3. Tiga

713 Kata
"Hallo Alif... Ponakan tante yang ganteng. " Sapa Lintang saat bertemu dengan Ana dan Alif di restoran hotel. Mereka sudah janjian sebelumnya. Alif tersenyum nyengir dengan cake coklat yang belepotan di sekitar mulutnya. "Sudah lama nunggu? " "Belum." Ana menggeleng. Sebelum ke toko Ana menyempatkan diri menemui Lintang yang saat ini berada di Surabaya. "Gimana keadaan kamu, An? " "Aku baik. Gimana sama kehamilan kamu? " Lintang mengelus perut buncitnya yang sudah berusia empat bulan. "Aku baik. Anakku juga baik. " Lintang tersenyum simpul dengan tangan masih mengelus perutnya. "Dimana suami kamu? " "Masih tidur dia. " "Tumben nginep di hotel bukanya tinggal di rumah kamu yang ada disini. " "Lagi males. Lagian nanti malam ada acara disini. " "Acara apa? " "Oia, aku sampek lupa bilang sama kamu. Aku di undang ke acara pernikahan Brian. Kamu juga di undang. " "Hah? Kok aku di undang juga? " Seingat Ana, Brian adalah kerabat suami Lintang dan mereka beberapa kali bertemu. "Kalian, kan, beberapa kali pernah ketemu. Dia juga tau kalau kita sahabatan. " "Apa iya aku harus datang? " Ana tidak yakin. "Ya, datang, lah. Kan kamu di undang. " "Iya, juga, sih. Kapan acaranya? " "Nanti malam. Di hotel ini. " "Hah? Kenapa baru bilang. " Lintang meringis. "Sorry, aku juga lupa. Kalau nggak di ingetin suami aku juga nggak bakalan ingat. " Ana hanya geleng-geleng kepala. *** Jam sembilan kurang Ana dan Alif sampai di toko bersamaan dengan Nia yang baru datang. Toko AL Fashion adalah toko yang ia rintis bersama sahabatnya, Lintang, saat pindah ke Surabaya. Satu-satunya orang yang tahu keadaan Ana. Wanita yang tidak pernah terikat pernikahan tapi memiliki anak. Lintang adalah sahabat Ana sejak SMP. Wanita yang selama ini menjaga rahasianya dan keberadaanya. Lintang tidak tinggal di surabaya tapi sering bolak-balik Jakarta-Surabaya karena mengecek beberapa usahanya yang ada di kota ini. Di tambah lagi suaminya adalah orang asli surabaya. Di meja kasir Ana memijat pelipisnya. Tidak tahu kenapa kepalanya tiba-tiba pusing. "Mbak Ana kenapa? " Tanya Nia yang selesai mengisi gantungan-gantungan baju yang kosong dengan barang baru. "Nggak tau ini, Nia. Tiba-tiba kepala mbak pusing. " "Mbak bawa obat? " Ana menggeleng. "Aku beli'in obat, ya? Biar sakitnya nggak tambah parah. " "Boleh." "Alif, mau es krim nggak? " Nia duduk berjongkok didepan anak bosnya yang sedang sibuk bermain mobil-mobilan di lantai. Anak bosnya itu sangat tampan, apalagi dengan pipi chubbynya yang membuat gemas dan ingin mencubitnya setiap kali melihatnya. "Mau, " Jawabnya senang. "Mbak Ana, aku boleh ajak Alif ke depan beli obat sekalian beli es krim? " "Boleh tapi belikan satu saja jangan banyak-banyak. " Pesan Ana. "Oke, mbak. Yuk, berangkat " Ayu mengulurkan tanganya dan langsung di gandeng oleh Alif. Selesai sarapan Andre Danuarta memutuskan untuk jalan-jalan keluar hotel. Di samping hotel dia melihat deretan ruko. Andre melangkahkan kaki kesana. Tidak jauh darinya dia melihat seorang bocah laki-laki yang berjalan bergandengan dengan seorang gadis. Bocah itu lucu dan tampan, jangan lupakan pipinya yang chubby. Sudut bibir Andre terangkat saat melihatnya. Senyum bocah itu sangat menenangkan. Tidak tahu kenapa ada keinginan Andre untuk mendekati bocah itu. "Nia... " Panggil Ana yang baru keluar toko. Ibu muda itu ingin menitip beberapa barang yang ingin ia beli. Yang di panggil langsung menghentikan langkah dan menoleh. Tiba-tiba mata Ana membola dan tubuhnya menegang. Pandangannya tidak sengaja bergeser ke sosok yang berada tidak jauh dari anak dan pegawainya. Lelaki itu. Lelaki yang tidak pernah hilang dari pikiranya. "Ana." Gumam Andre. Andre tidak pernah menyangka akan bertemu dengan sahabatnya, Ana Clarissa. Sejak enam tahun yang lalu wanita itu tiba-tiba menghilang seperti di telan bumi. Tidak ada yang tahu keberadaanya. Ana memutus kontak mata terlebih dulu dengan Andre. Wanita itu berlari kecil menghampiri sang putra berniat membawanya pergi. Jangan sampai Andre tahu kalau Alif adalah anaknya. "Mama." Protes Alif saat Ana menggendongnya. "Aku mau beli es krim. " Ana tidak menghiraukan rengekan anaknya. "Kamu balik ke toko, Nia. " Gumamnya seperti orang berbisik tapi pegawainya itu masih bisa mendengarnya. "Iya, mbak, " Jawab Nia. Ana langsung membawa Alif dalam gendongannya, berjalan menuju jalan raya, menghentikan taksi, dan pergi dari sana. Mama? Andre mendengar dengan jelas bocah itu memanggil Ana mama. Jadi, bocah kecil itu adalah anaknya Ana. Jadi, Ana sudah menikah? Tapi kenapa dia langsung pergi dan seperti orang ketakutan saat melihatnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN