Bab 3. Plinplan

1002 Kata
"Aaarrrgghh!" Brugh! "DIAM!!" Regan menutup mulut Mita dengan telapak tangannya. Dia kesal lantaran terkejut dengan suara Mita. Mereka bahkan terjatuh karena spontanitas yang Mita lakukan. "Mmm--lepas!" beo Mita langsung mendorong Regan. Dia menyingkir kemudiaan bangkit lantas kembali menaiki tempat tidur dan duduk di sana. Regan melakukan hal yang sama, namun tatapannya tak lepas dari Mita. "Kenapa Kamu ke kamarku, bukannya Kamu bilang Kita punya kamar masing-masing?!" tuntut Mita langsung ke poin inti. Regan mendengus kasar. Sial dia menyesal sudah mengucapkan kalimat itu, setelah tahu Mita istrinya adalah wanita paling disayangi adik seayahnya, dan sekarang wanita itu bisa dimanfaatkan untuk melukai Leo. "Kita suami istri," ujar Regan meraih dagu Mita, mengangkatnya hingga keduanya bertatapan. "Sudah menikah rugi bila masih terpisah." "Apa?!" kaget Mita menarik kepalanya mundur dan bergeser menjauh dari Regan. "Kamu jangan ngaco, Kita sudah sepakat tidur terpisah dan tidak ada hubungan suami istri antara Kita. Kamu sendiri yang bilang, dan bahkan besok akan membuat perjanjian untuk ditandatangani!" Regan tersenyum aneh, mendekat dan kali ini pinggang Mita yang diraihnya. "Bukankah Kamu yang menjebak dan menginginkan pernikahan ini, kenapa keberatan?!" Mita menggelengkan kepala. Dia takut salah ucap, namun kelakuan Regan saat ini kepadanya juga membuatnya harus waspada. "A--ku melakukan itu karena hamil. Ya, Aku hamil, tentu saja Aku menuntutmu," jawabannya dengan ragu. Regan terdiam untuk sesaat, mencoba memahami ucapan Mita dan apa yang sudah terjadi. Kemudiaan tiba-tiba berdiri dan menatap Mita dengan serius. "Meskipun Aku terpaksa dengan pernikahan ini, tapi tetap saja pernikahannya bukan main-main. Kau istriku dan Aku suamimu. Jadi, Aku ingin Kita bersikap sebagaimana mestinya." "Tidak!" tolak Mita dengan cepat. "Kamu tidak bisa begitu, plinplan dan mengubah sesuatu dengan seenaknya. Aku tidak mau sekamar denganmu dan Aku harap tadi terakhir kalinya Kau menyentuhku sembarangan!" tegas Mita dengan serius. Sialnya itu malah membuatnya semakin terbayang dengan kejadian barusan. Itu baru pelukan bangun tidur, bagaimana jika kedepannya. Mita langsung meringis dan ngeri sendiri membayangkannya. 'Tidak, Aku tidak boleh benaran hilang keperaw*nan. Pernikahan ini cuma caraku untuk balas dendam. Lagian setelah menyaksikan tempramennya pada anaknya sendiri, laki-laki ini tidak cocok jadi suamiku!' batin Mita. "Kalau begitu apa gunanya Aku menikah denganmu?!" kesal Regan. Kali ini dia merasa dirugikan entah karena apa. "Lebih baik tidak usah menikah saja kalau begitu!" "Tap--" Ah, sial. Mita merasa dia tidak bisa mundur atau maju. "Tapi ini terlalu dini untuk orang asing yang baru jadi pasangan." Regan mendengus kasar segera setelah mendengar ucapan itu. "Bahkan Kita masih jadi orang asing sebelum tidur bersama dan menghasilkan calon anak Kita!" Mita terdiam dan meneguk ludahnya kasar. Dia menundukkan kepalanya dan merasa tak berdaya. Sementara Regan, dia masih mengawasi dan memperhatikan Mita. "Aku hanya tidak siap," cicit Mita menjelaskan dengan nada pelan dan hampir terdengar lirih. "Kalau begitu persiapkan dirimu!" ***** Siang hari Mita pergi bekerja, setelah melewatkan mata kuliahnya di pagi hari. "Ternyata menikah dan menjadi istri orang tidak seperti yang Aku pikirkan. Itu tidak mudah, apalagi dia punya anak dan bersikap seenaknya." Wanita itu terus memberengut kesal sambil membersihkan meja. Ah, iya, dia seorang pelayan restoran yang bekerja paruh waktu, dan tadi pagi tidak kuliah, karena stress memikirkan suaminya sendiri. Siang ini bahkan dia ingin bolos kerja juga, jika seandainya saja tak takut gajinya dipotong. "Wah-wah! Ternyata ini wujud asli dari mantan kekasih Leo Adhitama. Cuma pelayan restoran, yang bersembunyi dibalik topeng tuan putri. Ah, tapi sudahlah yang terpenting Kak, Leo segera sadar. Orang miskin tidak pantas disayangi, karena mereka hanya tahu memanfaatkan!" cibir Tania seorang wanita yang datang dengan Leo untuk makan di resto tersebut. Mereka menghampiri Mita, dan tak melewatkan kesempatan untuk menghinanya. Saat Mita menatap Leo, mantannya itu bahkan tersenyum dan seperti mengejeknya. "Cih, akhirnya Kau kembali ke tempat asalmu!" ujar Leo dengan tega justru ikut menghinanya. Mita diam dan berusaha menahan diri supaya tidak menciptakan kerusuhan. Namun, hal itu justru memancing Leo dan kekasih barunya untuk berbuat lebih. "Lihat dirimu yang sombong dan sok suci, hanya akan menjadi orang miskin yang rendahan!" "Benar sekali, Kak Leo. Kecantikan dan semua hal yang membuat orang iri kepadanya saat bersamamu, hilang dan sekarang dia memperlihatkan jadi dirinya. Pelayan! Haha!!" Mereka tidak berhenti, membuat Mita mulai menghindar lantaran tak tahan lagi. Wanita itu mundur sebelum terjadi masalah. "Tunggu!!" Leo menahannya. Mita segera menuntut lewat tatapannya, namun sebelum mendapatkan penjelasan dia malah mendapatkan hal lainnya. Byurr!! Tania mengguyur kepalanya dan tertawa puas setelah melakukannya. Membuat Mita segera memanas dan tidak bisa bersabar lagi. Plak!! "Beraninya melakukan itu padaku!" geram Mita yang selanjutnya menjambak Tania. Dia kesetanan dan tak sadar melakukannya. Namun Tania juga tak diam dan membalasnya. Leo tak diam saja, dia segera membantu Tania. Sehingga akhirnya hal yang Mita takutkan pun terjadi. Dia di pecat dan kehilangan pekerjaannya. "Sial! Kenapa nasibku seperti ini sih? Apa salahnya mempertahankan kehormatan meskipun miskin?!" gerutunya di sepanjang jalan pulang. Kedua matanya berkaca-kaca pias memperlihatkan kesedihan yang mendalam. "Ataukah Aku yang salah, harusnya jual diri, lalu mendapatkan kak Leo kembali?" Tttiiiiinn! Suara klakson mobil segera menyadarkannya. Ternyata Mita hampir ke tengah jalan, karena linglung. Dia menoleh dan segera menepi karena baru saja hampir tertabrak, namun beruntunglah tidak terjadi. "Kalau mau bunuh diri, jangan melibatkan orang lain. Sana lompat dari jembatan!!" omel pengemudi itu kepadanya. "Siapa yang bunuh diri, dasar gila!" balas Mita tak terima, tapi sebelum ucapannya selesai, pengemudi itu sudah mengemudikan mobilnya pergi begitu saja dari sana. "Aaaaaaa!" Mita menghentak-hentak kakinya ke trotoar. "Kenapa nasibku harus begini, diputusin pacar, dihina, dan karena bego bercampur nekat Aku jadi istri orang, tapi sekarang baj*ngan itu dan jal*ngnya bahkan masih menghinaku!" Tanpa Mita sadari, seseorang pengemudi lain memperhatikannya dari jauh. Dia terlihat sedih dan berkeinginan untuk mendekati Mita, namun anehnya dia tetap diam seolah dicegat sesuatu yang menahannya. "Maafkan Aku, Mit. Kamu harus mengalami hal ini, Kamu harus kuat dan tolong jangan membenciku. Suatu hari nanti, jika semuanya sudah beres, Aku pasti akan kembali kepadamu. Tetaplah jadi Mita-ku yang dulu, selamanya Kau sangat berharga dan Aku sangat menyayangimu!" Mita yang instingnya merasa diawasi mulai menatap ke sekitar dan memperhatikan, namun orang yang memperhatikan segera menutup jendela mobil sebelum Mita melihatnya, kemudiaan mengemudikan mobilnya pergi dari sana. *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN