terkenal untuk sedikit mencari inspirasi. Ayah dan bunda selalu mengutamakan kepentingan kakakku dibanding denganku, kata ayah segala kebutuhan kakak harus diutamakan untuk menunjang pekerjaannya. Seperti mobil, ponsel, laptop dan pakaian bermerk. Ayahku bekerja sebagai aparatur sipil negara dan ibu bekerja sebagai seorang penjahit. Dari segi ekonomi kami bukanlah keluarga yang kaya, tapi kami cukup mapan untuk sekedar makan dan minum. Selain Kayla aku juga masih punya saudara, yaitu Kevin. Kevin adalah adik kandungku yang selisih usianya adalah 7 tahun dibawahku, dengan kata lain Kevin masih duduk di bangku SMP. Kevin juga sangat dimanja oleh kedua orang tuaku karena dia anak laki-laki satunya. Juga cucu laki-laki pertama di keluarga ayah dan bundaku. Kayla juga senang dengan kehadiran Kevin, dia sangat memanjakan Kevin dengan segala kemewahan yang dimilikinya. "Mobil kenapa Kay ?" Tanyaku. "Mogok tuh. Ayah sih beliin mobil bekas, ya gitu deh suka macet-macet gak jelas." Sindir Kayla pada ayah. "Bulan depan kalau hutang ayah sudah lunas, ayah ambil hutang lagi buat gantiin mobil kamu dengan mobil yang lebih bagus Kay." Kata ayah dengan sabarnya. "Baru ya yah ?" Tanya Kayla menyelidik. "Iya Kayla. Kamu juga rajin kerjanya." "Makasih ayah, ayah emang yang paling bisa diandalkan." "Sama-sama anak ayah yang cantik." Kata ayah sambil mengusap rambut Kayla. "Ayah, Kevin juga mau HP. HP Kevin yang kemarin gampang habis batreinya, kalau lagi main game baru sebentar udah mati." Kevin juga ikut merajuk. "Nanti Kevin pakai HP kakak aja ya, kakak bosen niih, mau beli HP baru." Kayla menyahut. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku heran dengan tingkah mereka semua. Aku memilih melanjutkan makanku meski aku tidak berselera. Kayla baru beli ponsel satu tahun yang lalu, dan sekarang dia bilang bosen dan mau ganti HP lagi, padahal HP dia itu masih tergolong HP baru, sedangkan HP milikku yang sudah tiga tahun menemaniku saja sudah baret kanan kiri, layar juga sudah pecah aku masih menggunakannya dan tidak ada niat sedikitpun untuk mengganti. Karena aku masih ada kebutuhan lain yang lebih mendesak. Ayah dan bunda tidak pernah bertanya sekalipun apa saja yang aku butuhkan dan aku sedang mencari apa. Semua aku berusaha sendiri. Sekali saja aku meminta HP pada mereka, HP yang saat ini masih aku pakai, itupun bunda bilang bahwa aku harus mendapat peringkat 5 besar dulu di kelas jika mau mendapat HP. Dengan sekuat tenaga aku bertekat dan berusaha untuk mendapat setidaknya peringkat lima, aku belajar tanpa mengenal waktu, hingga aku akhirnya bisa mendapatkan peringkat ketiga. Itupun tidak langsung dibelikan HP seperti janji bunda, harus menunggu dua bulan baru aku dibelikan HP itupun bekas, aku tidak masalah dan masih bagus masih bisa aku pakai seperti sekarang. "Makasih ya Nay." Kata Kayla saat aku menghentikan motorku di rumah sakit. "Sama-sama Kay." Jawabku. "Nanti ga usah jemput, aku bisa bareng sama temen aku." "Iya Kay." "Kamu hari ini mau kemana Nay ?" "Biasalah Kay aku ngampus, sama cari-cari buat foto." "Yaudah kamu hati-hati ya, jangan lupa makan sama jaga kesehatan." "Iya Kay, aku pergi dulu." Kayla sangat menyayangiku, dia juga selalu dan terus perduli padaku, maka aku merasa tidak pantas jika aku harus merasa iri pada pencapaian yang dimiliki oleh Kayla. Kayla tidak pernah berhenti mengingatkan aku makan dan menjaga kesehatan, dia selalu perhatian padaku. Jika dia habis dapat uang tip dia selalu mengajakku jalan-jalan dan membelikan apa yang belum aku punya. Dari segi fisik Kayla memang lebih cantik dan menarik daripada aku. Kayla berkulit putih seperti bunda, hidung mancung, rambut lurus dan bibir mungil sama seperti Kevin. Berbeda denganku yang justru lebih mirip ke gen ayah. Aku memiliki rambut hitam bergelombang dan kulitku juga sawo matang. Untuk hidung aku lebih pesek seperti ayah dan tinggi juga tidak terlalu. Yang jelas jika orang baru melihat kami maka orang akan mengira bahwa aku, Kayla dan Kevin bukan saudara. Hanya Kevin dan Kayla dan bersaudara. Sedangkan aku ? "Ini adik kedua aku, Kanaya namanya." Kata Kayla saat memperkenalkanku pada teman-temannya saat pesta wisuda kelulusan dulu. "Kok beda banget sih Kay sama kamu. Kirain adik kamu cuma Kevin aja." Celetuk salah satu teman Kayla. "Heh jangan begitu, dia ini adikku. Tempatku bercerita dan berbagi. Dia emang lebih mirip ke ayah." Jelas Kayla. "Iya deh Kay." Kalau sudah begitu aku lebih memilih menyingkir dari kerumunan. Karena aku tetap tidak nyaman bersama mereka. Aku lebih memilih menyendiri dan membuka catatan diponsel untuk menulis cerita tentangku atau cerita tentang kejadian apa saja yang aku alami. Aku tidak memiliki keberanian yang lebih seperti Kayla.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN