Hari ini aku memiliki rencana untuk membantu Angga berjalan, jadi dia bisa kemana-mana sendiri tanpa harus memakai kursi roda. Setelah sarapan pagi dan memberikan obat kepada Erlangga aku mendorong Angga ke halapan depan.
"Hari ini kamu harus belajar Angga, setidaknya kamu bisa hafal dulu tata letak rumah kamu agar kamu tidak salah." Kataku.
"Apa aku bisa ?"
"Bisa Angga, kamu pasti bisa."
"Apa kamu mengajariku karena kamu akan berhenti merawatku ?"
"Aku tidak akan meninggalkanmu sampai kamu menemukan pendonor mata Angga. Aku akan merawatmu sampai kamu pulih dan bisa melihat kembali. Aku mengajarimu agar kamu bisa sedikit mandiri, agar ketika kamu butuh apa-apa tapi tidak ada orang dirumah kamu bisa sendiri. Mandi contohnya."
"Baik Kay, terimakasih."
Aku mulai mengajari Erlangga berjalan. Pada awalnya dia masih sedikit takut. Tapi aku memegangi tangannya terus. Kutunjukkan padanya ruangan-ruangan yang ada di lantai bawah. Dari halaman rumah, ruang tamu, ruang tv dan keluarga, kamar Angga, kamar mandi dan dapur. Aku juga menunjukkan padanya kulkas, lalu wadah gula dan garam, termos, rak piring dan juga gelas agar ketika dia tiba-tiba lapar atau butuh minum dia bisa mengambilnya sendiri.
"Kamu lelah Angga ?" Tanyaku pada Angga yang duduk di gazebo.
"Iya Kay sedikit."
"Aku ambilkan minum dan makan dulu ya ? Udah masuk jam makan siang, aku bawain obat sekalian juga nanti."
Aku masuk ke dalam rumah untuk menyiapkan makanan, minuman dan memasukkan obat Angga ke dalam saku pakaianku. Aku berharap usahaku bisa sedikit berhasil untuk membuat Angga lebih mendiri. Baru melangkah sampai ke untuk pintu aku melihat ada mobil civic berwarna merah berhenti tepat di depan rumah Angga.
Aku memilih untuk menghentikan langkahku untuk menunggu siapa yang datang. Aku bersembunyi di balik pintu dan melihat siapa yang turun dari mobil mewah tersebut.
"Angga ..." Panggil seorang perempuan dengan dress selutut berwarna merah dan heels berwarna putih yang turun dari mobil dan berdiri tepat di depan Angga.
"Maheka ?" Sebut Angga.
Lalu aku melihat perempuan itu memeluk Angga dengan eratnya. Aku juga melihat wajah Angga tersenyum sambil membalas pelukan perempuan itu.
"Maafkan aku yang terlambat datang." Kata perempuan itu dengan suara serak seperti menangis.
"Tidak apa-apa Maheka, aku mengerti kesibukanmu. Maaf aku tidak bisa melihatmu lagi, semoga kamu masih tetap ingin bersamaku."
Dari apa yang aku dengan mungkin mereka berdua adalah sepasang kekasih. Aku juga tidak pernah melihat pancaran wajah Angga secerah ini ketika dia bertemu perempuan itu.
"Mbak Kay!" Panggil mbok Nah yang tiba-tiba sudah berdiri di belakangku.
"Eh mbok, bikin aku kaget aja sih." Kataku yang kaget dengan kehadiran mbok Nah secara tiba-tiba.
"Kenapa sembunyi disini ?" Tanya mbok Nah sambil berbisik.
Aku tidak menjawab pertanyaan mbok Nah, aku melihat ke aras Angga dan perempuan itu sebagai petunjuk akan pertanyaan mbok Nah.
"Itu mbak Maheka." Kata mbok Nah mengerti dengan kode yang aku berikan.
"Dia kekasih mas Angga yang bekerja sebagai modelling di Jakarta." Lanjut mbok Nah.
"Oh ... Saya gak pernah lihat dia mbok selama Angga sakit."
"Mereka jarang bertemu. Biasanya mas Angga yang menyusul ke Jakarta kalau mbak Maheka sedang sibuk. Mbak Kay kesana saja tidak apa-apa."
Aku menarik nafas panjang sebelum lanjut melangkah atau tetap berhenti dan menunggu sampai wanita itu pulang. Kubuang nafasku kasar dan aku melangkah mantap untuk mendatangi sepasang kekasih yang sedang memadu rindu itu.
"Kay ... " Panggil Angga mendengar langkah kakiku.
"Dia siapa Ngga ?" Tanya perempuan itu melihatku dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Maheka, dia Kayla. Dia dokter yang selama ini merawat dan menjagaku disini." Kata Angga menjelaskan.
"Hai .. " Perempuan itu berdiri dan menyalamiku. Senyumnya begitu manis sekali.
"Hai... " Jawabku.
"Aku Maheka. Terimakasih ya Kayla kamu sudah merawat Erlangga."
"Sama-sama Maheka. Itu sudah menjadi tugasku."
"Itu makanan buat Angga ? Kalau iya sini biar aku suapin, sekalian aku mau melepas rindu sama Angga." Kata Maheka penuh dengan penekanan.
"Oh iya Maheka, ini makan siang dan obat buat Angga." Kataku sambil menyerahkan piring dan obat kepada Maheka.
"Angga aku ke belakang dulu ya." Kataku sambil melangkah kebelakang.
Aku melangkah meninggalkan mereka berdua, sebelum benar-benar masuk rumah aku menoleh ke arah belakang lagi untuk melihat apa yang mereka lakukan. Aku melihat kemesraan mereka, Maheka dengan telaten menyuapi Angga, dan Angga juga terlihat begitu bahagia dengan kehadiran Angga.
*****
Aku berjalan di sekeliling komplek rumah Angga. Aku enggan melihat kemesraan Angga dengan kekasihnya. Entah kenapa aku merasa sakit hati, aku merasa sedikit kecewa karena terlambat untuk tau kalau Angga ternyata sudah memiliki kekasih. Aku yang bodoh mungkin, harusnya aku menyadarinya dari awal, pengusaha muda dan tampan seperti Angga tidak mungkin jika tidak memiliki seorang kekasih. Siapa perempuan yang tidak mau dengan Angga, dia bahkan bisa memilih seperti apa wanita yang ingin dia pacari.
Aku mengambil beberapa gambar di sekeliling komplek, selama tinggal disini aku baru sekali ini berputar sambil berjalan-jalan sesantai ini. Banyak anak kecil yang tinggal disini. Pasangan muda mudi pengantin baru juga banyak yang tinggal di rumah kawasan real estate ini. Orang-orang disini semuanya ramah-ramah. Tua muda semua saling sapa, sopan santun dan murah senyum. Aku banyak berkenalan dengan tetangga sekitarnya.
"Kayla !" Panggil seseorang yang mobilnya aku kenal.
Aku membungkukkan badanku mensejajarkan posisiku dengan kaca mobil yang dibuka, benar saja dugaanku dia itu Maheka. Dia tersenyum melihatku dari dalam mobil.
"Iya Maheka ?" Tanyaku pada Maheka.
"Terimakasih kerena sudah merawat Erlangga. Tapi satu yang perlu kamu tahu, jangan berharap lebih sama Erlangga, ingat tugasmu hanya sebagai dokter yang merawat pasien. Jangan coba menganggu Erlangga!" Kata Maheka penuh dengan penegasan.
"Maksud kamu apa ya Maheka ?" Tanyaku bingung.
"Semua sikap dan pemberian dari Angga jangan kamu anggap kalau dia menyukaimu, dia memberikanmu itu semua karena ucapan terimakasihnya padamu."
"Aku tau, Angga juga sudah bilang kok soal ini."
"Bagus kalau kamu tau ! Jadi jangan berani-beraninya kamu mengganggu Angga! Karena Angga hanya milikku!" Kata Maheka sambil tersenyum sinis dan kembali melajukan mobilnya.
Aku membuang nafas kasar mendengar tuduhan dan penuturan Maheka. Kupikir dia adalah perempuan yang anggun dan manis, tapi ternyata dugaanku salah, sepertinya dia jauh dari yang aku bayangkan.
Ponselku berdering. Ada Angga memanggil.
"Halo Angga .." Kuangkat telponnya.
"Kay, kamu dimana ?"
"Aku jalan-jalan Angga. Tiba-tiba pengen cari udara segar. Kamu butuh bantuanku Angga ?" Jawabku.
"Oh tidak Kay, aku hanya kebetulan mencarimu dan kamu tidak ada, kata mbok Nah kamu keluar jalan kaki lewat pintu belakang."
"Habis ini aku pulang Angga, tapi aku mau jajan siomay dulu di depan kompleks ya ?"
"Oh iya boleh. Aku juga mau sepertinya enak."
"Kamu mau makanan seperti itu ? Cuma di tukang gerobak Angga."
"Ga pa-pa Kay."