“Aku... Nggak bisa nikah sama kamu.” Digo tertegun, memandang Sisi tak percaya. Pria itu terdiam cukup lama. Kemudian mencoba membuka suara meski rasanya sulit. “Maksud kamu...” katanya dengan suara parau. Sisi yang tadinya menghadap ke arah jendela kamar hotel, kini berbalik padanya. Wanita itu menatap mata Digo dengan berani. “Aku nggak mau nikah sama kamu Digo,” katanya mantap seolah tanpa beban. Mata Digo mengerjap tak percaya. Dengan kaku pria itu menarik kedua sudut bibirnya, mencoba untuk tersenyum meski kakinya rasanya tidak kuat menapak. “Siera...” panggilnya lirih pada wanita yang semalam masih bersikap hangat padanya itu, tertidur di pelukan Digo, berbagi beban hatinya dan tangis kepadanya, bahkan meminta Digo mempertahankannya dan Saski apapun yang terjadi. Tapi kini, saa