Membuka pintu saja penuh ketegangan. Ia sampai harus menarik nafas berkali-kali. Ia membuka pintu dengan pelan. Tak berharap akan ada Boy di dalam sana. Karena sejujurnya, ia tak mau turun dulu. Instingnya mengatakan kalau anak buah Ayahnya itu masih ada di bawah. Ya memang. Ia hanya ingin memastikan kalau Fadiya tak pergi ke tempat lain. Suasana apartemen Boy bagaimana? Ya berantakan. Boy tak punya waktu untuk membersihkannya. Ah mungkin lebih tepat kalau disebut tak menyempatkan diri untuk melakukan itu. Padahal tak akan lama juga. Apartemen ini tak terlalu besar juga kok. Hanya ada ruang untuk tamu ya sekitar 3 x 3 meter lah. Kemudian kan ada satu kamar tidur dan kamar mandi. Ada dapur kecil dan mini bar beserta kursinya. Ya hanya sebatas itu saja. Ia bergerak dari pintu. Berjalan de