1. Kejutan oleh Semesta

1497 Kata
                                                                        Selamat membaca.                                                                                         –                                                  Kadang kala kita memang dipaksa mengerti, bahwa apa yang ingin kita mau, belum tentu apa yang Tuhan tuliskan di takdir hidup kita.                                                                                        -- Kunciran rambut Diandra rasanya ingin terlepas dari rambut hitam perempuan itu, hari ini tanggal dua puluh lima bulan desember, bulan yang dirasa sangat romantis karena sering kali hujan datang tanpa perkiraan dengan deras, dengan amat mendadak membawa beribu kenangan dan suasana romantis, padahal menurut Diandra itu tidak lah romantis, Diandra malah mengkhuwatirkan jalanan yang menuju rumahnya yang akan banjir, dan membuat mobilnya mogok, lagi, lebih-lebih cuciannya yang ia tinggal bekerja, sungguh, hujan kadang memang sedemikian rupa menggangu pikiran Diandra. Tanggal dua puluh lima juga menjadi tanggal yang cukup horor bagi Diandra, tugasnya sebagai salah satu staf Adminitrasi di perusahaan yang bergerak di bidang kelapa sawit, juga batu bara, di tanggal ini ia juga mesti mengumpulkan beberapa laporan ke atasannya, yang tak jarang membuat ia harus lembur, dan, masih di tanggal dua puluh lima, Ibunya mengkhususkan tanggal ini sebagai tanggal berlanja setiap bulannya, dan di sini lah Diandra sekarang berada, di halaman super market, sendirian tapi, yah dikarenakan Ibunya sedang ada keperluan di rumah neneknya, Diandra yang menjadi anak tunggal pun akhirnya tak punya teman ke supermarket tapi mau tak mau, tetaplah Diandra harus melakukan tugasnya di akhir bulan ini. Sungguh, tanggal dua puluh lima benar-benar membuat Diandra menjadi orang yang super sibuk. Senyum geli Diandra muncul saat ia melihat sebuah pesan yang muncul dari alat komunikasinya, pesan itu berasal dari Azlan Putra, laki-laki yang hampir tujuh belas tahun ini berteman dengannya. Azlan Putra: Aku baru kelar ujian praktik nih, Tuan putri di mana? Diandra Putri: Maunya di hati kamu, tapi hati kamu penuh cewek lain kan, cuih. Diandra benar-benar tersenyum geli setelah membaca pesan yang ia kirimkan pada laki-laki itu, Azlan adalah mantan pacarnya semasa Sekolah Menengah Atas, yang juga menyandang status sebagai temannya sejak sekolah dasar, klise memang, tapi sejak kecil, Diandra sudah menyayangi dan menyukai Azlan, hingga akhirnya di bangku Sekolah Menengah Atas, Azlan berani untuk menaikan tingkat hubungan mereka dari teman, sahabat, menjadi sepasang kekasih, yang dimabukan cinta. Masa-masa itu cukup indah, sebelum akhirnya rasa bosan karena terus bersama menghantui Azlan dan Diandra, tidak mau putus dengan alasan bosan, Diandra mencoba untuk memberikan jarak dan waktu untuk hubungannya dengan Azlan, tapi laki-laki itu malah mengkhianatinya, Azlan malah menjalin hubungan dengan perempuan lain, sebagai pelipur laranya. Tentu saat itu Diandra terkejut bukan main saat mengetahui Azlan sudah punya pacar baru, pasalnya statusnya hanya break dengan Azlan, bukan berakhir dan membebaskan Azlan mencari perempuan lain, tidak, tidak seperti itu ceritanya. Mau tak mau ia melabrak Azlan, membentak laki-laki itu, mengeluarkan seluruh amarahnya karena jatuhnya Diandra merasa ia diselingkuhi, oh Diandra sama sekali tidak malu saat itu, lebih-lebih Azlan sudah tahu tabiatnya sejak masih kecil. Dari kejadian itu hubungannya dengan Azlan merenggang, di saat usia hubungan mereka mengijak dua tahun, semua berakhirnya, dan sama seperti kebanyakan pasangan lainnya yang setelah putus, Diandara dan Azlan pun bak dua orang yang tak saling mengenal setelahnya, mereka benar-benar mentidakpedulikan masing-masing. Diandra bersikap cuek dengan Azlan, sama saat Azlan berpapasan dengan Diandra, laki-laki itu pun tak menyapa mantan pacarnya itu, kejadian itu pun berlangsung sampai mereka lulus dari Sekolah Menengah Atas, tak lama dari hari kelulusan, Azlan datang ke rumah Diandra, rumah Diandra tak berbeda sama sekali dengan satu tahun yang lalu, saat Azlan datang ke rumah itu terakhir kalinya, anggota kelaurga Diandra pun tak berkuang mau pun bertambah sejak terakhir Azlan datang ke rumah itu. “Ma’af, kayaknya aku selama ini bersikap kekanak-kanakan banget,” kalimat itu menjadi kalimat pembuka saat Azlan duduk dan menarik napasnya dalam, laki-laki itu memandang Diandra yang tengah mengenakan bandu pembeliannya dua tahun lalu, jelas lah bandu itu pemberian Azlan, memang selama ini siapa lagi yang memberikan Diandra kado-kado lucu seperti itu selain dirinya? Diandra kan tidak pernah dekat dengan laki-laki selain dirinya. Diandra mengangguk, lalu tersenyum, perempuan itu seolah mau mema’afkan semua kesalahan yang Azlan lakukan disengaja atau pun yang tak disengaja. Diandra sungguh sudah nyaman dengan laki-laki itu, Diandra juga mencintai Azlan dengan tulus, lalu apa lagi yang Diandra cari selain kenyamanan dan rasa yang terbalas? Bukankan hal mema’afkan amat mudah bagi seseorang yang tengah mencintai orang yang berbuat salah itu, lagi pula Diandra pikir kebaikan yang selama ini yang sudah diberikan Azlan tidak akan mungkian hilang hanya karena kesalahan dalam hubungan percintaan mereka, tidak semudah itu kebaikan Azlan dan kasih sayang yang sudah laki-laki itu berikan padanya hilang hanya dalam kesalahan yang tidak disengaja itu. Sejak hari itu, semuanya kembali menjadi baik-baik saja, Azlan sama sekali tak pernah meninggalkan Diandra lagi, tapi laki-laki itu juga tidak memberikan hal yang pasti kepada Diandra, laki-laki itu tidak mengajak Diandra untuk kembali memulai suatu hubungan lagi, tapi laki-laki itu juga tak meninggalkan Diandra, barang satu detik pun, Diandra seolah terperangkap dalam hubungan yang Azlan buat, tapi perempuan itu juga menikmati hubungannya itu. Azlan Putra: Dih, aku nanya serius. Kamu di mana? Diandra yang sudah sampai di depan mobilnya dan berniat membuat semua barang yang sudah ia beli yang teranyata sudah satu keranjang penuh itu pun berhenti dari aktivitasnya, dia tahu betapa gelisahnya saat menunggu pesan dari orang lain, dan kali ini – sudah kebiasaannya, Diandra langsung membalas pesan dari Azlan, orang yang amat ia kasihi itu. Mata Diandra mengerjap, perempuan yang masih berdiri di samping mobilnya itu sekali lagi menatap ke arah seroang anak kecil, yang kisaran umurnya tiga sampai empat tahun yang berada di tengah jalan – jalan antara parkir mobil, Diandra sebenarnya tidak tahu pasti dengan umur adik kecil itu. Tanpa pikir panjang, Diandra menutup bagasi mobilnya, perempuan itu juga kembali memasukan ponselnya ke dalam tas bermerk terkenal yang tengah ia gunakan. Diandra segera menghampiri anak kecil perempuan itu, anak kecil yang terlihat imut, anak kecil itu juga tak memberontak saat Diandra menggendongnya. Diandra anak tunggal, dan sampai detik ini Diandra masih saja merengek kepada Orangtuanya untuk meminta ‘Adik’ Diandra ingin merasakan bagaimana rasanya punya ‘adik’ entah itu perempuan atau laki-laki, entah itu kecil atau hampir seumruan dia, tapi Diandra sungguh ingin merasa punya adik, punya teman dan saudara. Diandra celingukan, di sekiratanya tak ramai, tapi tak juga sepi, tanpa tunggu lama, Diandra pun mencoba mengobrol dengan anak kecil itu. “Mama kamu mana?” tanya Diandra mencoba setenang mungkin, mencoba seramah mungkin, ia mulai melangkah kan kakinya mencari security yang harusnya ada, mencoba memberitahukan kepada para pengunjung bahwa Diandra menemukan seorang anak kecil yang terpisah dari orangtuanya. Tapi, belum sampai langkah Diandra menuju pos security, Diandra melihat seorang Ibu-ibu yang berlari menuju tempatnya berdiri. Ibu ... Ibu itu terlihat bahagia, tapi bercampur juga rasa khuwatir yang sangat kentara tampil di wajahnya saat berjalan kearahnya. “Asila, ya ampun, kamu kemana aja?” Ibu-ibu itu mengambil alih anak kecil yang ada dalam gendongana Diandra, membuat Diandra hanya tersenyum maklum, mengira bahwa adik kecil itu adalah anak dari Ibu ini. “Tadi, Adik kecilnya berdiri di parkiran mobil,” jelas Diandra yang membuat Ibu-ibu itu hanya tersenyum dan mengucapkan kata terima kasih karena menemukan anaknya, setelahnya ia menciumi adik kecil itu, adik kecil yang kini Diandra tahu namanya, adalah Asila. Jujur saja, Diandra sangat familiar dengan Ibu-ibu itu, sebelum benar-benar meninggalkan Ibu dan anak itu, Diandra mengucap sebuah kalimat. “Kakak, pernah kerja di Toko Alat kesehatan gigi itu ya?” Tanya Diadnra memastikan. Diandra menatap Ibu itu, ia pikir Ibu dari anak itu masih sangat muda, hingga ia memanggilnya dengan sebutan ‘Kakak.’ “Iya, kamu yang kerja di PT Maju Sukses itu kan?” Tanya Ibunda Arsila kepada Diandra. Ah, ternyata Diandra, ia tidak salah orang, Ibu dari anak itu memang sempat bekerja di Toko alat kesehatan gigi, yang hanya berjarak sekitar lima meter, atau bisa dikatakan bertetangga dengan kantor di mana dirinya bekerja. Airin masih mendekap Asila, perempuan itu sebenanrya sering melihat Diandra, karena kantor tempatnya bekerja, bertetangga dengan kantor tempatnya Diandra bekerja, tapi memang Diandra dan Airin sama sekali tidak pernah bertegur sapa sebelumnya, tidak pernah kenal juga sebelumnya, saat berpapasan mereka hanya saling tersenyum, hanya itu saja. “Yasudah Kak, saya pamit,” kata Diandra lagi. “Hati-hati ya Adik,” sebelum benar-benar pergi, Diandra sempat memegang tangan Asila, adik kecil yang dikira Diandra masih tidak tahu apa-apa itu pun, ternyata tersenyum kepada Diandra, memberika ucapan perpisahan kepada Diandra dengan sangat manis. Dinadra kembali membuka tasnya, ia meraih ponselnya, berniat kembali membalas pesan dari Azlan yang sempat ia abaikan karena melihat Asila tadi, setelah benar-benar memastikan pesan yang ia kirimkan berhasil, Diandra kembali pada pekerjaannya – memasukan belajaanya kepada bagasi mobilnya, yang sungguh tak kunjung selesai sedari tadi. Diandra menarik napas, ia cukup merasa lelah juga belanja bahan sebanyak ini terlebih kali ini ia hanya sendirian, lalu memasukannya juga ke dalam bagasinya, hingga sebuah suara mengusik masuk ke dalam telinganya. “Ada yang bisa aku bantu?” kata orang yang berdiri gagah di belakang tubuh Diandra. Dan, karena suara itu, Diandra kembali membalikan tubuhnya, dia ... apakah ini benar dia?                                                                                         ---
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN