Eva segera masuk rumah, dan segera ia menuju ke kamar, Ia buka pintu kamarnya perlahan dan menutupnya kembali, cermin berada di atas meja rias, ia menekan stop kontak dan lampu seketika menyala. Eva mengagumi pantulan nya sendiri di cermin rias ya berpikir esok adalah hari dimana mereka akan datang ke rumah, duduk ia di meja rias seketika ia langsung saja melucuti, anting - anting yang melekat di kedua telinga, ia melepaskan. Perlahan dan ternyata ia tersadar, kotak perhiasanya berada di tas, namun matanya membelalak keheranan, kota perhiasan kecil itu sudah berada di depan matanya di meja rias, sontak ia segera beranjak dan mendorong kursi ke belakang, ia berdiri mulutnya menganga memperhatikan kotak itu, ia Cepat membalikan tubuhnya, dan berjalan menggapai tas yang berada di kasur, ia cepat membuka tasnya dan memeriksa apakah ada kotak di dalam, namun kosong yang ada hanya buku besar dan pulpen yang sering ia pakai di kelas, panik Eva dan ia segera memuntahkan isi tas di atas kasur men jungkir balikan namun tas itu benar-benar kosong. Ia melemparkan tas itu, ia serasa bingung perasaan merinding datang padanya, ia mengacak-ngacak rambutnya, seakan tidak percaya dan ia beranggapan semua itu halusinasi.
Ckreeek.. Ngeek.. wanita tua datang membuka pintu kamar Eva.
Ia. Masih tetap berdiri mematung, menatap Eva yang sedang duduk di atas kasur, Eva melihat ibunya tanpa ia menyapa, ia takut kalau wanita itu bukan ibunya, dan Eva yakin dia bukan ibunya. Bersiap Eva membenarkan posisi duduknya.
Bleetak.. suara benda jatuh.
pandangan eva teralihkan ke kotak perhiasan yang tiba-tiba jatuh, lalu ia melihat ke arah pintu kamarnya, seketika itu ia membelalakan matanya, seakan ibunya sudah tidak ada di depan pintu, Eva menjadi panik, dan histeris ingin teriak, Eva menutup mulut dengan kedua tangannya, terlihat sosok wanita sangat menyeramkan bermata putih tanpa pupil, ingin mencekik leher Eva, namun Eva tidak tahu sosok itu berada di belakangnya, ia menoleh kebelakang, lalu terdengar langkah kaki dengan cepat menuju kamar Eva, eva memandang pintu kamarnya kembali.
Eva, ! Kata ibu Eva yang cepat berjalan menghampirinya, lalu ibu Eva segera duduk di atas kasur bersama Eva menghadapnya, terlihat Eva seperti panik akan sesuatu, lalu ia berkata, tutuplah jendela kamarmu Eva, sudah malam. Eva hanya mengangguk mencoba melupakan apa yang barusan terjadi dengannya.
Tangan kiri ibu Eva membelai-belai rambut panjang sebelah kiri di rambut Eva, kau tidak apa-apa Eva? Lirih Tanya ibu Eva yang sangat sayang padanya.
Aku tidak apa-apa Bu, kenapa Bu?
Jawab Eva serasa tidak ingin di ganggu.
Kau pulang jam berapa tadi? Ibu sedari tadi mengobrol dengan ayahmu di teras belakang. Kata ibu Eva yang masih membelai rambut Eva.
Baru saja Bu, Eva di antar marlyn pulang, dan dia juga tidak mampir kesini, langsung pulang saja, karena dia ada panggilan dari bosnya. Jawab Eva sangat jujur terhadap ibunya.
Em.. begitu, yasudah.. kalau kamu pulang tutuplah jendela kamarmu ya, ini sudah malam Eva, lirih kata ibu Eva mengingatkan. Ibunya menyudahi belaian tangan di rambut Eva, pandangan sekilas tertuju pada kotak perhiasan kecil yang cukup tua, di lantai, lalu ibu Eva beranjak berdiri melangkah mengambil kotak itu lalu menaruhnya kembali di atas meja yang rapat ke dinding.
Ibu Eva membalikan tubuhnya, dan berucap, kau tidurlah Eva, sudah cukup malam, kau pasti lelah, tidurlah.
Iya Bu, aku akan tidur, lalu ibu eva mengarah ke arah jendela, dan segera menutup jendela rapat-rapat, greg.. cetek. Pandangan ibu Eva teralihkan kepada sosok yang sedang berdiri di antara bundaran taman, yang tak lain itu adalah sosok fedian yang sedang merokok, fedian lalu melihat ibu Eva yang sedang mengunci jendela, tanpa saling menyapa ibu Eva segera menutup hordeng jendela, srek..
Ibu eva membalikan tubuhnya lalu sambil berkata, Kau jangan malam-malam tidurnya Eva, nanti kau kedinginan, ini sudah jam 9 malam, kau harus istirahat karena kau besok kuliah, kata ibu Eva yang tangan kanannya nya mulai singgah di rambut Eva, lalu ia berkata kembali. ya sudah, istirahatlah, ibu mau tidur dulu, ingat kau harus segera tidur. Eva hanya mengangguk, ibu nya segera pergi, lalu eva menjawab, ya Bu.
terlihat ibu Eva sudah menghilang dari balik pintu, dengan tujuan ibu Eva menuju kamarnya, eva sedikit terdiam dan bingung akan keadaannya, dan dia berharap teror ini esok akan berakhir. Eva langsung saja beranjak menuju lemari pakaiannya yang terletak di dekat jendela, yang ditutup oleh ibunya tadi. Lalu Eva perlahan membuka lemarinya, lemari hitam yang cukup kuat terbuat dari kayu bergaris tengah di setiap daun pintunya, ia mencoba menemukan baju tidurnya yang biasa ia kenakan, dan ia sangat suka sekali baju tidur bermotif bunga-bunga, dan menurutnya itu terkesan harmonis, ia melepaskan pakaiannya satu persatu, mulai dari kaos yang dikenakannya, dan celana jeans biru hingga sampai yang melekat di tubuhnya hanya pakaian dalam saja, tentu dengan warna yang serasi, yaitu, pink. Iya segera memakai baju tidurnya, namun seketika rasa merinding di tubuhnya datang lagi, tapi ia mengabaikannya, tampak jelas di bawah lemari sebelah kanan, sosok wanita mata memutih sedang mengamatinya, serasa ingin mencekik Eva yang sedang berganti pakaian, Eva segera menutupnya rapat-rapat Greg..! di Kasur putih yang berselimutkan warna putih, Eva perlahan membaringkan tubuhnya dan menyelimuti tubuhnya, dengan selimut yang berbulu ia mencoba mengabaikan semua, dalam hati Ia terus berkata. tidak ada apa-apa.. dan itu ia lakukan berulang-ulang hingga sampai matanya terpejam dengan merawat wajah cantiknya terasa tenang.
- Mimpi -
Tanpa peringatan eva menghentikan motor matic nya di tepi jalan, dan memadamkan lampu depan. ia berpaling ke belakang dengan cepat mengawasi wajah Gilang yang memancarkan kekagetan.
Hei.. mata coklat Gilang menyipit curiga lalu ia berkata, ada apa?
Eva mempelajari wajah Gilang seakan baru melihat lelaki itu untuk pertama kalinya, rambut Gilang hitam pendek dan sedikit kaku, matanya besar gelap, serius, yang mengenakan helm KLX, Gilang mengenakan jaket kulit hitam mengendarai Kawasaki ninja hitam, perlahan Gilang membuka helm dan menempatkannya di atas motor besarnya, terlihat lehernya sedikit kekar, mirip dengan pemain bola pada umumnya, orangnya memang sedikit besar, tapi tidak terlalu besar, dengan d**a yang khas berbidang yang dia memang sangat idola di zaman itu, dan lengannya sedikit kuat.
Gilang menganggap dirinya sangat tangguh, karena memang Gilang mengaku cukup kaya, pikir eva ya semoga saja benar, dan aku berharap memang benar. Eva telah berpacaran dengan Gilang cukup lama, namun bagi idola anak SMA 3 bulan adalah yang paling lama, Eva mengamati dengan sangat teliti, Eva merasa Gilang sekarang adalah orang asing baginya, keegoisan yang mulai memuncak Dan ia beranggapan Gilang bukan sama sekali tipeku, karena pikir eva Gilang terlalu kasar, sembrono, dan Eva merasa Gilang hanya menginginkan tubuhnya saja.
Eva.. kenapa kita parkir di sini? tanya Gilang sambil berdiri, ia berucap menatap Eva yang seakan-akan Eva masih menyayanginya, pikir eva aku rasa dia cuman satu tahap dalam hidup yang harus ku lewati.
Ada yang harus kita bicarakan kata Eva, masalah ini serius Gilang. suara eva agak pelan sambil menatap lurus ke mata gilang, tapi suara Eva tidak begitu menyenangkan, segalanya terasa tidak menyenangkan, Ia memutuskan untuk meneruskan sekedar bicara tentang apa yang akan disampaikan.
Kamu bicara apa Eva? Serasa Geram Gilang mendngar ucapan Eva yang seakan membuat ia kesal, bagaimana tidak, sehabis pulang dari campus yang cukup melelahkan, Eva malah mengajaknya untuk berdebat di pinggir jalan.
Dengar, kau itu Egois Gilang, kau hanya menginginkan tubuhku saja, kata Eva sambil menunjuk wajah gilang, dan memang pada kenyataanya Gilang di waktu itu adalah f**k boy sejati.
Tunggu eva ! Apa maksudmu? Bernada tinggi Gilang katakan itu,
Eva semakin gusar, ia mengepalkan tangannya, dan berucap. Kau jangan mengada - ada Eva.
Pokonya kita putus, jangan pernah hubungi aku lagi. Seketika itu Eva lalu berbalik dan langsung saja ia menaiki matic yang di kendarai nya, Gilang serasa ingin mencegahnya, namun ia enggan melakukanya. lalu matic melaju dengan cepat. Hingga tak terlihat, merasa bersalah Gilang terhadap Eva, ia berdiri mematung seakan-akan sangat merasa bersalah sekali, ia teringat ketika ia pertama kali menikmati tubuh mungilnya, memang umurnya sangat beda jauh, namun Gilang sangat menginginkannya. Sejenak, Gilang sudahi pikirannya lalu pergi menaiki roda dua. Dan terlihat sosok wanita mata memutih berada di belakang Gilang tertawa cekikikan.
Hah..! Eva terbangun dan kaget setengah badan tubuhnya terangkat, dalam benaknya kenapa hantu itu berada di mimpiku? Tangan kanannya mulai terangkat ia mengusap wajah dan kening, teramat lelah, dan pasti sangat lelah namun Eva sudah sedikit tenang, ia rebahkan tubuhnya dan ia tidur kembali.
Suaran Xenia hitam mendarat tepat berada di depan kampus, baiklah kita sudah sampai, segera Eva keluar dari mobil dia sedikit membungkuk dan berbicara kepada Marilyn.
terimakasih Marilyn, aku kuliah dulu, kau tidak usah menjemput ku, nanti malam saja kau ke rumahku, Eva tersenyum pada Marilyn dan ia teramat senang.
Baiklah, ! aku pergi dulu.. kata marlin sangat gembira tersenyum. roda mobil segera meluncur dengan mereka sama-sama tersenyum, dan saling melambaikan tangan, lalu Eva membalikkan tubuhnya sambil mendekap tas di d**a, dan Ia tetap berjalan kembali menuju koridor yang cukup lebar, ia melewati teman-temannya yang berada duduk di pinggiran koridor, dan mereka saling menyapa, Hai Eva.
hai juga, Aku masuk dulu fani, jawab Eva tersenyum sedikit tergesa-gesa.
Baik Eva, terlihat dia adalah Jefri teman kelasnya melambai kan tangan di kursi koridor berikutnya.
Eva apakah kau ingin bermain denganku? tanya Jefri, yang Eva segera berhenti di depannya, lalu menjawab, mau ngajak aku ke mana? kata Eva pandangannya menatap lurus ke arah Jefri, seakan-akan dia penasaran ingin diajak ke suatu tempat yang indah, pikir Eva pasti akan mengajaknya ke pusat perbelanjaan untuk membeli pakaian.
Kita ke rumah temanku, tidak jauh dari sini rumahnya, bagaimana? kata kata Jefri sama sambil tersenyum mengedipkan mata, dan itu suatu kode untuk eva yang memang biasa suka bermain dengan pria lain, tapi hanya sebatas teman untuk mereka, Eva adalah sosok yang sedikit pendiam memiliki jiwa sosial yang tinggi dan sedikit manja.
He he he.. nanti aku pikirkan lagi, aku sedang mengurus sesuatu, kau ajak yang lain jika nanti aku tidak bisa, oke? Sedikit ketus Eva menjawab, karena Eva yang dah tahu apa yang di pikirkan Jefri kepada Eva, yang tak lain Jefri akan mengajaknya dan menggoda Eva untuk melakukan hal yang sembrono, Jefri coba tersenyum, dan Ia lalu segera masuk ke ruang kelas, perlahan ia berjalan dan duduk seperti biasa di tempat mana ia duduk di dekat jendela, dengan kondisi yang sama, dia tetap membuka buku besar tapi buku besar yang sangat berbeda, sedikit kecil mengenai semua informasi yang ada di seluruh jaringan, nunggu ke atasnya yang sudah berada di meja kursi stainless, sontak matanya kaget melihat ternyata kotak perhiasan itu sudah ada di tasnya, ia sedikit kesal membuang tas di meja, mulai bayang-bayang itu kembali hadir di benaknya, ia mengusap wajah dengan kedua tangan seakan-akan tak percaya dengan semua, dan berharap itu memang adalah halusinasinya, seseorang datang yang tak lain adalah seorang wanita yang bernama anggun, wajahnya cantik mungil, segera duduk di samping eva yang sedikit terasa lelah berjalan, anggun pun membuka buku besar yang sudah ia tarik dari dalam tas, ia menyapa Eva, kau tampak murung? mata cantik sedikit sipit, bibir yang sangat sensual, rambut panjang lurus mencapai punggung menyapa dengan senyuman. Eva yang tangannya sedari tadi berada di wajah, ia melirik anggun dan menyapa. tidak apa-apa, aku hanya sedang tidak enak badan, he he he.. ! sedikit malas Eva mengatakan.
sudah kuduga, kau sedang tidak enak badan, aku punya obat untukmu, apa kau mau untuk menghilangkan rasa sakit mu? Ucap anggun dan ia segera ingin membuka tasnya, lalu terhenti dengan jawaban Eva. tidak.. terima kasih Anggun, aku tidak apa-apa, aku sudah minum obat sebelumnya. Ucapnya tersenyum, lalu sejenak terlintas di pikiran, dia harus menunjukkan kotak perhiasan itu kepada anggun, apakah dia melihat kotak itu? Eva segera membuka tasnya kembali, lalu menarik kotak itu perlahan.
Apakah kau melihat ini anggun? sejenak anggun teralihkan dengan kata Eva, yang sedang memegang kotak perhiasan cukup tua yang berada di tangannya, Ia hanya tersenyum, pikir anggun Eva sedang mengujinya, apakah mata anggun cukup jelas melihat benda sedekat itu, kemudian Anggun menjawab dengan dia tersenyum, jelas aku melihatnya itu kan kotak perhiasan mu, ada apakah dengan kotak itu?
Eva segera mengamati kotak itu dan melihat anggun kembali, lalu tersenyum kepada anggun dan menjawab. he he he tidak apa-apa, aku hanya sedang ingin menenangkan hatiku, dan mungkin kau sudah tahu jawabannya, he he he Eva lalu segera meletakkan kotak itu kembali ke dalam tas, anggun kemudian berkata, ya sudah kuduga! tampaknya kau perlu berlibur, pasti banyak pikiran yang mengganjal pikiranmu Eva, jika aku seperti itu mengalami hal-hal yang sedikit membuat pikiranku penuh, aku pasti akan melakukan liburan, ya meski hanya 1 hari aku mengunjungi lautan, atau aku mengunjungi pariwisata lain yang aku suka. anggun lalu memilah-milah bukunya yang berada di meja, pembicaraan itu terhenti.