Kaku, gugup dan canggung. Itulah kata yang menggambarkan keadaan seorang Azel saat ini. Si model yang percaya diri kini terlihat duduk dengan malu-malu di hadapan mertuanya.
Ya, baru beberapa saat yang lalu mereka sampai dikediaman Abimanyu San Madiston bersama sang istri, Nathalie.
"Tante, aku boleh makan kue ini?" Tanya Sharllote yang telah kembali dari dapur bersama dengan dua orang pelayan yang membawakan segelas jus mangga dan beberapa camilan.
"Boleh, makan aja. Maklum cuma gak ada banyak orang, Zavier jarang ngemil." Ujar Nathalie mempersilahkan.
Sharllote pun duduk di samping Azel yang terlihat masih sangat kaku. Ini pengalaman yang sangat baru dalam hidupnya. Ia belum pernah berpacaran serius sampai bertemu orang tua, sekalinya bertemu langsung sebagai seorang menantu. Sangat luar biasa, bukan begitu.
"Azel mau makan apa?" Tanya Abimanyu pada menantunya.
Azel tersenyum canggung sembari menggelengkan kepalanya.
"Aey, lihat Sharllote, dia bahkan masuk ke dapur dengan santai dan membuka lemari es lalu mengambil kue." Ujar Abimanyu.
Sharllote mencebikkan bibirnya. "Om... Kayak kenal sehari dua hari aja, katanya udah kayak anak sendiri." Ujarnya.
Abimanyu tertawa pelan. "Serius banget kamu, Om cuma bercanda." Katanya.
Zavier yang sedari tadi duduk di salah satu single sofa hanya diam, karena memang tidak ada yang perlu dirinya bicarakan.
"Semalam tidur kalian gimana? Hotelnya nyaman kan?" Tanya Nathalie.
Azel mengangguk sebagai jawaban.
"Tidur? Papah yakin, mereka gak tidur." Ujar Abimanyu.
Nathali tersenyum penuh arti. Sedangkan Azel terlihat kebingungan. Lalu Zavier, dia tidak peduli dengan apa yang orang tuanya pikirkan serta bayangkan tentang mereka selama tidur di hotel.
"Emh... Semoga kalian gak menunda untuk memiliki anak yah, kalian kan tinggal terpisah, setidaknya beri kami cucu yang banyak." Ucap Nathalie dengan ekspresi bahagianya.
Dang.
Azel gelagapan. Kenapa dirinya terus yang diserang dengan pertanyaanz sedangkan Zavier hanya duduk santai dengan ekspresi datarnya.
"A-aku...--"
"Bund, it's too early. Azel juga baru mau masuk kuliah, she is 18. Too young for being a mother." Ucap Zavier.
Nathalie tampak sedih, namun ia juga tidak bisa egois. Mereka juga harus memikirkan Azel, gadis itu menikah seminggu setelah kelulusannya. Dia pasti membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan segalanya.
"Bukannya 2 bulan lagi 19 tahun yah?" Tanya Abimanyu.
Azel mengangguk. "Iya, Om."
"Loh, kok Om?"
Azel meremas lengan kemejanya yang panjang. "Maaf Ayah," ralatnya.
Abimanyu tersenyum senang. "Akhirnya aku punya seorang anak perempuan," ucapnya.
Nathalie pun terlihat bahagia. Bukan keinginannya memiliki satu putra, tapi tuhan hanya memberi mereka satu hadiah saja. Bahkan mereka harus melakukan banyak cara agar bisa memiliki Zavier.
"Shar, kenapa kamu baru pulang? Padahal Tante udah siapin kebaya buat kamu, kamu kan sahabat Zavier dari kecil." Ucap Nathalie.
Sharllote yang sedang melamun pun tersadar. "A-aku baru dikasih tahu pas sore Tan sama Papah, jadi ya telat deh. Aku sampe di hotel tuh malam, jadi sewa kamar juga di sana."
Nathalie mengangguk paham.
Sharllote kembali diam memikirkan ucapan orang tua dari sahabat lelakinya tentang memiliki momongan. Tidak. Pikirnya.
"Kalian nginep di sini?" Tanya Abimanyu.
Azel langsung memandang Zavier.
"Oow lihatlah pasangan baru ini, mereka sudah mulai menggunakan kode." Ujar Abimanyu menggoda putra juga menantunya.
Zavier menegakkan posisi duduknya.
"Azel mau menemui orang tuanya, jadi kami bakalan pergi sore nanti." Ucap Zavier.
"Yah... Kalian nginep di sini aja dulu, besok baru deh boleh nginep di sana." Pinta Nathalie.
Azel terdiam.
"Bunda tanya menantunya aja langsung," Ucap Zavier.
Azel sedikit kebingungan, namun akhirnya mengiyakan. "Hari ini kami nginep di sini, tapi besok aku mau ketemu Mamah aku, Bunda. I miss her so bad."
Nathalie mengusap kepala Azel dengan lembut. "Of course sayang,"
"Terus aku gimana?" Tanya Sharllote. "Tadi Zavier bilang mau nganterin aku sekalian jalan ke rumahnya Azel," ucapnya.
"Nanti siang aku anter, sekarang di sini aja dulu. Aku mau lanjut tidur bentar," Ucap Zavier seraya berdiri dari duduknya.
Entah pukul berapa ia tidur semalam. Yang dirinya ingat hanyalah dipaksa bangun oleh Azel.
"Kok pergi sendiri, ajak istri kamu juga dong Za! Gimana sih," Ujar Abimanyu.
Tanpa menghentikan langkah kakinya Zavier berkata. "Azel, ayo!"
Azel menatap Ayah dan Ibu mertuanya.
"Ayo ikutin, kamu juga pasti capek." Ucap Nathalie.
Azel pun berdiri dari duduknya. "Kak Sharllote, gue tinggal bentar yah." Ucapnya pelan.
Sharllote hanya memberikan senyuman hambar.
"Sharllote temenin Bunda nyirem bunga!" Canda Abimanyu.
Sharllote mencebikkan bibirnya. "Om ih, bercanda mulu..."
Nathalie tertawa pelan. "Sharllote mau bantuin Tante masak gak?" Tanyanya.
"Boleh, sekalian belajar." Jawab Sharllote dan mereka pun berlalu menuju dapur.
*****
Di sisi lain, tepatnya di kamar Zavier yang berada di lantai 2 rumah tersebut, terlihat Azel yang sedang duduk di tepi tempat tidur. Ia cukup takjub melihat keadaan kamar suaminya yang sangat rapih.
Azel menatap layar ponselnya. "Papah gak angkat telpon. Clark juga, heran. Pada kemana sih para pejantan itu!!" Kesalnya.
"Semua orang sibuk, cuma gue doang yang enggak." Ucap pelan.
Ia melirik Zavier yang sudah berbaring di atas tempat tidur dengan mata terpejam.
"Hoaaam..." Azel meregangkan otot-otot pada tubuhnya yang terasa kaku karena semalam tidur di atas sofa.
Ia melirik sofa double dekat lemari. "Bisa makin pegel kalau tidur di sofa kecil," lalu ia melirik ruang kosong di samping Zavier.
"Tidur ah," Gumamnya. Yang kemudian turut naik ke atas tempat tidur dengan hati-hati agar tidak membangunkan Zavier.
Azel mulai memejamkan mata, karena ia juga tidak bisa tidur semalaman.
Keduanya sama-sama terlelap dalam tidur.
Entah kasurnya yang memang nyaman atau posisi tidurnya yang saat ini membuat Azel tidur dengan mulutnya sedikit terbuka.
Pasalnya ia tidur dengan memeluk tubuh Zavier yang tidur terlentang.
Merasa tubuhnya terasa sedikit berat, Zavier membuka matanya.
"Bisa-bisanya dia tidur dengan posisi seperti ini." Gumam Zavier dalam hati.
Ia melepaskan tangan Azel yang menempel pada ddada bidangnya.
"Emh..." Namun Azel kembali memeluk Zavier, bahkan semakin erat saja.
Akhirnya Zavier pasrah dan membiarkan Azel tidur sembari memeluk tubuhnya. Bahkan kaki kanan sang istri kini mengunci kakinya, membuat Zavier kesulitan untuk berganti posisi tidur.
Azel semakin menggeser tubuhnya pada Zavier, membuat Zavier sedikit menggeram karena kaki kanan Azel berada di atas pangkuannya dan lututnya sedikit mengenai bagian pusat.
"Bangun ataupun tidur, dia sangat menyusahkan." Gumamnya pelan.
"Balik tidur Za, abaikan semua gangguan. You need to sleep." Pikirnya dan kembali memejamkan mata.
*****
Bersambung...
Semoga suka...
Jangan lupa komentarnya ya... Ajakin juga temen-temennya...