Chapter 4

1498 Kata
"Apakah Anda datang melihat korban gempa dengan kekasih Anda?" Seorang wartawan laki - laki bertanya ke arah Shen Mujin, namun wajahnya fokus ke arah wajah manis Aini. Situasi mendadak hening.  Lu Yang hampir terjungkal ke belakang ketika mendengar pertanyaan dari wartawan itu. Kekasih pantatmu. Batin Lu Yang berteriak protes. Shen Mujin diam beberapa detik, dia melirik ke arah Aini, gadis yang dia lirik itu tak merespons apapun. Tak tersenyum bahagia, tak juga marah.   Mata Shen Mujin melihat ke arah satu kamera, "Ini adalah Nona Aini. Nona Aini adalah perwakilan dari Shen Group untuk menjadi relawan korban gempa di sini, Shen Group menjadi donatur di belakang Nona Aini," ujar Shen Mujin. Wartawan dan orang banyak langsung mengerti. "Lalu apakah Nona Aini dibayar oleh Group Shen?" tanya wartawan perempuan. "Untuk Aini tidak ada bayaran apapun mengenai kemanusiaan," jawab Aini tegas. Shen Mujin melirik ke arah gadis di samping. Cepat juga tanggapan dari gadis itu. "Nona Aini, Anda adalah seorang YouTuber, namun Anda tak sombong dalam menjalankan bakti kemanusiaan. Anda baru saja mempublish identitas anda ke publik, jika boleh kami tahu, sejak kapan Anda tertarik terjun ke dunia relawan?" tanya wartawan b. "Sejak kecil, umur empat tahun," jawab Aini. Heboh. Wartawan memotret wajah manis Aini tak berhenti, seakan sekali atau dua kali itu belum cukup. "Umur empat tahun?" "Sangat muda." "Aku tidak percaya." "Umur empat tahun, aku sedang menangis bermain boneka dengan kakakku." "Apa ini benar?" Banyak pertanyaan mengalir dari mulut reporter, seakan mereka tak percaya bahwa Aini sudah tertarik menjadi relawan untuk korban bencana alam pada usia empat tahun. Di usia segitu, anak - anak masih bermain berlari ke sana ke mari, mereka bahkan tak mengerti apa yang mereka nonton atau yang mereka lihat. "Dua tahun lalu ketika aku menyelesaikan sekolah menengah atas pada umur delapan belas tahun, untuk pertama kalinya aku terjun langsung menjadi relawan untuk korban perang, penempatan pertamaku di kota Idlib, Suriah." Mata Aini melihat fokus ke arah kamera tanpa takut atau gugup. "Apa?" "Umur delapan belas tahun menjadi relawan untuk korban perang?" "Wow!" "Ya ampun, kota yang tak pernah tenang dari bardiran misil dan bom!" "Benar - benar berani!" "Nona Aini, anda sangat pandai dan lancar berbahasa Mandarin, apakah anda keturunan Tionghoa? Wajah Anda sangat khas merupakan campuran gen yang langka," tanya seorang wartawan pria ketika melihat wajah khas cantik nan manis dari Aini. "Saya dari Indonesia," jawab Aini dengan nada bangga. "Wah! Indonesia." "Dari Indonesia rupanya." "Ah, banyak wanita cantik dan sexy dari sana." Banyak pujian yang dilontarkan untuk wanita Indonesia. Pujian bahwa mereka cantik, manis, ramah, terbuka dan lembut. Namun, hal itu berbanding terbalik dengan pikiran yang sudah ditanamkan oleh Shen Mujin tentang gadis Indonesia. Mulut kasar. Batin Shen Mujin. °°° Shen Mujin melihat kinerja Aini ketika turun di lapangan. Rupanya gadis yang dia sebut dalam hati sebagai mulut kasar itu sangat lihai kerja melayani korban gempa. Gadis itu sibuk membagikan makanan dan pakaian serta obat - obatan untuk para korban. Sementara Aini sibuk, Shen Mujin duduk di dalam tenda khusus untuknya. Pria itu tak terjun ke lapangan. Terjun ke lapangan adalah para pekerja dan relawan, dia bukan dari dua yang disebutkan, dia adalah donatur. Kerjaan donatur hanya duduk dan memantau.  Tiba waktu makan siang, Lu Yang mendekat ke arah Shen Mujin. "Bos, apakah anda ingin makanan di bawa ke sini atau pergi ke restoran untuk makan siang anda?" tanya Lu Yang sopan. Sebelum menjawab, mata Shen Mujin terarah ke arah Aini yang berjalan mendekat ke arahnya, "Restoran." "Baik. Saya hubungi helikopter," sahut Lu Yang, dia mengeluarkan ponsel pintar dari dalam saku celananya. "Anda akan berada di sini satu hari?" tanya Aini, dia menyodorkan dua nasi kotak ke arah Shen Mujin.  Kening Shen Mujin berkerut, dia melihat kotak itu, "Apa itu?" "Makan siang Anda dan asisten Anda," jawab Aini. Mata Lu Yang melotot ke arah makanan kotak. Buddha, jangan bilang bahwa Anda ingin memberi makan bos makanan itu. Batin Lu Yang berteriak. "Aku tidak makan itu." "Baik," desah Aini, kemudian dia melanjutkan dalam bahasa Indonesia, "selain menyebalkan ternyata kau juga belagu." Shen Mujin mengerutkan keningnya, dia tidak mengerti apa yang diucapkan oleh Aini, "Apa yang kamu ucapkan?" "Aku mengatakan jangan telat makan, nanti sakit," jawab Aini. Shen Mujin mengangguk, sedangkan Lu Yang meragukan arti dari ucapan nona YouTuber itu. Pasalnya, wajah nona YouTuber ini terlihat mencebik. Aini berjalan menjauh dari tenda Shen Mujin, dia memilih makan di tenda relawan. Tenda itu tak jauh dari tenda Shen Mujin. "Lu Yang." "Ya, bos?" sahut Lu Yang. "Mulai besok, sediakan penerjemah bahasa Indonesia di sini." "Baik, bos." Dalam hati Lu Yang, dia berteriak. Bos, tak sadarkah bahwa Anda sendiri yang telah memecat penerjemah ahli bahasa Indonesia kemarin malam? "Atau bonus bulananmu melayang. " Lu Yang ingin koprol - koprol sambil mengatakan, aku siapa? Anda siapa? Aku hanya asisten dan Anda adalah bosnya. Aini makan makanan siangnya dengan lahap, dia mengigit daging enak itu, dia tak mempedulikan ada yang meliput atau memperhatikan dia. Sudah biasa baginya. Setelah makan siang, dia kembali bantu relawan yang lain, itu dia lakukan agar relawan yang lain juga punya waktu makan siang.  Ketika berjalan melewati tenda Shen Mujin, dia melihat banyak kotak makanan kelas atas yang terletak di meja lipat. Shen Mujin sedang makan makanan siangnya. "Tidak ke restoran?" tanya Aini ke arah Lu Yang yang baru saja selesai makan siang. Lu Yang menggeleng, "Bos mengatakan bahwa menghemat waktu dalam situasi ini adalah pilihan bijak," jawab Lu Yang. "Bosmu itu banyak tingkah, dia seperti remaja labil," celetuk Aini dalam bahasa Indonesia lalu dia berjalan melanjutkan pekerjaannya. Tiba - tiba Lu Yang berpikir keputusan bosnya untuk merekrut penerjemah bahasa Indonesia sangat tepat. Dua. Satu untuk bos, satu untuknya. Shen Mujin menaikan sebelah alisnya, lagi - lagi dia tak mengerti apa yang diucapkan gadis itu. °°° Malam tiba, saatnya untuk beristirahat. Aini memasuki tendanya, dia bersiap untuk tidur. Tenda itu terpisah dari tenda milik relawan yang lain, sebab dia sekarang statusnya sebagai perwakilan dari group Shen. Jadi dia difasilitasi oleh group Shen. Satu detik sebelum dia menutup mata, Lu Yang meminta permisi masuk ke dalam tenda. "Nona Aini, maaf aku mengganggu istirahatmu. Tuan Shen memanggilmu ke tendanya, ada hal penting yang ingin Tuan Shen bicarakan dengan Anda." "Besok saja, aku lelah," tukas Aini masa bodoh. Dia menutup matanya. "Tapi ini hal yang penting," ujar Lu Yang. Tak ada jawaban. "Tuan Shen mengatakan ini berkaitan dengan status Anda menjadi relawan dibawah Shen group," ujar Lu Yang lagi. "...." Lu Yang ingin koprol sambil mengatakan aku juga tak ingin menyusahkan kamu, tapi ini adalah tugasku yang hanya sebatas asisten pribadi. "Nona Aini, saya rasa Tuan Shen sangat membutuhkan perhatian untuk kerja sama Anda dan Shen group." Krik krik krik Bunyi jangkrik yang Lu yang dengar. Setelah beberapa menit Aini merasakan bahwa tidak ada lagi tanda - tanda kehidupan di luar tendanya, Aini menaikan selimut menutupi wajahnya dan tidur. Namun dia merasa janggal, seakan ada yang ganjil. Dia berusaha menutup mata untuk tidur.  "Kamu belum matikan lampu tidur di tenda ini, apakah perlu aku bantu?" "Ah!" Aini tersentak bangkit dari tidur setelah mendengar suara bass merdu dari pria. Matanya melotot saat melihat wujud pria yang dia kira adalah mayat atau roh korban gempa. "Kamu benar - benar hantu atau Shen Mujin?" mata Aini waspada di sekelilingnya. Dia berbicara dalam bahasa Mandarin. "Ah, tidak menjawab, aku tahu! Kamu pasti hantu!" Aini mengacungkan jari telunjuknya menunjuk ke arah pria itu, "asal kamu tahu, aku kebal terhadap hantu! Aku kuat iman!" ujar Aini menggunakan bahasa Indonesia,  Aini meraih sesuatu dari meja tenda lalu dia perlihatkan ke arah pria itu, "Bismillahirrahmanirrahim ...." ayat suci Al-Qur'an menggema di dalam tenda itu, namun pria itu hanya melihat Aini dengan kening berkerut. Shen Mujin bingung dengan apa yang dikatakan oleh gadis YouTuber merangkap menjadi relawan. Tadi berbicara dengan menggunakan bahasa Mandarin, lalu berubah menjadi bahasa yang sudah dia dengar dua hari terkahir, bahasa Indonesia, sekarang gadis itu mengambil sebuah buku dan membaca isi buku itu dengan bahasa dan aksen yang berbeda. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Shen Mujin, "mungkin kamu sudah terlalu lelah karena seharian ini melayani korban gempa." "Eh??" wajah Aini penuh dengan tanda tanya. Kalau hantu maka tubuh roh yang tak dapat dipegang itu akan berteriak panas atau mengaduh kesakitan ketika dia membaca ayat kursi, namun hantu pria ini malah bertanya apa yang dia lakukan. "Tentu saja aku sedang berusaha mengusirmu!" seru Aini dengan bahasa Mandarin. Kening Shen Mujin keriting seperti mie goreng. Cara mengusir dirinya sangat unik. Shen Mujin penasaran apa yang tertulis di dalam buku itu. "Kamu sedang baca apa? Apakah membaca ayat suci untuk Buddha?" tanya Shen Mujin. "Hah?" Aini menatap heran ke arah Shen Mujin.  "Apa ayat suci untuk Buddha? Ini adalah ayat suci Alquran! Ayat kursi untuk mengusirmu!" ujar Aini menggebu-gebu. "Sepertinya itu bukan tulisan Hanzi, itu terlihat berbeda dengan kitab suci yang Lu Yang baca ketika Imlek," ujar Shen Mujin ketika dia melihat wujud tulisan dari buku itu. "Kamu tidak merasa panas?" mata Aini menyipit ke arah Shen Mujin. "Terasa sejuk," jawab Shen Mujin. "Coba pegang ini biar aku percaya!" Aini menantang Shen Mujin untuk memegang Al-Qur'an. Dia menyodorkan Al-Qur'an ke arah Shen Mujin. Kalau dia hantu yang mati karena gempa, pasti akan berteriak panas. Shen Mujin meraih benda yang dia kira buku atau kitab suci Buddha. Dia melihat-lihat isi buku itu, "Bukan tulisan Hanzi, ini tidak mirip dengan kitab suci yang Lu Yang baca." Mata Aini melotot. "Oh! Shen Mujin kampret!" °°° Note : semua percakapan antara Shen Mujin dan Aini dianggap dalam bahasa Mandarin. Saya menulis cerita ini di platform D.R.E.A.M.E dan I.N.N.O.V.E.L milik S.T.A.R.Y PTE. LDT Jika anda menemukan cerita ini di platform lain, mohon jangan dibaca, itu bajakan.  Mohon dukungannya. IG Jimmywall Terima kasih atas kerja samanya.  Salam Jimmywall.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN