Baby honey, hari ini jemput Angel mau nggak?"
Ken mengetuk-ngetuk dagunya seolah berpikir. Membuat pipi bakpao Angel cemberut.
"Baby honeyyyy..."
Ken hapal dengan ekspresi itu. Setelah cemberut Angel akan memanggilnya dengan huruf 'y' yang dipanjangkan dan pipi menggembung. Kemudian gadisnya itu akan memberikan tatapan puppy eyes-nya yang sungguh membuat Ken ingin segera membawanya ke dalam kamar. Okey, stop it, Ken! Enough! Ken memukul pelan kepalanya untuk menghilangkan pikiran kotor itu. f**k off you devils!
"Baby honey, kamu kenapa sih?" Angel menatap Ken horor. Gadis itu memiringkan kepalanya bingung. Ken menggeleng. "Kagak apa-apa. Napa emang?"
"Ken aneh deh." Angel bergidik ngeri.
Ken tertawa melihatnya. Tawa yang langka bagi Angel, karena Ken itu sangat jarang tertawa. Ken itu jutek, cuek, juga nyebelin. Cemburuan plus posesif tingkat akut.
"Gue kagak kenapa-napa, Ngel." Ken masih terkekeh.
Angel menatapnya dengan mata memicing, menyelidik.
"Udah ya, Rabbit-chan. Gue ada kuliah, nanti gue jemput."
Ken mematikan sambungan video call mereka, membuat Angel mengerucutkan bibir kesal.

"Gue jemput Angel, Lang. Bye."
Ken segera melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, membelah kemacetan Jakarta disaat jam makan siang. Pemuda berdarah Perancis-Rusia-Indonesia itu tersenyum mengingat Angel tadi pagi. Apa-apaan yang di kepala kekasihnya itu? Bando telinga kelinci yang membuat Angel kelihatan makin imut. Dasar Rabbit. Kenapa dia harus mengenakan bando itu di kampus? Ken menggeleng pelan dengan senyum yang masih melekat di bibirnya.
Lalu lintas yang semakin padat membuat mobil Ken merayap diantara kendaraan lain. Ken menghembuskan nafas melalui mulut, kesal. Kapan lalu lintas Jakarta akan lancar? Kalau terus seperti ini kapan dia akan sampai ke kampus Angel?
Sekali lagi Ken menghembuskan napas melalui mulutnya. Kali ini karena lega. Kelinci imut-nya masih ada kelas ketika dia tiba di salah satu universitas bertaraf internasional itu. Bosan, Ken mengutak-atik ponselnya. Duduk di depan kemudi dengan pintu mobil yang terbuka. Tidak peduli meskipun dia menjadi pusat perhatian beberapa orang yang lewat.
Rabbit, lu dimana?
Send
Sent
Tidak berapa lama muncul balasan dari Angel.
Angel baru keluar kelas, baby honey. Kenapa?
Ken langsung menelpon Angel setelah membaca balasan itu.
"Halo, baby honey..."
"Gue di depan, Ngel. Buruan!"
"Eh, Ken jemput Angel?"
Ken mendengus mendengar pertanyaan itu. Tadi siapa yang minta jemput sih? Kenapa sekarang Angel bertanya seperti itu. Rasanya Ken ingin melempar ponselnya sekarang juga. Tapi bayangan wajah Angel dengan pipi chubby-nya yang melongo heran, membuat Ken tersenyum. Rasa kesalnya menguap entah kemana.
"Udah. Lu cepetan kesini!"
"Siap, baby honey. Tungguin ya, jangan pulang dulu sebelum Angel datang."
Ken mematikan sambungan telponnya begitu saja. Angel melongo dengan ponsel yang masih menempel di telinganya.
"Issshhh dasar." Makinya cemberut sebelum memasukkan ponselnya ke dalam tas.
"Ngel, tungguin!"
Angel berhenti mendengar seruan itu. Berbalik dan mendapati trio kwek-kwek versi now mendekat ke arahnya.
"Buru-buru amat." Feby si mata sipit. Seringai jahil terbit di wajah khas Asia Timur-nya.
"Elleh paling ada yang nunggu!" Kali ini Dena, gadis yang paling muda diantara mereka.
"Cie cie..." Wina ikut-ikutan menggoda Angel. Gadis itu berpura-pura batuk sekarang.
"Hahh?! Angel udah punya cowok?"
Raffa, cowok yang paling ganteng-menurut gadis-gadis seangkatan mereka- tiba-tiba muncul dihadapan mereka. Keempat gadis itu menoleh serentak dan langsung memukuli Raffa dengan benda yang ada di tangan mereka.
"Apaan sih, Raff? Bikin kaget aja!" Omel Feby. "Untung tadi gue nggak mengang batu. Kalo iya benjol tuh pala loe."
Raffa hanya meringis sambil mengusap kepalanya.
"Udah ah. Tinggalin aja Raffa!" Dena menarik tangan teman-temannya menuju keluar gedung. "Geng kita nggak perlu cowok."
"Wait!" Raffa mengejar gadis-gadis itu. "Tunggu, girls!"
"Loe congek ya." Dena berbalik menghadap Raffa, membuat pemuda blasteran Thailand itu menghentikan langkahnya. "Punya telinga digunain baik-baik!"
Feby dan Wina tersenyum mengejek mendengar omelan Dena. Mereka, bahkan hampir seluruh anak-anak seangkatan mereka tahu kalau Raffa itu playboy dan menyukai Angel. Cuma sepertinya Angel tidak peka. Atau mungkin... Feby melirik Angel yang mengerjapkan matanya bingung ke arah Raffa dan Dena, Angel sudah punya pacar.
"Gue cuma mau ke depan bareng Angel."
Suara Raffa kembali terdengar. Sebelum Angel sempat menjawab, ponselnya kembali berbunyi. Segera Angel mengambil ponselnya dan terkejut melihat nama My panda tertera dilayar. Angel menggeser tombol warna hijau sambil berjalan menuju ke luar.
"Iya, baby hon..."
"Lu udah dimana?" Suara Ken terdengar kesal di seberang sana. "Gue tinggal nih!"
"Jangan!" Angel mempercepat langkahnya. "I almost there. Please wait."
Teman-teman Angel mengernyit mendengarnya. Mereka saling pandang sambil mengangkat bahu tanda tidak tahu.
"Angel duluan ya." Angel setengah berlari.
Raffa mengejar gadis itu. Begitu juga teman-teman Angel. Mereka ingin tahu mengapa wajah Angel berubah setelah menerima telpon itu.
"Ngel, tunggu!" Raffa memegang tangan Angel.
Angel segera menepisnya. Bertepatan dengan Ken yang kembali menelponnya.
"Lu sama siapa?"
Ken terdengar marah. Angel bergidik. Marah di f*******: saja Ken sudah mengerikan apalagi di dunia nyata.
"Jawab, Ngel. Lu sama siapa?"
Angel menelan ludahnya sebelum menjawab. "Temen Angel."
"Cowok apa cewek?"
"Cewek..."
"Terus cowok yang tadi megang tangan lu tadi bukan temen lu? Cowok lu gitu??"
Angel membelalak mendengarnya. Gossshhhh, dia lupa kalau ternyata mereka sudah diluar. Mata amber Angel berkeliaran mencari Ken. Dan menemukan pemuda itu sedang bersandar di pintu mobilnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Angel segera berlari menghampiri Ken.
"Guys, Angel duluan!" Teriaknya sambil melambai ke arah teman-temannya.
"Baby honey..."
Ken membuang muka ketika Angel sudah di depannya. Amarah memenuhi dadanya. Ingin rasanya dia mencekik pemuda yang tadi menyentuh Angel-nya. Sialan!
"Baby honey." Angel menarik-narik ujung baju kaos yang dipakai Ken. "Maaf..."
Ken menatap gadis didepannya datar. Kemudian membuka pintu penumpang.
"Ayo pulang!"
Angel menurutinya. Memasuki mobil sambil menggigit bibirnya. Dia tau Ken marah, makanya Angel memilih diam.
"Siapa cowok tadi?" Tanya Ken setelah mobil mereka meluncur membelah jalanan Jakarta yang selalu macet.
"Dia temen Angel." Angel menjawab takut-takut. "Namanya Raff..."
"Gue kagak nanya namanya!" Potong Ken cepat.
Angel kembali menggigit bibir bawahnya. "Maaf..." Ucapnya lirih.
"Lu kagak salah kenapa minta maaf?" Ken mendengus kesal. Tatapannya fokus ke jalanan. "Atau lu emang ngerasa kalo lu salah?"
Angel menggeleng. "Nggak."
"Kalo nggak kenapa minta maaf?"
"Kan Ken marah makanya Angel minta maaf."
Ken mengerem mobilnya mendadak mendengar kalimat yang diucapkan Angel. Untung mereka sudah memasuki jalanan komplek perumahan Angel, kalau tidak Ken pasti bakalan kena tilang karena menghentikan mobil tanpa peringatan.
"Lu kok polos banget sih, Ngel?"
Angel memandang Ken dengan tatapan tidak mengerti.
"Gue kagak marah sama lu. Gue marah sama cowok yang udah berani-beraninya megang tangan lu!"
Ada kilat di mata biru Ken. Wajah putih pemuda itu juga memerah. Angel menatap Ken ngeri. Tanpa sadar, tubuhnya bergetar ketakutan. Tanpa disadarinya juga, cairan bening menukik dipipinya. Angel menangis tanpa suara.
"Damn!"
Ken memukul kemudi saking kesalnya. Kenapa juga Angel menangis, pikirnya. Ken menatap Angel sedetik, dan didetik berikutnya gadis mungil itu sudah berada dalam pelukannya.
"Sorry, Rabbit. Gue kagak bermaksud bikin lu takut." Ken mengecup pucuk kepala gadisnya. "Gue cuma kagak suka lu disentuh yang lain. Lu cuma milik gue!" Ken merenggangkan pelukannya demi melihat wajah Angel. "Angel cuma milik Ken! Dan cuma Ken yang boleh nyentuh Angel. Paham?!"
Angel mengangguk kemudian kembali memurukkan kepalanya ke d**a bidang Ken.
"I'm sowwy, baby honey." Angel meremas ujung baju Ken. "I'm not gonna do this again."
"Forgive me too."
Ken mengecup pucuk kepala Angel sekali lagi. Amarahnya seketika terbang entah kemana melihat gadisnya menangis. Padahal Ken tidak marah padanya. Ken marah pada pemuda yang kata Angel temannya itu. Berani sekali pemuda itu menyentuh gadisnya. Okay, katakan dia posesif. Tapi siapapun juga tidak mau kan kalau gadisnya disentuh pemuda lain. Damn! Maki Ken dalam hati. Dia memang posesif. Dan dia baru menyadarinya sekarang. Ken memeluk Angel makin erat.
Maafin gue, Rabbit. Gue cuma kagak mau kehilangan lu.