Erwin terjaga. Membuka mata dengan sempurna, pria itu buru-buru menegakkan tubuh. Seketika itu juga sisa rasa pengar kentara sekali terasa menyerang. Sambil memijat keningnya yang berdenyut nyeri, pelan-pelan Erwin mencoba untuk mengingat apa yang sudah terjadi pada dirinya semalam. Ia yakin, banyak kejadian yang dirinya alami. "Aku yakin nggak salah dengar, Ve. Aku bahkan sampai sengaja nguping pembicaraan kamu dan Deasy yang pengen dinner bareng Nathan." "Asal tau aja, aku bahkan udah siapin kado spesial buat kamu. Karena ngasih barang-barang mahal seperti kalung berlian, mobil, atau pun rumah udah biasa, aku sampai repot-repot tanya ke Papamu dan beliau bilang dari dulu kamu paling suka sama yang namanya bonek Teddy Bear tapi ukuran besar." "Jadi aku beliin spesial buat kamu. Bonek