21. Berdebar

1002 Kata

Aku keluar dan langsung berdiri di bawah pohon mangga yang ada di depan rumah Mama. Menoleh ke belakang harap-harap cemas jika Mama mengikuti dan menguping pembicaraanku nanti. Kuhela napasku saat merasa situasi telah aman. Ponsel di tangan masih tersambung pada Ben. Kutempelkan ponsel di telinga, "Hallo, Ben! Apa kabarmu?" sapaku sekaligus bertanya tentang kondisinya. Bagaimana pun juga aku penasaran dengan kondisi Ben saat ini. Meski saat terakhir aku bertemu dengan lelaki itu, Ben tampak baik-baik saja di luar. Hanya kondisi kakinya yang memang mengalami kelumpuhan. "Kapan kau pulang?" Bukannya menjawab apa yang tadi aku tanyakan, Ben justru balik bertanya padaku. Itulah Ben, lelaki aneh dan suka sekali bersikap kaku. "Entahlah. Mungkin besok. Karena lusa aku harus sudah kembali beke

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN