Bagian 1 - Awal
"Clorine! Audrellya! Cepat berdiri di luar sekarang!"
Dua orang gadis yang masih duduk di kelas satu sekolah menengah ini telah memancing kemarahan seorang guru yang terkenal dengan kekilerannya di sekolah. Guru tersebut menghentakan penggaris panjangnya kemeja yang ditempati dua orang murid perempuan tersebut hingga membuat keduanya tersebut berteriak nyaring.
"Kalian berdua!" tunjuk guru tersebut dengan tatapan tajam. Membuat semua orang yang memperhatikan bergidik ngeri dibuatnya. "Cepat berdiri di luar sekarang! Berdiri dengan satu kaki lalu saling menarik telinga masing masing!" bentaknya, membuat semua orang meringgis ngeri sekali lagi.
"Tapi, Miss—" sanggah gadis berambut coklat membuat guru tersebut semakin melebarkan matanya.
"Keluar nona Rubby" ucap guru itu sambil berkacak pinggang. Tidak ada bantahan lagi. "Cepat. Atau kalian berdua terpaksa diseret agar segera keluar dari ruangan ini." lanjutnya membuat kedua murid perempuan mengangguk
"B—baik Mrs. Crowny." Ucap kedua gadis tersebut terbata-bata.
"Huu!" seisi kelas pun mulai menyoraki kelakuan mereka berdua.
"Yah! Diam! Mau ku pukul kalian satu persatu, huh?!" gadis berambut pirang itu menunjukkan tinjunya dengan tatapan garang.
"Clorine McCanne!" teriak guru tersebut sebelum kekacauan semakin menjadi-jadi. Mrs. Crowny lantas menjewer gadis berambut pirang sambal menyeret yang satu lagi agar keluar dari ruangan.
"Aduh.. Ampun Mrs. Crowny. Aku mohon, tolong lepaskan kami." Clorine meringgis kesakitan sambal memegang telinganya yang mungkin sudah semerah pasta tomat.
"Kalian berdua selalu saja membuat masalah di kelas saya. Saya tau kamu itu pintar, Clorine. Tetapi tolong kamu hargai saya yang sedang berdiri di depan kelas. Walaupun kamu sudah mengerti, tetapi teman mu yang lain belum memahaminya."
"Tapikan Mrs. Crown—" belum sempat gadis pirang itu menjelaska, Mrs. Crowny langsung saja memotong pembicaraannya.
"Tidak ada tapi tapian Clorine. Sekarang cepat lakukan seperti apa yang saya suruh! Setelah jam sekolah selesai, kalian berdua segera keruangan saya!" ujarnya yang sukses membuat kedua gadis ini terdiam. "Jika kalian berdua membuat keributan lagi, kalian berdua akan mendapatkan sangsi yang lebih parah."
"Ini semua gara-gara kau."
"Yak! Mana bisa kau berkata seperti itu! Kau duluan yang membuat kita dihukum kembali."
Kedua sahabat itu sibuk saling menyalahi, hingga akhirnya bel berbunyi keduanya segera keruangan guru untuk mendapatkan hukuman tambahan.
Nama : Clorine Cambleroof McCanne
Kelas : Science 1
Saya yang bertanda tangan dibawah ini berjanji. Bahwa saya tidak akan membuat Mrs. Amelya Crowny murka lagi. Jika saya melanggar, saya berani dihukum tidak belajar kimia satu semester penuh dengannya lagi.
Saya yang berjanji,
Clorine C. McCanne
Setelah menjalani hukuman terakhir, kedua sahabat itu lebih memilih untuk duduk sebentar didepan ruang guru sembari merapikan peralatannya yang berserakan.
"Benar-benar parah. Point ku dikurangi 50 hanya karena sebuah masalah sepele." gadis bersurai coklat mengeluh kesal sambal menghentakkan kakinya. "Mulai sekarang aku berjanji tidak akan mencari masalah di kelas Mrs. Crowny lagi. Aku akan benar-benar belajar sampai semester ini habis! Titik!"
"Ya. Aku tahu. Kau fikir aku harus mendengarkan kalimat mu itu berapa kali, Audrel? Kau sudah mengulang-ulang kalimat yang sama sejak semester awal. Jika kau masih melakukannya, aku tidak segan-segan memukul kepala mu itu dengan keras."
"Astaga. Begitu aja sudah naik darah? Kau kan tahu kalau bibir ku ini sama saja seperti mu. Berbicara semaunya sendiri tanpa dipikir panjang. Kau tentu tidak berhak untuk mengganggu kesenangannya, nona McCanne."
"Terserah."
"Ngomong-ngomong aku baru mendengar ada siswa pindahan hari ini. Entah kenapa banyak orang yang membicarakannya. Aku fikir dia tampan?!” seru Audrel di akhir kalimat sambal bergelayut di lengan Clorine, membuat gadis itu menyipitkan matanya kesal.
Audrel dan moodnya yang tiba-tiba kembali jika membahas sesuatu yang bernama mahluk adam. Clorine rasa hormon dopamine sedang menguasai tubuh Audrel sekarang.
"Oh ya?" sahut Clorine terlihat tidak tertarik.
"Iya! Kau tahu anak baru itu masuk science-6, padahal dari yang aku dengar dia sangat pintar."
"Kau mendapatkan berita murahan seperti ini dari mana, huh?"
"Dari grup cheers ku tentu saja." Audrel tersenyum dengan sangat lebar. "Grup kami sangat update jika membahas pria-pria tampan."
"Ya. Kalian dan dunia indah kalian." sahut Clorine yang merasa paham dengan kesukaan para cheerleaders disekolahnya.
Clorine dan Audrel kemudian berjalan keluar sekolah sembari bercanda dan mengobrol ringan. Keduanya saling berbincang dan sesekali tertawa kecil. Namun tiba-tiba Clorine berhenti dan menoleh ke belakang tubuhnya. Dia merasakan hal aneh. Bulu kudunya tiba-tiba merinding. Seperti ada sesuatu yang mengikutinya dari belakang. Namun saat dia menoleh, tidak ada sedikitpun tanda-tanda orang yang berjalan dibelakangnya. Terlebih sekolah sudah semakin sepi karena sudah berakhir sejak beberapa jam yang lalu.
Clorine berkali-kali menoleh ke kanan dan kiri membuat Audrel menyipitkan matanya curiga.
"Ada apa dengan mu, Clo? Kau semakin aneh dari hari ke hari. Apa kau bisa melihat hantu sekarang, huh?. Jangan membuat ku takut ya!"
"Tidak." elak Clorine yang juga merasa bahwa dirinya memang sangat aneh belakangan ini. "Tidak ada apa-apa, aku bersumpah. Aku fikir ada nyamuk berisil yang mengikutiku, jadi aku mencoba menghindarinya. Hehe."
"Aneh sekali."
Ya, memang aneh. Clorine terus saja berfikir bahwa apa yang dia lihat tidak salah. Dia sempat melihat sesuatu berwarna hitam menghilang secepat kilat di ujung koridor sana setelah sedetik kemudian dia menolehkan kepalanya.
Hah, sudahlah. Mungkin saja hanya halusinasinya saja karena terlalu kelelahan seharian ini. Maka dari itu Clorine memutuskan untuk cepat-cepat pulang kerumah agar tidak memikirkan hal-hal aneh lagi.
"Jemputan ku sudah ada di depan. Yakin tidak ingin ikut?"
"Iya. Pergi lah cepat sana."
"Yasudah kalau begitu. Hati hati di jalan ya, Clo." Audrell melambai sebelum dia berlari menuju mobil jemputannya. Sedangkan Clorine memilih untuk menuju halte dan menunggu bis yang lewat untuk pulang.
***
Sepasang kaki tanpa alas dengan gaun putihnya berjalan melewati rintik hujan malam yang membasahinya. Rambut ikal panjang kecoklatan itu sibuk menutupi sesosok gadis kecil yang terlelap dilengannya. Mata birunya menatap satu persatu rumah yang sepi dari keramaian, hanya ada lampu yang luar biasa terang disekelilingnya, dia juga tak mengenal bagaimana tempat ini, namun dia percaya pilihannya akan membawa hal yang baik.
"Kau jangan nakal ya?"
Senyuman dibibir merah itu membuat si gadis kecil tertawa, membuat wanita itu cemberut.
"Kalau begini bagaimana bisa aku meninggalkan mu, sayang?"
Sebuah mobil tiba-tiba melintas, membuat si wanita dengan bayinya menyipitkan mata karena silau. Tak berapa lama seorang pria keluar bersama putri kecilnya dari sana.
"Mommy! Mommy! Daddy membawa ku berkeliling seharian karena aku menang perlombaan! Senang sekali! Tadi aku beli ice cream!" suara teriakannya membuat sang ibu yang baru keluar tertawa dibuatnya.
"Wahh, Kimmy nya mommy hebat sekali ya!"
"Tentu saja! Aku juara satu!"
Keakraban itu, suara tawa yang memenuhi rumah itu membuat si wanita menatap bayinya.
"Kau mendapatkan rumah yang tepat, nak."
Tap.. tap..
Setiap langkah kakinya membuat waktu seakan berhenti. Dia berjalan dengan langkah ringan ke rumah yang di huni keluarga tadi. Menatap mata bulat bayi yang senantiasa dipeluknya sejak tadi dalam diam.
"Mommy loves you, honney."
Kilasan balik itu membuat Clorine tersentak dari tidurnya dengan peluh yang membasahi. Matanya melirik hujan yang tengah membasahi kota malam ini. Membuatnya memilih berjalan menuju jendelanya yang terbuka.
"Mommy."
***
Pagi harinya Clorine menuju ruang makan dengan mata sembabnya. Ibunya yang baru menyiapkan makanan di meja makan melihatnya dengan raut penasaran, dia terlihat sangat khawatir.
“Kau kenapa sayang? Habis menangis?” tanyanya sambil menarik Clorine ke kursi dimeja makan. “Bermimpi buruk lagi?” tanyanya yang membuat Clorine mengangguk dan memeluk tubuh wanita yang disayanginya.
“Mommy.”
“Kenapa, hm? Kenapa putri mommy manja sekali hari ini?”
“Aku takut. Nanti aku tidur dengan Kimby ya? Aku tidak mau sendiri lagi.”
“Iya. Sekarang panggil kakak mu dan dad dikamar, kita harus segera sarapan.” Ujar sang ibu sambil mengusap rambut putrinya. “Aku akan menyiapkan makannya dengan cepat.”
“Mom.” Clorine menahan tangan wanita tersebut membuat ibunya menoleh kembali dengan tatapan teduh
“Ya?”
“Semuanya akan baik-baik saja kan, mom?”
“Tentu saja semuanya akan baik-baik saja. Clorine akan baik-baik saja.”
***
TBC.