Cherryl mengamati seorang pria yang menggerakkan tangannya dengan lihai untuk memotong daging steik lalu memanggangnya dan menambahkan minyak, bawang putih, dan bumbu-bumbu lainnya. Punggung lebar berbalut kaos hitam dengan sedikit bagian tato yang menyembul di bagian leher atasnya tampak sangat bidang jika ditatap dari belakang. Cherryl bersumpah jika selera Veronica cukup baik jika menyangkut tentang pria. Dimulai dari kakaknya, lalu sekarang mantan kekasihnya yang sedang berdiri sambil menyajikan hidangan menggugah selera. Damn!
“Fael, kau masak apa?” Veronica turun dari tangga di ujung lorong sambil mengeringkan rambutnya yang basah.
Cherryl mengamati penampilannya diam-diam. Veronica memang memiliki wajah dan tubuh yang sempurna, pantas saja dia dikelilingi pria yang rupawan.
“Hanya daging steik yang tersedia di lemari es. Apakah kau ingin yang lain?” Pria itu menyambut Veronica dan memeluk pinggangnya dengan akrab seolah mereka sudah biasa melakukan semua itu.
“Aku sebenarnya tidak ingin makan, sedang tidak nafsu makan. Tapi Cherryl jelas membutuhkan makanan mengingat jika dia sudah menemaniku menangis seharian ini.” Veronica menolehkan kepala ke arah Cherryl yang sedang duduk sambil bertopang dagu.
Seketika Cherryl mencoba mengalihkan tatapannya, ia tidak mungkin membiarkan raut wajahnya yang konyol saat sedang memperhatikan pria… seksi itu! Tidak, tidak akan!
“Jadi… Cherryl, makanan apa yang kau inginkan?” Tanya pria itu.
Cherryl menatap Veronica, dan wanita itu langsung memahami kebingungannya.
“Cherryl akan sangat senang dengan steik buatanmu.” Veronica kembali merangkul pinggang pria itu dan Cherryl bersumpah bahwa sekarang tangannya sendiri terasa kebas seolah ia juga ingin melakukan hal yang sama.
Damn! Itu umpatannya yang kedua kali.
“Apa yang terjadi?”
Samar-samar Cherryl mendengar dua orang itu mulai berbicara dengan serius seolah pria yang sedang membalas rangkulan Veronica merasa penasaran dengan kedatangan wanita itu yang berlari menerobos masuk lalu menangis untuk waktu yang lama tanpa memberikan penjelasan apapun. Sedangkan Cherryl sejak tadi juga melakukan hal yang sama, mengusap punggung Veronica tanpa berniat memberikan penjelasan pada sosok pria asing yang menunggu mereka menangis tanpa menyela sedikitpun. Baru setelah itu Veronica mengatakan bahwa ia ingin mandi dan membersihkan diri, lalu pria tadi memutuskan memasak seolah tahu jika kedua tamunya sedang berusaha keras menahan lapar.
Atau tidak…
Sebab Veronica mengatakan dengan jelas jika ia tidak lapar. Mungkin masih terpengaruh oleh emosinya selama beberapa jam terakhir.
“Tidak ada apapun, aku hanya ingin ke sini untuk mengunjungimu.”
“Seingatku dua tahun yang lalu kau mengatakan jika semuanya baik-baik saja dan aku mendapati jika Mateo berselingkuh darimu.”
Tubuh Cherryl menegang ketika nama kakaknya disebut.
Perselingkuhan dua tahun lalu? Cherryl masih ingat kejadian itu. Dan kini ia kembali mengutuk kakaknya atas perbuatan tidak terpuji yang ia lakukan kepada Veronica meskipun akhirnya Cherryl menyadari jika semua itu hanya salah paham. Mateo berubah menjadi orang gila saat kehilangan Veronica dan Cherryl baru tahu jika saat itu kakaknya hanya sedang dijebak oleh sekretarisnya yang menjijikkan.
“Itu hanya salah paham, Fael. Kau tidak bisa mengungkitnya lagi.” Ada nada tidak suka di dalam suara Veronica yang menandakan jika wanita itu tidak setuju dengan pria bernama Fael itu.
Cherryl mengernyit, namanya Fael? Sungguh lucu.
“Tetap saja itu mengubah pandanganku padanya. Lalu sekarang kau datang sambil menangis lagi. Kau pikir aku tidak akan curiga padanya setelah mengetahui betapa kau tergila-gila pada pria aneh itu?”
Cherryl masih ingat pada perbuatan mereka—dirinya dan Veronica— beberapa jam yang lalu di kantor Mateo.
Veronica menampar Mateo karena melihat pria itu membiarkan seorang wanita bertubuh seksi duduk di pangkuannya di hadapan semua kolega bisnisnya. Sungguh pemandangan yang menjijikkan mengingat selama ini Cherryl menjalin hubungan lurus dan menyenangkan bersama dengan kekasihnya yang tidak pernah bermain dengan perempuan lain, tidak seperti Mateo yang playboy dan b******k. Veronica benar-benar tidak beruntung karena jatuh cinta pada Meteo.
Namun sesaat setelah Veronica menampar kakaknya, Cherryl mendapati dirinya melepaskan sepatu hak tinggi yang ia kenakan lalu memukul kepala dan wajah kakaknya sekuat tenaga sebelum berlari mengejar Veronica.
Lalu di sinilah mereka berada… di dalam sebuah apartemen mewah milik seorang pria yang Cherryl kenal sebagai mantan kekasih Veronica.
“Bolehkah malam ini aku menginap di sini bersama Cherryl?” Veronica berjinjit dan mengulurkan tangannya untuk memeluk bahu Fael yang tubuhnya jauh lebih tinggi darinya. Cherryl mengerutkan kening dalam-dalam. Tunggu dulu, kenapa perbuatan Veronica membuatnya terlihat sama seperti Mateo? Bermain-main dengan orang lain ketika mereka berada dalam satu hubungan.
Cherryl jadi menyesali keputusan spontan yang tercetus di kepalanya saat ia melemparkan sepatu mahalnya ke wajah Mateo.
“Baiklah, nanti aku yang akan mencari hotel.” Pria itu menghela napas sambil membali daging steik yang menguarkan aroma harum.
Perut Cherryl bergejolak. Ia lapar!
“Namanya Rafael, kita akan menginap di sini untuk menghindari Mateo. Aku masih belum siap bertemu dengannya.” Veronice beralih dari dapur lalu duduk di samping Cherryl.
Rafael. Ulang Cherryl dalam hati.
“Datang ke apartemen mantan kekasihmu tidak akan menyelesaikan masalahmu saat ini, Vero.” Cherryl tahu jika ia terdengar konyol saat memberikan nasehat, tapi bibirnya terasa gatal jika tidak segera menyerukan apa yang sejak tadi mengganggu pikirannya.
“Hubunganku dan Rafael tidak seperti yang kau kira. Kami memang dekat, tapi juga tidak sedekat itu.” Veronica menatapnya dengan sorot serius, seolah memohon pada Cherryl untuk percaya dengan penjelasannya.
Cherryl menghela napas dengan kasar. Seburuk apapun Mateo, pria itu tetap kakaknya. Dan Cherryl tidak bisa memungkiri jika selama ini ia bahagia karena Mateo kembali bersama dengan Veronica, sahabatnya. Sebab Cherryl tahu jika Mateo membutuhkan wanita tegas yang penuh kasih sayang seperti Veronica untuk mengendalikan kehidupannya yang kacau. Namun Cherryl tidak menutup mata dan telinganya begitu saja meskipun sekarang ia tetap merasa jika hatinya berpihak pada Mateo. Veronica pantas mendapatkan yang terbaik…
“Jika kau memang ingin mengakhiri hubungan dengan kakakku, aku akan mendukungmu.”
Veronica menggeleng. “Tidak semudah itu.” Sudut matanya kembali berarir sehingga membuat Cherryl menyesal karena kembali menyinggung tentang Mateo.
“Jangan pikirkan dia, aku tidak ingin membuatmu bersedih lagi.” Cherryl buru-buru menggelengkan kepalanya. “Baiklah, katakan dimana aku bisa mandi dan membersihkan diri. Tubuhku terasa lengket karena air matamu membanjiri seluruh bajuku.” Guraunya.
“Nanti saja, sebaiknya sekarang kau menunggu Rafael selesai memotong daging. Kau harus makan karena aku tahu perutmu sudah berbunyi sejak tadi.” Secepat Veronica menangis, maka secepat itu pula raut wajahnya berubah menjadi geli. Cherryl tahu jika wanita itu hanya sedang menyembunyikan kesedihannya, tapi Cherryl memutuskan untuk mengikuti permainannya.
“Aku lapar sekali,” Keluhnya sambil menyandarkan punggung.
“Makananmu akan segera siap!” Sahut pria di dapur.
Cherryl mengernyit bingung. Suara keluhannya terlalu keras hingga membuat Rafael mendengarnya. Oh, betapa malu dirinya sekarang.
“Jangan malu, Rafael bukan pria yang serius. Dia suka bergurau dan aku yakin sebentar lagi kita akan makan sambil tertawa bersama.” Ucap Veronica.
Sekarang Cherryl tahu apa alasan Veronica datang ke apartemen Rafael. Ia ingin tertawa bersama pria itu dan melupakan masalahnya sejenak.
“Sepertinya memang begitu,” Cherryl melirik sekilas ke arah pria itu dan seketika senyuman singkat menghiasi wajah tampannya ketika mendapati Cherryl sedang memperhatikannya.
Go to hell! Cherryl bersumpah jika wajahnya jauh lebih tampan dari banyaknya pria tampan yang selama ini berada di sekitarnya. Bahkan lebih tampan dari Mateo! Apa yang membuat Veronica memilih Mateo yang b******k dibandingkan pria tampan ini?
“Bagaimana menurutmu?” Veronica tersenyum jahil.
Cherryl segera mengalihkan tatapannya, tidak ingin larut di dalam pesonan mengerikan milik mantan kekasih sahabatnya.
“Apanya?”
“Rafael.” Veronica menjentikkan jarinya. Sisa air mata masih terlihat dengan jelas di wajah wanita itu, tapi kini ada senyuman geli yang tampak berusaha keras ia tunjukkan. “Apakah kau bersedia menukar Carlos yang manis itu dengan Rafael yang mempesona?”
Cherryl bersumpah jika ia sedang melotot sempurna ke arah Veronica.
Tidak, mana mungkin Cherryl akan menukar kekasihnya dengan seorang pria asing yang baru saja ia temui? Tidak, sama sekali tidak.