Geraman rendah menggema di dalam kerongkongan Kim Seo Hyung. Ketika kesadarannya mulai terkumpul, ia merasakan nyeri yang hebat menyambar kepala hingga Kim Seo Hyung perlu membawa kedua tangannya meremas kepala.
Perlahan-lahan, kesadaran Kim Seo Hyung mulai terkumpul dan lelaki itu berupaya untuk mengingat apa yang telah ia lalui sebelum kesadarannya menghilang.
‘Bagaimana kehidupanmu?
‘Have you ever had s*x?’
‘You’re a hetorexual or a homosexual?’
‘Aku hanya bercanda ... no offense.’
‘Cobalah anggurnya. Mungkin dengan itu kita bisa berbicara lebih santai.’
Seketika kedua mata Kim Seo Hyung terbuka. Belum sempat semua keterkejutan yang didatangkan oleh alam bawah sadarnya, tepat di depan kedua mata Kim Seo Hyung ia memandang sepasang iris cokelat milik si gadis yang telah membuatnya pingsan.
Gadis itu menyeringai. “Sudah sadar, Tuan muda Kim?”
Kim Seo Hyung masih menganggap semua ini hanya mimpi sehingga ia pun berharap bisa bangun di atas ranjangnya. Ya. Ini mimpi. Namun, napas Park Ahn Lee yang berembus tepat dua inci di depan hidungnya terasa hangat hingga ketenggorokan Seo Hyung dan memberitahu dirinya bahwa tak ada rekayasa dan manipulasi mimpi di sini. Semua ini nyata.
Alam bawah sadar Kim Seo Hyung mengirimkan kesadaran penuh dan membuat mata sipitnya melotot. Sontak, lelaki itu langsung menarik punggungnya menjauh. Bola matanya tertuju pada sepasang iris cokelat gelap di depannya. Sekejap menyadari bahwa inilah kali pertama ia melihat warna asli dari manik Park Ahn Lee, tetapi ada apa dengan dirinya.
Mengapa wajahnya seperti itu, dan mengapa dengan pakaiannya. Kim Seo Hyung terdiam. Kesadarannya masih berdiri di antara garis rawan sehingga ia pun fokus pada d**a Ahn Lee yang terbuka dan warna lipstiknya yang berantakan di wajah.
Di saat Kim Seo Hyung masih terdiam dan berkelut dengan pemikirannya, Park Ahn Lee menyeringai lalu dengan cepat menarik tengkuk lelaki itu. Wajah Kim Seo Hyung berada tepat di depan wajah calon istrinya. Mereka nyaris berciuman. Mungkin jika Ahn Lee maju satu inci lagi dia pasti dan sangat bisa menggapai bibir Kim Seo Hyung. Napasnya hangat atau wajah Seo Hyung yang dingin? Entahlah. Kim Seo Hyung bahkan bingung harus bereaksi seperti apa sebab kesadarannya masih tercecer ke berbagai arah. Hanya seringaian milik Park Ahn Lee menjadi satu-satunya pemandangan yang bisa dijangkau oleh Kim Seo Hyung.
“Tuan Kim Seo Hyung yang terhormat,” – Park Ahn Lee menekan kalimatnya barusan dan rahangnya mengencang seketika – “perlu kau ketahui jika kamu telah membuat kesalahan. Ya! Kesalahanmu adalah menolak aku. Mengatakan jika kita sama-sama tak layak untuk menikah.” Gadis itu menutup ucapannya dengan kekehan.
Sekilas ia memalingkan wajahnya ke samping untuk melepaskan decihan halus lalu gadis itu kembali berbicara dengan nada pelan namun tajam, “Dan kesalahanmu yang kedua adalah kau datang padaku dan memohon agar aku kembali padamu dengan sejumlah penawaran. Cih!” Kembali lagi Ahn Lee menelengkan wajah. “Kau pikir aku tak bisa membeli penthouse, hah?”
Kim Seo Hyung terdiam. Selain kedua alisnya yang mulai mengerucut ke tengah. Bola mata lelaki itu bergerak menghindari kontak mata dengan sepasang netra di depannya.
“Well, Kim Seo Hyung, aku sudah rela melepas kehidupanku yang cemerlang di London hanya untuk menikahi pria yang punya prinsip kuno dan anti sosial seperti dirimu, tetapi kau dengan gampang ingin menolakku?” Lagi-lagi Ahn Lee mendecih dan ia menutupnya dengan seringaian sebelum melanjutkan, “sekarang akan kubuat kamu mendapatkan hukuman yang setimpal.”
Masih mengerutkan dahi, otak cerdas Kim Seo Hyung tengah memproses perkataan wanita yang tengah menahan tengkuknya itu. Namun, belum sempat Kim Seo Hyung diizinkan untuk kembali berpikir, tiba-tiba saja terdengar bunyi gebrakan yang menggema datangnya dari pintu.
Kim Seo Hyung mencoba untuk memutar wajah, tetapi ia hanya dapat menjangkaunya dengan ekor mata sebelum teriakan kencang meluncur dari mulut Park Ahn Lee.
“Aaahhh ....”
Seo Hyung memutar wajahnya dengan cepat. Seketika bola matanya terbelalak.
Park Ahn Lee melepas tengkuknya dan dengan cepat ia membanting tengkuknya sendiri pada armrest.
“Ahhh ....” Teriakan kencang itu kembali terdengar. Wajah Park Ahn Lee berubah pucat dan wajahnya tampak sangat ketakutan.
“Di sana!”
Kim Seo Hyung semakin dibuat heran oleh yang berseru disertai dengan derap langkah kaki. Tak lama berselang, muncul presensi dua orang berseragam abu-abu dengan rompi yang menempel di tubuh.
“Itu dia!” Salah satu dari dua orang tersebut berteriak sambil mengedikkan kepala menunjuk ke arah Seo Hyung dan temannya mendekat dengan mata penuh kewaspadaan. Sementara lelaki yang berteriak tadi bergerak cepat mengambil pistol yang terselip pada gesper di pinggangnya.
“Angkat tanganmu!” perintahnya kali ini ia bahkan menodong Kim Seo Hyung dengan pistol.
Kim Seo Hyung masih terdiam ia bingung dan mulai gamang. Lelaki itu kembali memutar pandangannya lambat-lambat. Menyaksikan wajah Park Ahn Lee yang semakin pucat pasi dengan teriakan nelangsa yang malah membuat Kim Seo Hyung takut.
“Tolong, tolong aku!” Wanita itu melirih. Sementara Kim Seo Hyung masih terlalu bingung dengan situasi yang sedang terjadi.
Sementara ia dilanda kegamangan, tiba-tiba saja seseorang meraih kedua tangan Seo Hyung lalu menyatukannya di depan punggung lelaki itu. Kim Seo Hyung menoleh. Menatap si lelaki dengan dahi yang terlipat.
“Ap- ap- apa yang terjadi.” Akhirnya ada sesuatu yang keluar dari mulut Kim Seo Hyung walaupun terdengar seperti gumaman. Dengan cepat lelaki itu memutar wajah untuk kembali menatap Park Ahn Lee yang masih bertingkah dramatis.
“Tenang, Nona, kami telah menerima pesan Anda. Apakah Anda baik-baik saja?”
KREK
Kim Seo Hyung menggeram sambil menutup kedua matanya ketika si lelaki menarik tubuh Seo Hyung setelah mengunci borgol pada kedua lengan Kim Seo Hyung.
“Nona?”
Dengan cepat Park Ahn Lee memindahkan tatapannya pada si polisi yang tadi memanggilnya. Tiba-tiba saja gadis itu melompat dari atas kursi dan Kim Seo Hyung begitu terkejut ketika melihat pakaian Park Ahn Lee yang telah sobek lalu merosot hingga setengah da’danya terekspos. Gadis itu lantas tersungkur di lantai lalu si polisi yang tadi berdiri di belakang sofa berlari menghampiri Park Ahn Lee.
“Nona!”
Park Ahn Lee semakin histeris. Semakin memperlihatkan jika ia benar-benar ketakutan. Sementara Kim Seo Hyung masih tidak bereaksi. Park Ahn Lee menggunakan kesempatan itu untuk terus menatap Kim Seo Hyung dengan mata nanar.
“Nona!”
Dengan tangan yang bergetar, ia menunjuk Kim Seo Hyung dan bibir Ahn Lee ikut-ikutan bergetar. “Di- di- dia!”
“Ahn Lee-ah!”
Semua orang secara bersamaan memutar wajah ketika mendengar teriakan barusan. Entah dari mana, Kim Seo Hyung bahkan tidak mendengar langkah kakinya. Mungkin karena ia terlalu fokus pada Park Ahn Lee, tiba-tiba saja di hadapan mereka berdiri sepasang suami istri yang tak lain adalah orang tua Park Ahn Lee.
“Ahn Lee-ah!” Park Jang Hae memandang putrinya dengan mata nanar lalu dengan cepat ia memindahkan tatapan pada lelaki yang tangannya telah terikat borgol.
“Ku-“
“Kurang ajar!” Ucapan Park Jang Hae terpotong oleh istrinya. Jeong Yoora melesat. Matanya merah dan wajahnya bergetar. Wanita itu lantas mengayunkan tangannya ke udara.
PLAK
Wajah Kim Seo Hyung terlempar setelah menerima tamparan keras dari Jeong Yoora. Seketika telinga Seo Hyung berdengung sebelum meninggalkan rasa nyeri.
“Kurang ajar kau! Berani-beraninya kau melecehkan putriku!”
Kim Seo Hyung membulatkan mata, sementara menahan wajahnya tetap di sana.
“Eomma ....”
Dengan cepat Jeong Yoora menghampiri putrinya. Tersungkur di lantai lalu memeluk putrinya. Tangisan Park Ahn Lee pun pecah hingga Seo Hyung bisa melihat tubuhnya bergetar.
“Kau benar-benar tidak tahu malu!”
Kali ini Kim Seo Hyung memberanikan dirinya untuk menoleh pada sumber suara. Park Jang Hae berdiri tak jauh dari tempat Seo Hyung. Rahangnya mengencang, sekencang embusan napas beratnya yang menakutkan. Satu tangannya mengepal dengan kuat pada sisi tubuhnya, sementara Park Jang Hae menggerakkan tangan kanannya menunjuk Kim Seo Hyung.
“Kau benar-benar telah melewati batasan, Kim Seo Hyung. Aku bersumpah atas nama leluhurku, bahwa aku tidak akan membiarkan perbuatan keji ini begitu saja. Kau akan menerima hukuman atas apa yang telah kau lakukan pada putriku.”
Park Jang Hae menutup ucapannya dengan kertakkan gigi. Lelaki itu mengentak napasnya dengan kasar sebelum memutar wajah dan menatap dua orang petugas polisi.
“Bawa dia pergi dan pastikan dia akan membusuk di penjara!” Titah Park Jang Hae yang langsung disambut dengan anggukkan kepala oleh dua orang polisi terebut.
Tanpa kata, mereka langsung menyeret Kim Seo Hyung pergi dari sana. Alih-alih melawan, Kim Seo Hyung malah menurut. Bagai domba yang siap disembelih. Ia patuh. Namun, sebenarnya lelaki itu tengah diseret ombak kebingungan.
Apa yang terjadi dan bagaimana semua ini bisa terjadi.
Pertanyaan tersebut terus mengiang di dalam kepala Kim Seo Hyung lalu semuanya terjawab ketika ia melewati partisi ruangan yang terbuat dari dinding kaca.
Ditatap Kim Seo Hyung bagaimana wajahnya saat ini. Ada goresan merah di sekeliling mulutnya. Kancing kemejanya berceceran juga ada tanda bekas cakar kukuh di leher dan da’da Seo Hyung.
“Ayo jalan!”
Belum sempat ia menyimpulkan apa yang telah terjadi padanya, dua orang polisi itu malah kembali menyeret tubuh Seo Hyung keluar dari penthouse pribadi miliknya.
Tempat yang dijadikan Kim Seo Hyung untuk menenangkan diri. Untuk sesekali berlari dari perintah dan incaran Kim Seo Dam. Untuk menjadi dirinya sendiri. Untuk menghibur jiwanya yang terpenjara.
Namun, hari ini, entah apa yang telah dialami oleh Kim Seo Hyung sehingga tempat pribadinya malah berubah menjadi kisah kelam yang sulit diterima akal sehatnya.
Sebelum benar-benar keluar dari tempat itu, Kim Seo Hyung membiarkan kepalanya menoleh ke belakang. Seketika ia melihat seringaian di wajah Park Ahn Lee dan tatapan matanya yang seketika membuat Kim Seo Hyung sadar jika ia telah menyeret tubuhnya ke dalam kandang ular berbisa yang berbahaya.
________