Aku pulang dengan membawa bakso 4 bungkus, satu buatku, satu buat Angga dan dua lainnya buat pak Muh dan mbok Nah. Fikiranku masih tentang Abdi, aku yakin ada sesuatu yang salah. Aku yakin Abdi menyembunyikan sesuatu dari Kayla. Aku yakin kalau perempuan yang beberapa kali aku lihat bersama Abdi itu pasti ada hubungan dengannya. Entah kenapa aku sangat ingin menyelidiki tentang mereka.
Pranggggg .....
Motorku berhenti tepat dengan suara barang jatuh yang timbul dari rumah Angga. Aku melepas helm dan langsung masuk kedalam rumah, dan tiba-tiba saja aku merasa kepalaku kena lemparan benda keras dan setelahnya aku tidak bisa mengingat apa-apa lagi.
"Nay bangun. Nay ..." Tubuhku digoyang-goyangkan oleh seseorang, mataku terasa susah sekali untuk membuka.
"Nay bangun. Ayo cepet sadar!" Kata seseorang yang suaranya tidak asing untukku.
Aku berusaha dengan sekuat tenaga untuk membuka mata meski susah. Kepalaku terasa sakit dan pusing. Suasana sekelilingku terasa kabur begitu aku membuka mata dan melihat langit-langit kamarku. Setelah itu mataku tertuju pada sosok yang sungguh tidak asing di depan mataku.
"Kayla ?" Aku langsung terduduk melihat dia di rumah Angga.
"Stttt ... Jangan keras-keras!" Perintah Kayla sambil menutup bibirku dengan jari telunjuknya.
"Kay ngapain kamu disini ? Inikah ...."
"Ceritanya panjang. Yang penting kamu gapapa kan ?" Tanya Kayla lagi sambil berbisik.
"Aku gapapa Kay cuma kepalaku sedikit pusing." Jawabku sambil memegang kepalaku.
"Bahaya banget si Angga, aku takut kamu kenapa-napa Nay, apa aku bilang saja ya sama dokter senior biar narik kamu darisini ?"
"Emangnya ada apa sih ?"
"Dia barusan lempar kamu pakai vas bunga tau, kepala kamu robek dan ini tu tadi kamu dijahit. Angga telpon rumah sakit, aku langsung kesini karena aku tau kalau kamu yang mengalami musibah ini."
"Hah ?"
"Sttt jangan keras-keras."
"Kay ... " Tiba-tiba Angga memanggil dan mendekat.
"Iya Angga ?" Jawabku.
"Aku minta maaf ya." Kata Angga sambil duduk di dekatku dan membuat Kayla menggeser posisi duduknya.
"Gapapa Angga."
"Aku minta maaf Kay, aku tidak berniat melukaimu. Aku hanya stress teringat Maheka dan aku tidak sengaja melemparnya kepadamu. Aku harap kamu tidak meninggalkanku ya ?" Kata Angga sambil meraih tanganku.
Kayla melihatku dengan penuh pertanyaan. Dia masih terdiam dan tidak banyak bicara. Matanya sedikit memberikan aku isyarat yang entah aku tidak tau apa maksudnya.
"Ehem pak Angga." Kata Kayla
"Iya dokter ?" Jawab Angga
"Saya permisi dulu, nanti tolong obat dokter Kayla jangan lupa diminum agar luka jahitnya cepat kering." Kata Kayla lagi.
"Iya dokter terimakasih banyak."
"Sama-sama pak Angga, saya permisi dulu."
Kayla berlalu dari kamarku. Dia memberi kode lewat jemarinya yang berarti dia memintaku untuk menghubunginya sesegera mungkin. Aku mengangguk menjawab kode darinya.
"Kay, kamu tidak marah kan padaku ? Aku harus bagaimana biar kamu memaafkanku ?" Tanya Angga lagi.
"Tidak Angga, aku tidak marah padamu. Aku tidak apa-apa. Kamu sudah minum obat ? Astaga ...."
"Kenapa Kay ?"
"Aku tadi beli bakso, buat makan malam kita dimana baksonya ? Aku cari dulu ya ?" Kataku sambil beranjak tadi ditahan oleh Angga.
"Kay .... Kamu disini saja, jangan banyak gerak, biar aku yang panggil mbok Nah. Kamu harus banyak istirahat biar cepat sembuh ya ?"
****
Kepalaku sudah tidak begitu pusing lagi setelah meminum obat yang du resepkan oleh Kayla semalam. Kayla terus menerus menelfonku meminta untuk mengatur pertemuan dengannya, tentu saja tidak semudah itu aku bisa keluar dari rumah apalagi tanpa seijin dari Angga.
"Kay ... " Panggil Angga.
"Iya Angga aku disini, ada yang bisa dibantu ? "
"Kamu istirahat saja, sembuhkan dulu lukamu, aku bisa dibantu mbok Nah dan pak Muh nanti jika membutuhkan sesuatu."
"Aku sudah sembuh Angga, sudah tidak pusing lagi. Cuma tinggal nunggu luka kering saja."
"Sekali lagi aku minta maaf ya Kay . "
"Iya Angga. Sudah kamu tidak perlu terus-terusan meminta maaf padaku lagi."
Pagi tadi saat aku bangun tidur aku sempat ke dapur untuk menemui mbok Nah dan bertanya beberapa hal soal Angga. Bagaimana dia bisa seperti itu dan kenapa bisa sampai barang-barang di rumah pecah. Baru aku tau bahwa ternyata beberapa vas bunga dan guci di rumah Angga pecah akibat ulah Angga.
"Mas Angga memang begitu mbak Kay." Jawab Mbok Nah.
"Begitu gimana mbok ?" Tanyaku bingung.
"Mas Angga kalau emosi memang selalu tempramental, dia selalu membuang barang apa saja yang ada di dekatnya."
"Hah ?"
Jadi baru kutau kalau ternyata seperginya aku Angga langsung mengamuk dan membanting semua barang yang ada di sekitarnya. Sifatnya yang seperti itu sudah dimiliki Angga sedari kecil. Mbok Nah juga bercerita bahwa Angga adalah seseorang yang ambisius, dia harus mendapatkan apapun yang dia mau tidak perduli bagaimanapun caranya, tapi Angga paling tidak suka jika dia dibohongi dan dihianati. Kejadian pemalsuan dokumen dan korupsi yang dilakukan oleh Maheka benar-benar membuat Angga marah dan dia meluapkan segala kekesalannya pada barang-barang di sekitarnya.
"Biar saya bantu pak." Kataku pada pak Muh saat beliau membuang pecahan kaca di belakang rumah.
Pak Muh senyum dan memberikan aku satu plastik berisi pecahan kaca dari piring dan gelas yang ada di dapur kemarin.
"Jangan kaget ya mbak Kay." Kata Pak Muh sambil senyum.
Senyum pak Muh penuh dengan senyum kesabaran, seolah mengatakan bahwa ini sudah menjadi makanan sehari-hari pak Muh. Aku jadi teringat sama ayahku, umur mereka sepantaran hanya pak Muh terlihat sedikit lebih tua karena uban sudah mulai tumbuh di rambut pak Muh sementara ayahku rambutnya masih terlihat hitam legam dan belum ada uban satupun. Kulit pak Muh juga sudah mulai keriput beda dengan ayahku yang masih kencang dan berotot.
"Pak Muh sabar sekali menghadapi Angga." Kataku.
"Ini bukan yang pertama, jadi bapak sudah biasa. Jika saja orang tua mas Angga sedikit lebih perduli pada mas Angga mungkin mas
Angga juga tidak akan seperti ini. Hatinya bisa sedikit lebih mudah menjadi seorang penyabar dan pemaaf." Kata Pak Muh lagi.
"Kalau mbak Maheka tidak sejahat itu juga pasti mas Angga tidak akan seemosi itu pak." Kata mbok Nah sambil membawakan teh untuk kami.
"Sudah berapa banyak yang mas Angga berikan untuk mbak Maheka, tapi dia itu sangat tidak ada rasa bersyukur, dia malah membalas kebaikan mas ANgga dengan kebohongan seperti itu." Lanjut mbok Nah lagi dengan nada marah.
"Mbok Nah tau semua tentang Maheka ?" Tanyaku dengan penasaran.
Entah kenapa semua tentang Angga aku sungguh ingin tau. Buatku Angga adalah sosok pria yang sangat membuatku penasaran.