Berjubah hitam

1130 Kata
Setelah dapat jawaban siapa nama ayahnya. Brian segera kembali ke depan komputernya. Kedua matanya fokus pada layar komputer yang masih menyala. Seperti biasa, jemari tangannya sudah bersiap untuk menyentuh keyboardnya. Tepat tengah malam. Jam 11 malam. Aron sudah tidur di kamarnya. Dan, Brian masih penasaran dengan siapa ayahnya. Setidaknya dia membuktikan foto Verlos seperti apa. Brian juga sudah tahu ayahnya saat dia membantu Aron menyembunyikan kematian ayah dan ibunya. Jemari tangan Brian sudah mulai menyentuh keyboard nya. Dia melihat jelas layar komputernya. "Verlos?" kata Brian. Mencari dengan kata Carlos. Semua keluar artikel tentang Carlos. Bahkan fotonya juga terpampang jelas di sana. Dia mengerutkan keningnya. Saat melihat itu adalah foto masa remajanya. "Sepertinya foto ini waktu dia masih muda." kata Brian. "Verlos, berasal dari keluarga sederhana. Dia menikah dengan Belinda. Pernikahannya terkenal juga sangat romantis. Banyak media yang meliput pernikahan mereka." "Verlos adalah orang yang penting bagi kota ini. Dia lahir di washington. Dan, dibesarkan di kanada oleh orang tua angkatnya. Dia adalah anak sang profesor Billy yang meninggal karena kesalahan saat melakukan uji coba. Uji coba mayat hidup, yang membuat semuanya harus sia-sia saat proyeknya gagal. Dia harus kehilangan semuanya." "Ibu Verlos, Merlin adalah seorang peneliti. Dia orang yang sangat jenius. Dia suka sekali meneliti semua benda-berada angkasa. Bahkan, dia sudah menyiapkan semuanya. Untuk membuat kekuatan yang luar biasa yang berasal dari angkasa. Tetapi, penelitian itu terbengkalai. Saat Ini Carlos meninggal di tahun 1977. Tepat dimana Verlos lahir." Brian mengusap wajahnya berkali-kali. Dia menyandarkan sejenak punggungnya yang terasa capek. Jali ini, dirinya hanya bisa menggelengkan kepalanya. Saat melihat semua artikel tentang ayahnya. Ternyata semua orang tuanya adalah profesor. Bahkan, anak ini pastikan menjadi sosok jenius jika otaknya di asah dengan baik." kata Brian. Dia meraih satu gelas air putih yang berada di sisi kiri komputernya. Tenggorokannya terasa sedikit kering. Dia meneguk minumannya. Melegakan tenggorokannya yang terasa gatal. Setelah meletakkan kembali sisa minumannya. Dia kembali fokus pada layar komputer di depannya. Tak lupa laki-laki itu memakai kacamata yang melindungi matanya. Brian kembali membaca secara detail. Semua yang berhubungan dengan ayah Aron. "Verlos, adalah seorang profesor penelitian makhluk hidup. Banyak yang diciptakan olehnya. Dia bahkan bisa membuat luka hewan sembuh dalam hitungan detik. Dikabarkan Berlis meneruskan proyek ibunya. Sebuah penelitian makhluk luar angkasa. Sekarang, dia juga menciptakan kekuatan dadi angkasa. Dengan menggabungkan pada makhluk hidup. Tetapi, tidak ada yang tahu sebelumnya rencana Verlos." Setelah kabar itu beredar. Semua orang mencari Verlos. Profesor senior. Bahkan semua orang yang melakukan penelitian mencari Verlos. Hanya karena penemuan ibunya yang sudah lama itu tidak ada yang bisa meneruskannya. Tetapi, di tangan Verlos semuanya menjadi berbeda. Kekuatan itu berkembang 100%. Dan dia memberikan pada beberapa makhluk hidup. Bellinda istri Verlos adalah seorang ahli IT" kata Brian yang sudah selesai membaca semuanya. "Sudah itu saja. Dan, sebagian artikel sudah di blokir. Apa itu artikel penting. Atau apa?" Brian segera mencoba mencari lagi artikel yang ada. Iya, ternyata benar semuanya sudah tidak ada lagi. Hanya beberapa artikel saja. Dan, berita penting lainya sudah dihapus dari media. Bahkan, berita kelahiran Aron juga tidak ada. Kenapa Dia menghilangkan semuanya. Brian menggaruk kepala belakangnya yang tak gatal. Dia mencoba untuk tetap tenang. Berpikir sejenak. "Aku tahu, mereka kabur dari kota dan tinggal di gurun yang gersang. Tidak ada apapun di sana. Bahkan hanya ada dua pohon besar yang berdiri di depan rumahnya. Apa mereka memang sengaja menghapus semua artikel tentang mereka yang mereka anggap penting. Bahkan tidak ada yang tahu sama sekali keberadaan mereka. Tapi, sekarang mereka banyak dicari orang-orang. Sepertinya mereka mengincar penemuan itu untuk diteliti lagi lebih lanjut." kata Brian. Kring.. Sebuah chat masuk di ponsel Brian. Dia segera meraihnya. Mengerutkan kedua matanya. Saat melihat layar ponselnya yang masih menyala. "Keluarlah!" "Siapa ini?" kata Brian heran. Dia menghela nafasnya. Meletakkan ponselnya di atas meja. Dengan komputer yang masih menyala. Brian bangkit dari duduknya. Dia berjalan keluar dari menemui seseorang yang memintanya keluar. Saat sampai di depan rumah. Dia tak melihat siapapun. Brian memincingkan matanya. Merasa penasaran, laki-laki itu melangkahkan kakinya lebih kedepan. Tepat di jalan raya. Dia menoleh ke kemana dan ke kiri. Memastikan jika tidak ada orang. "Siapa sebenarnya anak remaja itu," tanya seorang laki-laki yang entah dari mana datangnya. Dia sudah berdiri tepat di belakangnya. Dengan jubah hitam menutupi sekujur tubuhnya. "Siapa maksud kamu?" tanya Brian, ia melirik ke belakang. Tak terlihat jelas wajah siapa di belakang. "Jangan pura-pura bodoh. Aku melihat dia tadi di taman. Dia bahkan melindungi gadis kecil dari pukulan anak-anak nakal. Tapi, kenapa dia tidak merasakan rasa sakit sama sekali?" tanya laki-laki itu. "Memangnya salah? Wajar jika dia kuat dan bisa bela diri. Tubuhnya akan terbiasa menerima pukulan seperti itu. Itu bukan hal yang luar biasa lagi." jelas Brian. "Apakah kamu benar? Aku akan terus mengamati anak remaja itu. Jika sampai aku menemukan hal ganjil. Maka kamu akan tanggung akibatnya. Kamu yang akan menerima hukuman dari pemerintahan." "Dan, satu lagi. Jika kamu mau bergabung lagi dengan kami. Maka kamu akan memberikan apa yang kamu inginkan. Rumah, kehidupan mewah, Uang, dan biaya rumah sakit ibu kamu yang sedang koma. Semuanya akan kamu terima. Jika kamu bisa membawa anak itu masuk ke dalam perangkap kita." kata laki-laki itu. "Baiklah, tapi aku tidak menerimanya." Laki-laki di belakangnya tertawa terbahak-bahak. "Kamu benar-benar lucu. Seolah Kamu tidak menginginkan itu semua." Laki-laki jubah hitam itu berjalan mendekati Brian. Menepuk pundaknya satu kali. "Aku tunggu kamu di markas. Seorang profesor terkenal dia ingin sekali menawarkan kerja sama itu. Maka bawalah segera dia me markas. Tanggal 26. Jangan lupa." kata laki-laki itu. Laku melangkahkan kakinya pergi tanpa harus menunggu jawaban dari Brian. Brian terdiam sesaat. Dia menarik napasnya dalam-dalam. Menahannya sejenak, kamu mengeluarkan secara perlahan dari sela-sela bibirnya yang terbuka. "Siapa profesor itu?" tanya Brian. Dia membalikkan badannya. Kedua alisnya saling tertaut. Saat tak melihat sosok laki-laki itu berdiri di belakangnya lagi. "Dia pergi begitu saja. Memangnya siapa yang mau uangnya. Aku nda cari uang sendiri. Soal ibu aku, aku bisa mencari uang perawatannya." kata Brian. Menghela napasnya kesal. Kedua bola matanya melirik sekitarnya. Dia menyatu sekitarnya. Memastikan jika orang itu sudah tidak ada di sana. Merasa sudah lega. Brian masuk kembali ke dalam rumahnya. Dia meneruskan keingin tahunya tentang Aron. Tetapi internetnya terbatas. Tidak bisa menjangkau lebih jauh lagi. Hanya satu dua tiga artikel yang tersisa. Semua situs sudah terblokir. Tidak ada yang tersisa sama sekali. "Sepertinya aku besok harus tanya Aron lagi. Dia lahir dimana. Siapa tahu orang tuanya memberi tahu sesuatu. Dan, disitu aku akan menemukan info lagi." kata Brian. Dia sangat antusias dengan kehidupan Aron. "Bentar, profesor Harward. Sepertinya aku harus cari tahu tentangnya. Dia juga pasti bisa bantu aku nantinya." kata Brian, akhirnya dia menemukan jalan lagi untuk menemukan cara untuk Aron. Tujuannya hanya ingin Aron menjadi remaja kuat yang bisa mengendalikan kekuatannya itu. Dia harus minta bantuan profesor. Jika aku sama sekali tidak tahu bagaimana caranya."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN