20. Pertama Kali Mengambil Keputusan Sendiri

1379 Kata
“Hahaha ....” Gelak tawa Sejin menggema di dalam ruangan business sebuah maskapai penerbangan nasional milik Indonesia. “Astaga ....” Sejin menggelengkan kepala. Sementara lelaki yang duduk di sampingnya hanya bisa tersenyum dan menahan degup jantungnya yang bertalu dengan kencang. “Aku benar-benar tidak menyangka jika seorang Kim Soe Hyung bisa berbuat hal seperti itu. Gila! Kau seperti aktor-aktor film. Apa kau juga berteman dengan Ji Chang Wook?” Sejin menunjuk Kim Soe Hyung dan bibirnya berkedut memberi senyum geli. Sejurus kemudian lelaki itu kembali tertawa tebahak-bahak hingga orang-orang yang duduk di dalam business class ini menatap Sejin dengan pandangan sinis. “Yak, Sejin-ah, pelankan suaramu. Sialan!” Akhirnya ada kalimat yang keluar dari mulut Kim Seo Hyung setelah ia diam sedari tadi. Lelaki itu mengintip dari sandaran kursi, lalu ia berdecak bibir. “Yak, Sejin-ah!” Kim Soe Hyung melotot pada temannya yang telah memberikan ide gila kepadanya. Sambil menarik punggungnya untuk kembali duduk ke posisi semula, Sejin pun mengangkat tangan dan menggerakkannya sebagai tanda bahwa ia akan berhenti tertawa. Lelaki itu mengulum bibirnya kuat-kuat dan menganggukkan kepala. “Mianhae,” kata Sejin memohon maaf. Lelaki itu memutar tubuh lalu menepuk pundak Kim Seo Hyung dan berkata, “Yahh ... Kim Soe Hyung ... kamu benar-benar hebat. Demi Tuhan.” Entah apakah Kim Seo Hyung harus merasa bangga atau sedih, ataupun takut. Semua rasa berkecamuk di dalam kepala Seo Hyung dan membuatnya terkekeh. Lelaki itu menggelengkan kepala. Memandang keluar jendela kecil di sampingnya. “Entah apa yang akan terjadi setelah ini, Seo Hyung. Aku bisa bayangkan bagaimana kacaunya pikiran pengawalmu saat ini.” Sejin menutup ucapannya dengan gelengan kepala. Sudut bibir Seo Hyung bergerak naik. Ia tersenyum dengan kepala yang tertunduk. Lelaki itu menyatukan tangan dan memainkan jemarinya di sana. “Entahlah,” gumam Seo Hyung. “aku baru saja menerjunkan diriku ke dalam jurang maut.” Perkataan Seo Hyung sekali lagi membuat Sejin tergelak hingga wajahnya terdongak ke langit-langit kabin. Lelaki itu membawa kepalan tangan ke depan bibir dan berusaha meredakan gelak tawanya. “Lama tidak bertemu, dan saat bertemu kita malah melakukan hal konyol,” ujar Sejin. Napasnya berembus panjang dan senyum masih membingkai wajah manisnya. Lelaki itu kembali menghadapkan wajahnya ke samping dan sekali lagi menepuk pundak Seo Hyung. “Tapi, aku benar-benar tidak menyangka kau akan melakukannya, Kim Seo Hyung,” ucap Sejin dan Seo Hyung menoleh padanya. “well, aku mengenalmu selama empat tahun. Kita sangat dekat saat di Amerika dan kau tidak pernah sekalipun bolos mata kuliah. Menurutku kau orang yang sangat disiplin, penurut, dan ... ya ... bisa dibilang kau kutu buku,” ujar Sejin dan dia tersenyum. Sambil tersenyum, Kim Seo Hyung memutar wajahnya pada Sejin. “Aku juga tidak mengerti, Sejin, sebenarnya aku sedang dalam masalah besar.” Bola mata Sejin melebar. Lelaki itu memutar tubuh menghadap Seo Hyung. “Oh ya?” tanya Sejin dan raut wajahnya berubah penasaran. “Hem,” gumam Seo Hyung dengan anggukkan kepala. “kejadiannya kemarin. Aku dituduh melecehkan seorang gadis yang dijodohkan oleh orang tuaku.” “Apa?!” pekik Sejin. Kim Seo Hyung tertawa rendah dan membawa pandangannya keluar. Tepat saat itu juga terdengar pengumuman yang memberitahu bahwa pesawat akan segera lepas landas. Setelah memberitahu rute penerbangan dan jarak tempuh juga ketinggian jelajah, pemberitahuan yang digemakan oleh seorang pramugari tersebut juga menghimbau supaya para penumpang tidak merokok, menegakkan kursi, menutup meja kecil yang masih terbuka lalu mengencangkan sabuk pengaman. Semua penumpang terlihat tenang kecuali dua orang pemuda yang duduk di sebelah kanan. Sejin terbelalak menatap Kim Soe Hyung, sementara pemuda Kim itu menanggapinya dengan senyum simpul. “Ya,” ucap Seo Hyung dengan nada yang sangat pelan. Ia pun menundukkan kepala. “beritanya sudah tersebar di mana-mana dan aku sempat ditahan selama dua hari.” “Apa?!” Sejin kembali memekik walau dengan nada yang lebih pelan dari sebelumnya. Lelaki itu mengerutkan kening dan sungguh ia masih sangat tak percaya. “Ba- bagaimana bisa?” Mendengar pertanyaan itu membuat Kim Soe Hyung tertawa sendu. Ia pun mendongak dan sekali lagi menatap sahabatnya. “Aku juga bertanya seperti itu. Bagaimana bisa? Aku terbangun dalam kondisi buruk. Aku menindih tubuhnya dengan wajah yang kacau. Ada tanda cakaran dan lipstik yang tidak beraturan. Jika kau melihatku, pasti kau juga akan menuduhku melakukannya. Kondisiku saat itu sangat menunjang perbuatan keji itu.” “Tapi aku sangat mengenalmu, Seo Hyung, kau bahkan selalu menjaga jarak dengan wanita,” ucap Sejin. Kali ini tak ada nada candaan pada kalimatnya. Seketika wajahnya menjadi serius. Seo Hyung tersenyum singkat. Ia menganggukkan kepala. “Aku memang tidak melakukannya, Sejin, tapi wanita itu ....” Seo Hyung terkekeh. Menggelengkan kepala lalu menonjok pelan bibirnya dengan kepalan tangan kanan. Tampak mata Sejin memicing, memerhatikan wajah Kim Soe Hyung. “Jadi, sebenarnya kau tidak akan ke Amerika, kan?” Kim Seo Hyung memutar wajah untuk sekali lagi menatap Sejin. “Aku memang akan ke sana,” jawab Seo Hyung. “tapi bukan untuk urusan bisnis. Aku diusir oleh ayahku. Walau bagaimana pun, pemberitaan itu sudah merusak nama baik keluargaku.” Seketika Sejin mendesah panjang. “Oh my God ...,” gumam Sejin. Mendadak seluruh antusias yang ia perlihatkan sebelumnya hilang. Perlahan-lahan ia menarik tubuh hingga punggungnya menempel dengan sandaran. “Aku benar-benar dalam kekacauan besar,” kata Seo Hyung. Sejin mengangguk, tapi sedetik kemudian dia menggelengkan kepala. Lelaki itu membulatkan mata menatap Seo Hyung dengan wajah tegang. “Aku masih tidak mengerti, Seo Hyung, bagaimana calon istrimu bisa menuduhmu melakukan hal seperti itu. Maksudku, bagaimana kejadiannya?” Untuk sekejap, Kim Seo Hyung memilih untuk diam dan menegakkan badannya. “Entahlah, Sejin, aku juga tidak mengerti. Kalau kubilang aku dijebak, aku juga tidak tahu pasti. Aku tidak mengenal wanita itu sekalipun aku tahu kami telah dijodohkan entah dari kapan. Aku tahu kelak aku akan menikah dengannya, tapi setelah bertemu dengannya, secara terang-terangan dia mengakui jika aku bukan tipe lelaki idamannya.” “Oh ya?!” Sejin kembali memekik. Kim Soe Hyung mengangguk dengan senyum kotak yang telah menjadi ciri khasnya. Sejin terkekeh. Ia menggelengkan kepala. “demi apa pun, aku ingin bertemu wanita itu untuk bertanya, bagaimana mana dari Kim Soe Hyung yang tidak ia sukai.” Kim Seo Hyung terkekeh mendengar ucapan temannya. “Ini benar, Seo Hyung!” tandas Sejin. Tangannya terbuka di depan d**a. “kau punya wajah tampan. Masih muda dan menjabat sebagai CEO. Jika ada kekurangan darimu, ya mungkin kau pendiam. Hanya itu. Selebihnya kau benar-benar menawan, Seo Hyung. Demi apa!” Sejin melayangkan kedua tangannya ke udara. Kim Soe Hyung menghela napas dalam-dalam dan sambil membawa pandangannya ke luar jendela, ia pun menggelengkan kepalanya. “Entahlah, Sejin. Aku benar-benar tidak mengerti. Aku frustasi.” Sejin menarik satu sudut bibirnya. Ia menoleh dan menepuk paha Seo Hyung. “Don’t worry,” kata Sejin. Seo Hyung menatap lelaki itu. “Aku memang tidak mengalami apa yang sedang kau alami, Seo Hyung, tapi aku ada di sini. Aku siap membantumu kapan pun kau membutuhkan aku.” Seo Hyung tertawa samar. “Apa sih! Kau jadi serius begini.” Tampak dahi Sejin terlipat. Ia sedikit menundukkan kepala ketika memandang Kim Soe Hyung lengkap dengan jari telunjuk yang terarah pada Seo Hyung. “Dan kau juga tidak perlu sedih. Aku jamin kau akan dapatkan wanita yang banyak.” Kim Seo Hyung terkekeh. “Kau benar-benar.” Seo Hyung menggeleng. “Tapi aku juga berterima kasih. Aku senang bertemu denganmu. Ya ... memang aku takut dan entah apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi hari ini aku baru merasa hidup.” Dengan dahi terlipat, Sejin bertanya, “Maksudmu?” Untuk sejenak, Kim Seo Hyung terdiam. Entah sudah berapa kali ia menghela napas panjang, tetapi hanya itu satu-satunya cara untuk membuat pikiran Soe Hyung sedikit lebih tenang. “Sejujurnya aku tidak pernah mengambil keputusan atas kemauanku sendiri. Selama ini aku hanya menuruti keinginan ayahku. Dan hari ini, aku melakukan apa yang ingin kulakukan.” Sejin terdiam dan tidak dapat berucap apa pun. Untuk sekelebat, ia tak ingin percaya. Namun, ketika memori menerbangkan Sejin pada masa-masa di mana ia mengenal Kim Seo Hyung saat di Amerika, maka Sejin pun langsung memahami apa yang membuat lelaki tampan di sampingnya itu selalu terlihat tertekan setiap waktu. “Terima kasih, Sejin.” Kim Seo Hyung menutup ucapannya dengan senyum sebelum memutar wajahnya ke samping.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN