Malam Itu ...

1073 Kata
Bima terus memacu tubuh dalam kungkungannya itu, keringatnya mengucur deras. Nafasnya tidak beraturan, ia sudah hampir sampai! Rasanya sensasi nikmat itu menjalar hingga keseluruh syaraf tubuh dan ubun-ubunnya. Sungguh sebuah nikmat yang tidak dapat lagi ia ungkapkan dengan kata-kata. Ia memejamkan matanya erat-erat, desahan itu berubah menjadi erangan panjang ketika kemudian ada sesuatu yang meledak-ledak dalam diri Bima. Bima membiarkan miliknya tumpah. Ia sedang berusaha menetralkan nafasnya yang terengah-engah luar biasa karena aktivitas fisik yang baru saja selesai ia lakukan itu. Peluhnya banjir, membuat tubuhnya makin terasa panas dan lengket. Setelah semuanya usai, dengan perlahan Bima menarik keluar miliknya dari dalam gadis itu, tampak cairan putih kental itu meleleh. Bima menyeka keringat yang mengucur dari tubuhnya, lalu menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh polos yang sama bersimbah peluhnya itu. Bima menyapu bibir itu dengan lembut, bibir dengan aroma whiskey yang menjadi alasan kenapa gadis itu kemudian bisa berada di atas ranjang hotel ini dan memberikan dirinya seutuhnya pada Bima, laki-laki yang tidak ia kenal. Parahnya lagi Bima sendiri tidak kenal siapa gadis ini! Ia tidak membawa apapun kecuali tubuhnya dan pakaian dengan bau alkohol yang melekat pada tubuhnya itu. "Terima kasih, siapapun kamu. Kamu gadis pertama yang memberiku semua kenikmatan ini," bisik Bima lirih, kembali ia mengecup bibir itu dengan lembut. Bima mengelus lembut wajah gadis itu yang tertutup anak rambutnya. Gadis yang cantik, namun sayang sekali Bima sudah punya Melinda, gadis yang sudah tiga tahun ini mengisi hatinya, meskipun ia akui Melinda tidak secantik gadis ini. Bima bergegas bangkit, ia tertegun menatap bercak darah yang menempel di sprei itu. Bercak itu milik gadis cantik ini. Tanpa adanya bercak ini pun sebenarnya Bima sudah paham dan sudah tahu bahwa gadis ini masih perawan dan belum tersentuh. Adanya selaput yang sempat menghalangi miliknya masuk lebih dalam tadi yang menjadi bukti otentik bahwa gadis ini masih suci! Ia menghela nafas panjang, bergegas bangkit dan memunguti pakaiannya yang tercecer dilantai. Ia harus segera pergi sebelum gadis itu bangun dan sadar apa yang sudah terjadi pada dirinya itu, apa yang sudah Bima lakukan terhadapnya. Bima sudah menodainya, merenggut kesuciannya dengan memanfaatkan kesadaran gadis itu yang hilang akibat pengaruh minuman keras. Tapi apa boleh buat? Bima laki-laki normal, ia tidak tahan melihat betapa indah dan ranum aset gadis yang tadi ia temukan terkulai di depan sebuah pub ternama itu. Tujuan utamanya ia ingin menyelamatkan, namun sayang, iman Bima tidak sekuat itu, terlebih ketika ia bingung mencari alamat gadis itu. Jadi ia langsung membawa gadis itu ke hotel dan kemudian terjadilah hal yang bahkan belum pernah Bima lakukan bersama Melinda, sang kekasih hatinya itu. "Maafkan aku, Melin," desis Bima dibawah guyuran shower itu. Ia sudah mengkhianati kekasihnya itu dengan tidur bersama gadis lain! "Aku nggak sanggup melihat godaan di depan mataku, aku laki-laki payah!" Sedetik kemudian Bima mendengus kesal, bagaimana nanti nasib gadis itu? Ia sudah merenggut kesuciannya! Apakah nanti masih ada laki-laki yang akan menerimanya? *** Bima membetulkan posisi selimut gadis itu, sebelum ia melangkah pergi, ia meninggalkan beberapa lembar uang seratus ribuan di nakas meja. Gadis itu tidak membawa apapun, jadi ia bisa gunakan uang yang tidak seberapa itu untuk ongkos pulang. Uang yang tidak seberapa dan tidak bisa menukar atau mengganti selaput dara yang sudah Bima koyak paksa tadi. Bima sekali lagi tersenyum, kemudian mengecup kening gadis yang sudah memberinya sebuah sensasi kenikmatan luar biasa yang belum pernah Bima rasakan. Kenikmatan dunia yang ternyata benar-benar memabukkan dirinya dengan begitu luar biasa. "Maafkan aku cantik, kamu benar-benar luar biasa menggoda," bisik Bima dengan pedih. Bima bangkit, lalu melangkah keluar dari kamar itu. Efek stress menghadapi kenyataan bahwa ia harus mengulang Stase bedah satu kali lagi membuat ia kemudian pergi ke pub untuk mengurai semua stress dan kekacauan pikiran Bima. Ia seharusnya sudah lulus dan bersiap UMKPPD bersama teman-temannya, namun karena sebuah kesalahan ia harus rela mengulang Stase bedah dan otomatis memperlambat langkahnya memeroleh gelar dokternya. Dan karena itulah kemudian peristiwa ini terjadi. Ia bertemu gadis itu dalam kondisi mabuk berat, dan kemudian malah menjadikan gadis itu pelampiasan nafsunya. Gila. Bima benar-benar gila! Bima sudah masuk ke dalam mobilnya ketika kemudian ia tersentak luar biasa ketika menyadari sesuatu. "Astaga, kenapa tadi keluar di dalam?" pekiknya ketika ia sadar ia mengeluarkan miliknya di dalam rahim gadis itu. "Kalau hamil gimana ya ampun, bego banget sih kamu, Bim!" maki Bimo pada dirinya sendiri. Bimo memijit kepalanya dengan gemas, kenapa dia bisa sebodoh ini sih? Kenapa dia bisa seceroboh ini? Seorang dokter muda yang jelas-jelas ketika Stase obsgyn tentu paham betul teori untuk mencegah kehamilan dan seks yang tidak beresiko, tapi kenapa ketika melakukan semua itu ia seolah-olah lupa dengan semua teori dan ilmu yang kemarin ia dapat di Stase obsgyn? "Semoga dia sedang tidak subur!" Ya ... hanya itu doa yang sekarang Bima panjatkan, semoga gadis itu sedang tidak subur. Karena kalau dia dalam masa suburnya, maka dapat dipastikan bahwa gadis itu akan hamil anaknya! "Nggak, dia nggak mungkin hamil!" guman Bima sambil membawa mobilnya meninggalkan hotel itu. Sungguh nafsu dunia itu benar-benar membutakannya. Hingga ia bisa lupa segala-galanya dan bisa ceroboh asal menumpahkan cairan miliknya ke dalam rahim gadis itu. Padahal ia sudah dapat materi seperti ini sejak ia pre-klinik bukan? "Bodoh, Bim! Kamu calon dokter yang bodoh!" *** Gadis itu menggeliat perlahan, ia memekik kesakitan ketika ia hendak mengerakkan kakinya. Ia mengerjapkan mata dan terkejut mendapati dirinya tengah berada di sebuah kamar yang sangat asing. Ia sontak bangun dan syok luar biasa mendapati dirinya polos tanpa busana! Kondisi kasur berantakan, bajunya tercecer dimana-mana dan pangkal pahanya terasa begitu sakit, pedih dan menusuk. Air matanya makin deras mengalir ketika mendapati selimut yang menutupi tubuh polosnya itu terdapat bercak darah, apa yang sudah terjadi pada dirinya? Apa? Dengan tangan bergetar ia meraba area sensitifnya, sangat pedih sekali rasanya dan lengket dipermukaan. Tangisnya makin menjadi ketika cairan putih bercampur darah itu menempel di tangannya. Siapa yang melakukan semua ini? Siapa yang sudah begitu tega memperkosanya ketika ia tidak sadar efek mabuk kemarin? Tangisnya pecah, ia berteriak menyadari bahwa dari kebodohannya semalam membuat dia harus kehilangan kegadisannya, membuat ia harus berada di kamar ini dengan kondisi memprihatinkan. Ia sudah koyak, rusak dan kotor! Yang mana ia sendiri tidak tahu siapa laki-laki yang sudah melakukan semua ini. Bagaimana kehidupannya nanti? Apa yang kelak akan ia katakan pada calon suaminya, apa? Dari sudut matanya ia menangkap lembaran uang seratus ribuan di nakas. Jadi hanya segini harga dirinya? Kesuciannya hanya dihargai satu juta? Kesucian yang sudah sembilan belas tahun ia jaga itu hanya berharga satu juta?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN