Rumah kontrakan yang aku sewa tidak cukup besar, hanya berisi dua kamar tidur, satu kamar mandi dan dapur. Aku menyewa studio ini di pinggir kota Solo namun masih tetap ramai dan mudah dijangkau oleh banyak orang.
Satu kamar tidur di bagian belakang ku sulap menjadi tempat istirahatku dan satu ruangan tidur lagi kujadikan untuk studio foto dengan berbagai background dibelakangnya. Ada backgorud untuk foto resmi, foto bertema alam dan lain sebagainya. Tak lupa kusiapkan printilan untuk properti foto meskipun belum komplit dan masih harus menabung lagi untuk membeli properti lainnya.
Dibagian ruang tamu aku menyulapnya menjadi studio lukisku. Meskipun baru belajar, aku masih berharap suatu saat bisa memiliki lukisan bagus dan bisa laris dipasaran. Aku juga memajang foto-foto hasil karyaku yang beberapa diantaranya mendapat juara kontes poto online. Tidak lupa di setiap sudut aku selalu menyediakan vas bunga berisi bunga lili dan aromatherapi yang memiliki wangi bunga lili di dalam ruangan istirahatku.
"Nay .... " Aku menoleh ke sumber suara yang memanggilku.
Ternyata ada ayah, bunda dan Kevin yang datang mengunjungi studioku. Mataku rasanya berkaca-kaca meliat kehadiran mereka disini, pasalnya saat aku kemarin memberitahu mereka tentang aku yang menyewa studio bunda mengatakan kalau aku hanya bisa membuang uang.
"Kamu dapat uang darimana memang Nay ?" Tanya bunda.
"Kamu tau kan biaya coas Kayla itu mahal, belum lagi Kevin juga minta sepeda motor besar yang harganya mencapai puluhan juta. Kamu itu fokus saja sama kuliahmu, gak perlu sewa ini itu!" Lanjut bunda.
"Paling juga nanti kamu minta ganti uang ke ayah Nay, ayah tidak punya uang Nay." Kata ayah sambil melihat koran dan tak melihatku sedikitpun.
"Aku tidak meminta uang sedikitpun pada ayah dan bunda. Naya tidak akan merepotkan ayah dan bunda, tabungan Naya cukup untuk Naya menyewa studio dan mencari sampingan untuk biaya tambahan Naya. Naya memberitahu ayah bunda karena Naya ingin ayah bunda dan semuanya datang ke studio Naya, setidaknya memberikan restu ke Naya agar usaha Naya berkah. Hanya itu tidak lebih." Kataku sambil berusaha semaksimal mungkin menahan air mataku agar tidak terjatuh.
Dan sekarang mereka ada disini distudioku membuatku merasa benar-benar dianggap anak walau sedikit saja.
"Selamat atas studio baru kamu Nay." Kata bunda sambil memelukku. Jangan tanya bagaimana rasanya dipeluk seorang ibu. Bahkan aku lupa kapan terakhir aku bisa sedekat ini dengan bunda.
"Makasih bunda." Jawabku sambil membalas pelukan erat bunda.
"Nay ayah ikut senang kamu semandiri ini sekarang." Kata ayah.
Aku melepas pelukan bunda dan mendekat ke ayah. Kucium tangan ayahku dan kurasakan ayah mengusap ujung kepalaku.
"Sekarang ayah yakin bahwa kamu mampu berjuang sendiri. Kamu membuktikan pada ayah dan bunda bahwa kamu memang bisa diandalkan dari segi materi." Lanjut ayah.
"Jika bukan karena Kayla yang menceritakan pekerjaan sampinganmu tentu kami tidak akan tau jika kamu bisa hidup secara mandiri." Sambung bunda.
"Terimakasih kamu sudah bisa mengambil keputusan untuk bekerja dan menghasilkan uang sendiri untuk membantu kami. Setidaknya sedikit mengurangi keuangan ayah dan bunda membiayai sekolah Kevin dan coas Kayla." Lanjut ayah lagi.
Senyumku hampir saja hilang ketika aku mendengar perkataan ayah dan bunda. Ternyata mereka datang kesini bukan karena rasa bangganya padaku tapi dengan aku begini mereka merasa bangga karena aku tidak lagi menjadi beban mereka.
"Kak, makasih ya. Kamu dengan kerja kaya gini aku doakan lancar agar aku juga bisa mencapai cita-cita aku nanti jadi polisi. Syukur-syukur dibantuin kan tau sendiri masuk polisi bayarannya selangit." Kata Kevin sambil mendekat padaku.
Aku menarik nafas panjang untuk mengurangi rasa kesedihank terhadap nasib pilu yang kualami. Aku mencoba tetap tenang agar tidak merusak suasana. Bagiku mereka tau studioku saja sudah cukup.
"Ayah bunda sama Kevin mau minum apa ? Biar Naya carikan dulu di toko biru di depan, soalnya disini belum ada apa-apa."
"Nayaaaa !!!!!!" Teriak Kayla yang tiba-tiba muncul dan langsung berlari memelukku.
"Maaf ya aku telat. Nungguin Angga lama banget jemputnya." Kata Kayla sambil menunjuk Angga yang baru muncul dari belakang Kayla.
"Selamat Kanaya untuk studio barumu." Kata Angga sambil memberikan selamat padaku.
"Terimakasih ANgga." Kataku membalas sambutan Angga dan langsung menariknya lagi. Aku tidak ingin terlalu lama bersentuhan tangan dengannya.
Semua keluargaku berkumpul distudioku yang memang masih sepi ini. Tidak banyak yang kami kerjakan selain duduk dan berbincang-bincang. Lebih tepatnya mereka yang berbincang-bincang dan aku yang menjadi pendengar. Karena aku sama sekali tidak diajak bicara oleh mereka. Mereka disini bukan untuk membicarakan tentang studioku tapi tentang hubungan Kayla dan Angga, lebih banyak bercerita tentang kisah Kayla dan Abdi dulu pada Angga sesekali Kayla merengak pada Angga karena merasakan sakit hati atas perbuatan Angga dan Angga seperti pahlawan kesiangan yang selalu menenangkan Kayla.
"Tapi bukannya dulu saat di kantorku kamu yang menyaksikan aku memecat Siska ? Apakah kamu sama sekali tidak tau tentang Siska dan Abdi ?" Tanya Angga.
"Uhuk .... uhuk ..." AKu secara tidak sengaja terbatuk mendengar pertanyaan Angga pada Kayla.
"Kamu kenapa Nay ?" Tanya bunda.
"Keselek bunda , maaf." Ucapku sambil menghindari pandangan Angga yang misterius padaku.
"Ngomong-ngomong disini banyak sekali ya bunga lili ?" Tanya Angga lagi sambil melihat sekeliling studioku.
"Kanaya penyuka bunga lili Angga, dia bahkan sering mengganti bunga lili dikamarnya. Sudah berkali- kali juga dia mencoba menanam bunga lili dirumah, tapi selalu tidak berhasil." Jelas bunda panjang lebar.
"Berarti sama ya bunga kesukaan Kayla dan Kanaya itu ?" Tanya Angga lagi.
Aku membulatkan mataku mendengar pertanyaan Angga. Aku lalu menatap Kayla memberikan isyarat agar Kayla menghentikan segala keingintahuan Angga agar semua yang sudah kami tutup-tutupi tidak tidak terbongkar di depan Angga.
"I-iya dong, aku juga suka bunga lili,masak kamu lupa ?" Tanya Kayla pada Angga.
"Sejak kapan kamu suka bunga Kay ? Bukannya dari dulu kamu benci bunga ? Kesukaan kamu kan boneka bukan bunga." Lagi-lagi bunda menimpali.
Aku menundukkan kepalaku melihat bunda menceritakan kebiasaan baik dan buruk Kayla di depan Angga, dan itu sangat terbalik denganku. Satu-satunya harapanku adalah agar mereka cepat pulang dan tidak lagi membahas hal seperti ini. Aku terus melihat ke arah Kayla memberikan dia kode agar bunda berhenti bercerita tentang Kayla. Tapi Kayla hanya menggelengkan kepala sebagai tanda bahwa dia tidak bisa menghentikan bunda bercerita. Kayla mengetik sesuatu diponsel yang dia kirimkan kepadaku, pesan itu bertuliskan bahwa aku tidak perlu kuatir, setelah pulang dari studio dia berjanji padaku untuk mengatakan pada Angga bahwa apa yang dikatakan Bunda tadi adalah sebuah kebohongan. Aku tidak membalas pesan dari Kayla, aku hanya mengangguk pertanda bahwa aku percaya pada Kayla.