Luna sudah selesai membersihkan diri dan Sita sudah membantu wanita dengan tatapan kosong itu, berpakaian dengan baik. Luna sudah terlihat sangat cantik dengan dress panjang lengan tanggung. “Mbak, Luna. Kita sarapan ke bawah ya?” ajak Sita seraya mengeringkan rambut Luna dengan hair dryer. “Jonas, ada?” tanyanya dengan suara lemah. Luna menatap dirinya lewat pantulan cermin dengan tatapan kosong. “Hhmm ... Mas Jonas’kan sedang ada jadwal ke luar kota untuk bekerja. Masa mbak Luna lupa?” bohong Sita. Tiba-tiba mata Luna berubah membulat sempurna. Bibirnya menekan kuat dan amarah terlihat memuncak dari raut wajahnya. Tanpa diduga, Luna mengayunkan tangannya ke atas meja rias yang penuh dengan aneka make up yang ia punya. Semua benda itu berserakan ke lantai, bahkan sebuah botol parfum