Bunga yang mekar

1531 Kata
Makanya jangan bohong. Karena kalau ketahuan bohongnya. Lo bakal malu! __Markus__ *** Cowok mana sih yang tidak terpaut hatinya ketika melihat sesosok cewek cantik dengan balutan dress yang amat mempesona? Dan cowok mana yang kuat tidak membalas senyuman dari seorang gadis bergaun yang amat memabukkan itu? Kalau ada, berarti buta kedua matanya. Kalaupun tidak buta. Berarti ceweknya amat cantik melebihi sesosok Delima yang sempurna dimata para cowok di sana. Seperti saat ini Seorang Prayoga Sangga Anwamarna terlihat terdiam tanpa berkedip. Ia bahkan tak tahu yang menemuinya saat ini entah seorang manusia atau peri. Karena menurutnya Delima ini amat cantik. Berpakaian seragam sekolah saja ia sudah bisa menghipnotis dirinya dengan mudah. Dan ini ... "Hay!" Sapa Delima. Ia baru sampai. mereka saat ini sedang ketemuan di kafe. Tadi sepulang sekolah mereka memang sudah janjian untuk ketemu di sini. "Eh, Hay!" Balas Yoga. "Udah lama nunggu?" Delima duduk di kursi yang sudah tersedia. Di depan Yoga. "Enggak ko, baru aja." Bohongnya, padahal Yoga sudah menunggu satu jam yang lalu. Ia sebenarnya sudah kesal. Tapi rasa kesalnya itu hilang ketika melihat si cantik di depannya ini. "Kalau gitu mau pesan apa?" Yoga bertanya. Delima segera mengambil daftar menu di depannya, "Gue gak pernah jalan sama cowok lho, nih pertama kalinya gue jalan." Yoga mengalihkan tatapannya dari menu di depannya pada Delima. Ada desiran hangat di hatinya ketika gadis itu berkata. Ia jadi merasa kalau dirinya amat spesial. "Masa?" Jawab Yoga, ia tersenyum terlihat amat sumringah. "Iya Yoga ... " Sahut Delima menatap laki-laki tampan di depannya, dengan senyuman yang amat mematikan. Membuat Yoga sekali lagi terdiam. Senyuman Delima memang racun untuknya, bisa melumpuhkan saraf kesadarannya. "Lo kenapa mau pergi sama gue?" Yoga kembali bertanya. Delima menyimpan buku menu di atas meja, kemudian menyimpan kedua tangannya di atas buku tersebut. Menatap Yoga dengan tatapan amat ramah. "Emang perlu alasan, kalau gue mau pergi sama cowok populer di Mutiara?" Apa katanya! Yoga kembali tersenyum. Demi apapun ia bahagia, Delima yang selama ini ia impikan berada di depannya. Makan bersama dengannya, mengobrol amat ramah, bahkan memuji dirinya. Sepertinya hari ini Yoga memang sedang beruntung. "Lo bisa aja," hanya itu yang bisa Yoga katakan untuk menutupi rasa canggung dan degupan jantungnya yang tak karuan. s**l saja, seorang Prayoga cowok populer di Mutiara bisa kikuk seperti ini hanya karena perkataan gadis di depannya. Dan selanjutnya kebersamaan manis itu mereka isi dengan makan malam, lalu ngobrol hangat, kemudian sesekali saling melempar senyuman amat manis. Jika ada yang melihat kebersamaan itu, mereka pasti berpikir kalau mereka adalah sepasang kekasih yang sedang sama-sama sedang di mabuk cinta. Namun sayang karena ada seorang laki-laki yang tidak memikirkan itu. Saat ini laki-laki itu sedang duduk di bangku yang lain. Dan menatap pada kedua sejoli tersebut. Dengan senyuman kecil di kedua bibir menawannya. Sepertinya percakapan kedua sejoli di sana semakin seru, terlihat dari interaksi si gadis yang tertawa riang. Dan sesekali memukul pelan tangan si laki-laki. Lagi, si cowok tersenyum. Bahkan sejak pertama kali ia dipertemukan dengan gadis itu. Ia mengakui kalau Delima memang cantik. Meski gadis itu malah lancang mencium pipinya. Tapi tidak apa-apa karena ia sudah membalasnya. Merasa penasaran, akhirnya si tampan berdiri. Ia akan menghampiri kedua sejoli itu. Dan memastikan kalau keduanya kaget karena kehadiran dirinya. *** "Jadi Kakak lo posessive banget?" Tanya Yoga di sela-sela kunyahannya. Delima mengangguk, "Banget. Gue sampe puyeng gimana mau ngadepinnya. Nanti nih, pulang dari sini gue pasti diceramahin. Terus ponsel gue di sita, terus di cek satu-satu, pokoknya ribet deh," "Itu tandanya Kakak lo sayang banget sama lo!" Suara seseorang datang di antara mereka berdua, membuat Delima dan Yoga menatap ke-arah laki-laki itu dengan wajah penuh tanya. "Lo ngapain di sini?" Ketus Delima. Ia memang kurang suka kehadiran laki-laki itu. Menurutnya Markus adalah pengacau semua rencananya. Markus mesem saja, lalu duduk di antara kedua remaja itu. Meski tanpa dipersilahkan. "Lo bukannya mau pergi nemuin cewek lo?" Tanya Yoga, Markus tadi memang bilang kalau ia akan menemui ceweknya. "Gak jadi!" Jawab Markus terlihat lesu. "Kenapa?" Tanya Yoga. Sejenak Markus terdiam, kemudian ia menatap Delima lekat, "Dia selingkuh! Padahal dia udah cium gue!" Apa katanya! Delima membuang tatapannya. Kenapa laki-laki gila itu menatap padanya. Seolah dirinya adalah tersangka? Atau perempuan jahat yang menyakiti pacarnya. Memang si Markus itu s****n! "Kasian banget lo," Sahut Yoga, ia kembali mengunyah makanannya, "Lo mau pesen apa? Gue pesenin." Tawar Yoga. Markus menggeleng, "Gue enggak mood. Lihat cewek gue sama cowok lain kayanya udah kenyang duluan." Ujarnya, namun meraih jus milik Delima dan meminumnya sampai habis, membuat sang pemilik jus tersebut menganga tanpa kata. "Manis banget, rasanya sama kaya jus punya cewek gue!" Tambahnya, menatap Delima sekilas. Dan Yoga, ia hanya menggeleng geli saja,"Nanti gue pesenin lagi buat lo Del," ucapnya pada Delima, yang terlihat diam. "Udah kenyang ko, gak usah." Delima mengusap mulutnya dengan tisu. "Kalau gue yang pesenin pasti mau dong?" Markus membeo. Delima mendengus, "Gak! Terimakasih." "Judes banget, Eh. Gimana? Cowok yang mau lo mainin itu apa udah luluh?" Sialan ini pertanyaan macam apa?! Delima tiba-tiba keselek  makanan nya, mana jusnya sudah habis lagi di minum Markus barusan. Akhirnya ia menelan makanan itu perlahan meski tenggorokannya terasa sakit. Melihat itu Yoga segera memesan jus baru, dan mengantri. Ia meninggalkan Markus dan Delima di sana. "Gimana rasanya jalan sama cowok populer, seneng?" Tanya Markus sarkas. Delima mendengus jengah, sebenarnya apa kesalahannya di masalalu, sehingga harus berurusan dengan laki-laki gila itu. "Lo tuh gak ada kerjaan banget sih. Ngapain sih lo gangguin gue?" Cetusnya. Markus malah terkekeh, "Gue rasa gue gak ganggu lo, gue kan cuma numpang duduk doang. Terus sekalian curhat, emang salah?" Delima menggelengkan saja, "Lo tuh seharusnya gak usah ke sini, lo tuh tamu gak di undang! Emang gak ada tempat lain apa yang mau lo tuju?" "Ya kalau gitu lo bikin undangan dong, buat ngundang gue!" "Lo tuh ... " "Nih jus buat lo," Yoga datang menghentikan perdebatan kedua remaja itu. Membuat Delima mengatupkan kedua bibirnya dan menatap tajam ke arah Markus. "Cewek lo kenapa Yog?" Tanya Markus, dengan nada menyindir. "Siapa?" Yoga duduk di kursinya. "Dia, kenapa natapin gue kaya gitu?" Markus mengarahkan dagunya pada Delima. "Lah, bukannya lo dari tadi yang di sini sama dia?" Yoga malah balik tanya. Lalu hanya di tanggapi oleh Markus dengan mengangkat kedua bahunya saja. Sementara Delima segera menyesap jus yang diberikan Yoga sampai habis, "Gue pulang!" Ujarnya, setelah menyimpan gelas kosong di atas meja. "Lho, kok cepet banget. Katanya mau nonton dulu?" Tadi mereka berdua memang berencana untuk nonton. Tapi Delima sepertinya berubah pikiran setelah Markus mengacaukan dirinya. "Gak jadi. Kakak gue nelpon, katanya gue harus pulang." Bohongnya, padahal Lukas sama sekali tidak menelpon dirinya. "Kapan?" Markus bertanya. "Bukannya dari tadi lo sama gue, tapi lo gak angkat telpon sama sekali tuh!" Delima menegang. Kenapa ia lupa kalau laki-laki pengacau itu sedari tadi memang ada di depannya. Hal itu sontak membuat Yoga menatap bingung padanya. "M-maksud gue, dia WA gue. Iya, gitu." Delima mengigit bibir bawahnya sendiri. Yoga mengangguk, "Ok, gue anter pulang kalau gitu." "Eh, gak usah. Gue mau naik taksi aja." Bukan itu alasan yang sebenarnya. Delima hanya mau segera kabur dari Markus, bisa terbongkar rahasianya kalau ia lama-lama berada di sana. "Enggak, gue anterin lo ya. Tapi tunggu sebentar, gue ke toilet dulu Ok." Yoga segera berdiri meninggalkan kedua remaja yang kembali mulai akan saling berdebat sepertinya. Delima menarik napas berat, kenapa juga Yoga harus meninggalkan ia berdua dengan Markus seperti itu. "Lo bisa bohongi Yoga, tapi gak bisa bohongi gue." Ujar Markus setelah Yoga pergi. "Dan lo gak usah ikut campur urusan gue, bisakan?" "Gue gak suka cewek pendusta!" "Dan gue gak suka cowok kepo kaya lo!" "Dan gue gak pernah minta buat lo sukain!" Mereka terus saja berdebat, baik Delima ataupun Markus. Mereka sama-sama tak mau mengalah. Sampai tiba-tiba terdengar keributan dari para pengunjung kafe yang berlarian kesana-kemari. Membuat keduanya berhenti berdebat, dan menatap ke-arah mereka. "Ada apa?" Tanya Markus, pada seorang perempuan yang lewat dengan langkah cepat dan terengah. "Kebakaran Mas, di dapur kafe!" Kemudian perempuan itu segera berlari. Delima dan Markus saling tatap sejenak kemudian segera siap-siap untuk berlari. Namun karena Delima memang sedikit menghalangi jalan, ia tertabrak orang hingga jatuh ke lantai. "Arrgghh!" Gadis itu mengerang, karena kakinya terkilir. "Maaf Mbak, maaf. Saya gak sengaja." Ujar orang itu kemudian lari begitu saja seperti yang lainnya. "Lo bisa bangun?" Markus bertanya. "Bisa," Delima perlahan berdiri, tapi sebelah kakinya memang sangat sakit, karena akibat dari menahan keseimbangan dirinya tadi ketika tertabrak. "Lagian lo ngapain berdiri di situ sih?" Markus membantunya. "Gue mau lari Markus. Mereka aja yang larinya gak pake mata!" Rutuk Delima masih sambil meringis. "Lari itu pake Kaki Delima ... Bukan pake mata," Markus malah meledeknya. "Serah lo deh, ngapain sih lo di sini! Lari sana!" Kesal, Delima. Gadis itu menepiskan tangan Markus yang hendak membantunya, dengan wajah amat ketus. Membuat Markus tergelak. "Kalau gue tinggal lo Mateng di sini. Mau jadi Delima bakar!" "Ikhh, apaan ngeselin! Lo pergi sana biarin gue sendiri, lo tuh cuma ... Arrgghh," Delima kaget. Karena Markus tiba-tiba mengangkat dirinya. Membuatnya refleks memegang pundaknya. "Diem! Bawel banget perasaan!" Markus segera membawa gadis itu keluar kafe, yang mulai di penuhi asap. Dan Delima, ia menatap wajah tampan yang saat ini sedang membopongnya amat hati-hati. Apaan sih! Sok baik!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN