Part 13 Kelulusan Kak Doni

2159 Kata
Hari ini adalah hari pengumuman kelulusan kelas 3. Kak Doni sangat berantusias. Bahkan dari pagi, dia sudah bersiap pagi pagi sekali untuk berangkat Sekolah. Alhasil aku yang di seret oleh nya agar cepat bergegas ke Sekolah. Sampai di Parkiran Sekolah, Kak Doni segera bergegas naik ke kelas nya. "Duluan ya, Din. Doa'in Kakak...!"ucapnya sambil mencium keningku dengan cepat lalu berlalu dariku. "Ya Allah gusti...." aku sampai terheran heran tingkahnya. "Dinaaaaa!"aku dikagetkan oleh Alex yang tiba tiba sudah ada dibelakangku. "Astahfirulloh haladziiiiim.. Aleeeeex... Kaget tauuu!!" kupukul saja punggungnya. Dia meringis minta ampun padaku. "Habis.. kamu bengong aja Din!! Eh Will mana?"tanya Alex. "Mana ku tau.. Kan kamu temen dia?"aku lalu berjalan ke kelasku. "Kan kamu pacarnya Din!hehehe..." Canda nya sambil meringis lebar. "Ngarang!! " "Kenapa kalian nggak jadian aja sih, Din??" Kali ini pertanyaan Alex membuat menghentikan langkahku. "Masih kecil!! Gak boleh pacaran!!"lalu aku berjalan lagi. Dia terkekeh tapi masih saja mengikutiku bahkan sampai kelasku. "Lex.. Kelasmu udah kelewat tuh. Ngapain sih ngintilin aku mulu?" Sindirku. "Yaelah.. Nggak boleh apa? Aku pengen main kelasmu, Din, sekalian nunggu Will.."katanya masih saja mengikutiku. Di kelas masih sepi, hanya ada 3 orang yang sudah datang. Kuamati satu persatu, lega, mereka benar benar teman nyata ku, bukan dari dunia lain seperti sebelumnya. Lalu aku duduk dibangku ku, Alex pun duduk disebelahku, dibangku Will. "Oh iya, kemaren acaranya lancar, Lex?" aku basa basi menanyakan acara ultah Alex yang kemarin kutinggalkan begitu saja. "Ya gitu deh. Biasa aja. Kalian sih, pake ngilang!jl jadi kurang seru deh!"katanya sedikit merajuk. "Hehe. Maaf deh.. Si Clara itu Sekolah dimana, Lex?"tanyaku masih penasaran. "Clara?diluar kota... Kenapa emangnya?" Alex heran. "Eum... Cantik ya?" "Ya gitu deh, aku aja naksir sebenernya! hahahaha! Cuma Clara sukanya sama Will!!" DEG! "Oh gitu? Mereka pernah pacaran?"tanyaku makin Penasaran. "Enggak!! Will nggak suka sama dia.. Aku juga heran kenapa cewek secantik Clara ditolaknya.hmm... Dan lebih milih kamu.."katanya sambil melirikku. "Eh, maksudnya apa tuh? Aku ini nggak banget gitu buat di sukain sama orang?" Teriakku. "Ya bukan gitu, Din! Justru ada sesuatu yang unik dalam diri kamu yang cuma Will aja yang tau, Entahlah.. Namanya cinta emang dateng gitu aja sih ya. Nggak bisa milih.. "Ucapnya mencoba menenangkan ku yang sempat tersulut emosi. Unik? Will berjalan masuk ke kelas. Dia mengerutkan kening melihat Alex sudah duduk manis di kursinya. "Ngapain loe disini?"tanya Will datar. "Tenang aja Will.. Kagak gue rebut dah gebetan Loe. Ngobrol doang juga! Ini Dina, nanyain soal Clara tadi..." wah ni bocah tengil banget. Langsung ku injak kakinya, Agar dia diam. Bukannya diam dia malah makin menjadi. Ah, k*****t Alex nih. "Sakit, Din!! Lah iya kan, tadi kamu nanyain Clara.. Kenapa kakiku diinjek gini sih??" Hadeh.. Ini anak! Beneran, sumpah..! Will hanya senyum senyum melihat kami. "Awas ah.. Aku mau duduk." Will menarik Alex agar pergi dari bangkunya. "Iya iyaaaa.. Balik kelas aja deh.. Udah tau deh yang pengen berduaan."ledek Alex sambil berlalu dari kami sebelum Will sempat memukulnya. Will hanya geleng geleng melihat kelakuan sahabatnya itu. Dia kembali duduk. Kami berdua sama sama diam. "Aku seneng kamu cemburu sama Clara." Tukas Will tiba tiba. Aku menoleh ke arahnya dengan mengerutkan alisku. "Tandanya kamu sayang sama aku!" Katanya lagi sambil menatapku. Aku tidak menjawab apa apa. Malah jadi salah tingkah. "Assalamualaikum Dinaaa... Hai Will..." Sapa Aisyah yang muncul dari balik pintu kelas kami. Untung dia dateng, selameeeet....! " Waalaikum salam, Ais.. " sahutku. Will tersenyum ke Aisyah. "Besok kamu mau ikut nggak, Din?ada tausiyah di Masjid agung... Yang mengisi Ustadz Abdullah."ajak Aisyah kepadaku. "Masa sih? Iya lah mau donk. Sekalian aku mau balikin buku nya A Harun.." "Kamu kenal A Harun?" Tanya Aisyah heran. "Kenal ... Aku sama keluargaku dulu sering ke sana terus gak sengaja ketemu A Harun. Orangnya pinter, pengetahuan agamanya juga luas, seneng ngobrol sama dia.." Pujiku terus. Tanpa peduli ada Will disampingku. "Iya Din, aku juga ngerasa gitu.. Dia itu ngajar ngaji di sekitar Rumahku." "Oh gitu... " Aisyah menatap will lalu mengisyaratkan ku untuk melihat ke Will juga. Kulirik mukanya masam sekali. Aku tertawa dalam hati. "Aku ikut boleh, Syah?"tanya qill ke Aisyah, yang membuatnya kaget. "Hah? Ikut? Ya boleh lah Will, boleh banget.. " Aisyah nampak bersemangat tapi melirik ke arahku penuh arti. Entah artinya apa. Aku juga tidak paham. "Jam berapa sih, Ais?"tanyaku. "Habis dhuhur, Din. Kita jamaah sekalian di sana ya.." Aku pun mengangguk. Aisyah pamit kembali ke kelasnya. ====== Bel masuk berbunyi. Hari ini pelajaran hanya sampai pukul 09.00 pagi saja. Dan pelajaran pagi inipun hanya mengerjakan soal soal dibuku panduan. Hari yang menyenangkan sekali bagi kami. "Eh, nanti kita main yuk Din, mumpung balik cepet.." Ajak Nita dan Apri antusias. "Kemana?"aku jawab santai masih fokus dengan soal dihadapanku. "Ke Air terjun aja.. Bagus lho, Din. Kamu udah pernah kesana belum?"tanya Apri. "Belom.. Aku mah jarang jalan jalan setelah pindah sini.." "Ya udah kesana aja ya.. Will ikut loh, biar rame.."ajak Nita sambil mengedipkan sebelah matanya. Aku melirik ke arah mereka. "Apa tuh maksudnya?"tanyaku datar. "Gak papa..." Kata Nita santai. ==== Pukul 09.00 tepat kami sudah dibubarkan. Aku menuju kelas Kak Doni dulu. Terlihat dari luar Kak Doni berteriak teriak senang, lalu melakukan sujud syukur. Aku mendekat ke kelasnya. "Kaaaaakkk"panggilku sedikit berteriak karena suasana kelas nya ramai sekali. Aku sudah bisa menebak Kak Doni lulus. Kak Doni melihatku yang berdiri didepan kelasnya, lalu menghampiriku. "Gimana?"tanyaku. Terlihat raut wajah gembira terpancar dari Kak Doni. Kak doni lalu memelukku agak mengangkatku sedikit dan berputar putar senang. "KAKAK LULUUUS DIIIN!!!" teriaknya bahagia. "Alhamdulillah."aku juga bahagia mendengarnya. Aku cium pipinya. "Selamat ya Kak..." Ucapku tak kalah bahagianya. "Eh kamu udah pulang? Kakak pergi sama temen temen dulu ya.mau konvoi.. Kamu balik sama Will aja ya.. "Pinta Kak Doni sambil menurunkanku. "Iya udah gak papa. Lagian Nita ngajakin main ke air terjun nih.." "Sama Will kan?" "Ih Kakak .emang kenapa kalo nggak sama Will?" "Kakak tenang kalau kamu perginya sama Will.jadi gak kepikiran..ya udah,,ati ati ya Din."kata Kak Doni lalu masuk kembali ke kelasnya. ==== Aku kembali berjalan ke parkiran, mereka sudah berkumpul disana. Nita, Apri, Will, Alex, Silvi(teman kelas Alex) sepertinya mereka sedang melakukan pendekatan. "Udah, Din?"tanya Will. "Udah, yuk berangkat sekarang?"ajakku. Kami naik motor bersama sama menuju air terjun, letaknya agak jauh, dengan ditempuh 30 menit perjalanan. Perjalanan agak naik dan kulihat masih banyak kebun dan hutan di kanan kirinya. Will menjalankan motornya dengan sangat hati hati. Tak lama kami sampai di Pintu Gerbang Obyek wisatanya. Will dan Alex mengantri tiket untuk kami. Udaranya sejuk sekali, karena letaknya ada diKaki Gunung. Pasti airnya juga segar. Aku meregangkan badanku karena agak lelah naik motor Will. "Yuk.. Masuk."will menggandengku masuk kedalam mengikuti yang lain. Jalan ke air terjun tidak lah mudah, kami masih harus berjalan sekitar 15 menit sebelum dapat sampai ke Air terjun itu. Jalannya masih agak terjal dan sedikit curam. Terkadang aku berhenti untuk sekedar mengambil nafasku yang seperti akan habis. "Cape yaa.."ucap Will lembut. "Dikit.." "Sebentar lagi sampai kok.. " Dan benar saja, baru beberapa langkah kami sampai di Air terjun itu. Bunyi berisik dari air yang jatuh membuat suasana menjadi ramai. Segarnya air terjun dapat kurasakan dari angin yang menerbangkan air itu sedikit ke udara disekitarnya. Bahkan kadang menerpa wajahku. Ada beberapa pengunjung juga selain kami. Kni merupakan salah 1 pilihan liburan yang menyenangkan pikirku. Pemandangannya sungguh indah. Ada beberapa saung yang disediakan disana untuk beristirahat pengunjung. Mereka melepas sepatu, lalu berlari ke arah Air Terjun didepan. Bermain air layaknya anak kecil. Aku tertawa geli melihat mereka. Will yang masih setia disampingku juga ikut tertawa melihat tingkah laku mereka, terutama Alex. "Kesana yuk, Din.." Will mengulurkan tangannya padaku. Aku sambut dan mengikutinya dan masuk ke air. Saat kakiku masuk ke air, dingin, tapi lama kelamaan terasa segar sekali. Aku duduk disebuah batu yang besar, dan memainkan kakiku naik turun dalam air. Tiba tiba perasaanku menjadi tidak nyaman. Aku melihat ke teman temanku yang agak jauh dariku. Tidak ada masalah. Kupandangi keadaan disekitar kami. Kulihat suasana agak sepi. Hanya tinggal kami berenam saja di sini. Mataku terpaku di sebuah pohon besar yang letaknya dekat dengan air terjun, disana ada Alex dan Silvi yang sedang bermain air bersama. Kulihat Alex hanya memakai celana boxer saja. Deggg!! Dibalik pohon besar itu...! Ada sosok yang mengintip, wajahnya remuk. Dia terus melihat ke Alex dan Silvi "Lexxxxx!!! Silviiiii!!! Balikkkk!! Cepetaaaaan!" Teriakku ke arah mereka. Tapi mereka tidak merespon sama sekali. Will melihatku juga cemas. "Gimana nih, Din??" Tanya nya gugup. Dia juga pasti melihat sosok itu. "Kamu tarik Alex, aku tarik Silvi.."ajakku ke Will. Dia mengangguk lalu kami menuju ke mereka. Nita dan Apri kusuruh balik ke saung yang kami pakai untuk menyimpan tas. Nita sudah paham kenapa aku menyuruhnya seperti itu. Karena wajahku sangat panik dan serius. Suasana yang awalnya sejuk & dingin mendadak panas. Bahkan aku berkeringat saat aku berusaha mendekati Alex dan Silvi. Tapi,belum sampai aku menarik Silvi, dia seperti tertarik ke dalam air dan seperti terseret di sekitar air tejun yang agak dalam. "Masya Allah..."teriakku panik. Alex dan Will juga ketakutan melihatnya. "Gimana donk, Din. Silvi Din.. Silvi..." Alex panik tak terkendali. "Biar aku yang masuk ke dalem.. Kalian balik ke saung!!"perintahku. "Enggak Din!! Aku nggak bakal biarin kamu kesana!! Bahaya Din!!"Will menarik tanganku ke arahnya. "Kalau aku nggak masuk? Silvi nggak akan selamet Will.." Teriakku. Kami saling terdiam beberapa saat. Tiba tiba Alex masuk ke air Byyyyuuurrrrr!!! "Aleeeexxxx!!" Teriak kami berdua. Tanpa pikir panjang lagi, aku langsung menyusul Alex masuk kepusaran air terjun. Didalam aku melihat Silvi terikat sesuatu yang panjang tersulur. Seperti akar pohon, tapi berwarna hitam. Alex sudah menggapainya dan berusaha melepaskan ikatan yang membelit kaki Silvi. Aku mendekat mencoba membantunya. Ini bukan akar pohon. Tapi rambut yang sangat panjang. Aku kembali ke atas. "Haaaaaaahhhh... Willl.. Ada yang punya gunting? Silet? Cutter? Apa aja deh yang bisa motong sesuatu?"teriakku ke will. Nita dan Apri juga sudah bersama Will sekarang. "Aku ada cutter.aku ambil!"kata Apri lalu berlari menuju tasnya. Dia langsung kembali dan menyerahkan cutter kepadaku. "Dinnn!!!hati hati."ucap Will sambil menatapku dalam. Aku mengangguk lalu masuk kembali kedalam. Kulihat Alex sudah kehabisan udara. Aku menyuruhnya naik ke atas saja. Awalnya dia menolak tapi kupaksa saja. Aku mencoba memotong rambut itu. Silvi kulihat sudah lemas, mungkin kehabisan udara juga. Rambut ini kuat sekali, bagai kawat. Ya Allah bagaimana ini... Aku hampir putus asa. Lalu ku coba merapalkan doa doa yang diajarkan Ustadz Ibrahim. Sambil ku potong rambut itu. Bismillahirohmanirohim... Sedikit demi sedikit rambut itu terpotong, tapi karena tebal aku masih kesulitan memotongnya. Sedangkan aku diburu oleh waktu. Nafasku juga hampir habis. Seseorang menepuk bahuku, dia Will. Aku kaget melihatnya masuk kedalam sini juga. Dia mengambil alih cutter ditanganku dan meneruskan memotong nya dengan sekuat tenaga. Alex pun sudah masuk juga ke sini. Dan akhirnya lepas juga belitan itu. Alex membawa Silvi naik ke atas. Will menarikku juga, karena aku sudah lelah, aku bahkan sudah meminum air agak banyak. Huuuahhhhh..!! kami berempat keluar dari air bagaikan hampir mati saja. Aku batuk batuk karena banyak air yang kutelan. Alex membawa Silvi ke dekat Saung. Nita dan Apri membantu Alex dan Silvi. Aku masih terduduk di dekat batu di air terjun. Mencoba mengambil nafas panjang. Aku bahkan tidak sadar bahwa aku masih memakai seragam Sekolah. Karena panik, aku tidak peduli lagi dengan bajuku yang akan basah nantinya. Will hanya memakai kaus dalam dan celana pendek, yang mungkin memang dia pakai sehari hari jika memakai seragam sekolah. Will menggendongku juga sama seperti Alex ke Silvi. "Will... Turunin. Aku gak papa."kataku masih dengan nafas terengah engah. Dia diam saja tidak memperdulikan permintaanku. Lalu menurunkanku disaung bersama yang lain. Silvi kulihat sudah sadar. Alhamdulillah.. hampir saja. "Din...kamu ganti bajumu di Toilet, nanti aku cariin penjual pakaian didepan."ucapnya tanpa melihatku. "Kamu kenapa sih?"aku heran dia tidak memandangku sama sekali. "Keliatan din!!"katanya masih melihat ke arah lain. Aku melihat bajuku,ternyata keliatan jelas sekali dalamanku. Lalu dia mengajak Alex pergi kedepan membeli pakaian untukku dan Silvi. Aku dan Silvi masuk ke Toilet yang agak jauh dari air terjun. ku lihat ke pohon besar tadi, sosoknya masih ada disana. Menyeringai kearah kami. Hiii..serem... Aku masuk ke bilik toilet. Dingin.. Aku bahkan menggigil menunggu Will agak lama. "Dinn.. Dinaaa..ini bajunya.."ucap Will dari luar, aku membuka pintu separuh dan mengeluarkan tanganku ke luar. Dia memberikan kresek hitam. Ada handuk, kaus lengan pendek, celana training panjang dan dalaman. "Aku gak tau ukurannya, cuma kira kira aja.."ucap Will yang sepertinya masih menungguku diluar. Astaga.. Aku malu sumpah. Dia juga membelikan dalaman juga. Aku pakai saja, karena aku merasakan dingin yang tak dapat kutahan lagi. Ternyata pas semuanya dibadanku. Perkiraan dia tepat juga. Aku tertawa sendiri. Setelah selesai aku keluar, Will dan yang lain sedang duduk disaung dekat Toilet. Melihatku keluar, Will mendekat. Badanku gemetaran. Walau sudah ganti baju sekalipun. "Dingin yaa..., "dia melepas jaketnya dan memakaikan nya kepadaku. "Eh.. Nggaaaak uu..uusaaah will.. Aa ku paakee jaaketku a..aja."ucapku terbata bata.. "Jaketmu tipis banget. Pake punyaku aja. Udah nurut!"perintahnya. Aku diam saja, memang benar kata Will. Setelah jaket dipakai, Will menggosok gosok tangannya lalu menempelkan ke wajahku, lalu ke tanganku pula. Dia melakukan itu berulang kali sampai tanganku agak hangat. "Will, cabut aja yuk. Kita cari makan dulu. Sekalian minuman anget." Alex juga kedinginan. Akhirnya kami pergi dari sana dan mencari warung tenda yang terdekat. Untuk membeli teh hangat. "Gilaaa.. Hampir aja ya.."ucap Alex sambil meneguk teh miliknya. "Kamu nggak papa kan, Vi?"tanyaku ke Silvi, kulihat dia masih shock. Dia hanya menggeleng. "Kamu gimana?" Tanya Will balik. "Aku? Nggak papa kok.." "Kamu tuh bikin Will panik tau nggak, Din.."kata Nita. "Iya, dia takut banget kamu kenapa napa tadi." Apri menambahkan. Will hanya diam, menatapku datar. Makasih Will.. Ucapku dalam hati. Will tersenyum lalu membelai rambutku. "Eheeemmm." Dehem Nita sengaja mencandai kami. Kami segera pulang ke Rumah, rasanya lelah sekali. Niat pingin refresh malah jadi spot jantung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN