Belenggu-06

1041 Kata
Enid menutup matanya rapat ketika Daryl mengarahkan transduser ke wanitaannya. “Kebahagian itu sebuah pilihan, Tuan? Anda bisa memilih bahagia dengan wanita anda tanpa rahim ini. Anda bisa mengadopsi anak atau anda bisa menggunakan surogasi. Jangan merampas kebahagiaan orang asing demi kebahagian anda.” ujar Enid masih menutup mata begitu erat. Mencoba mengulur waktu pria itu. Daryl tersenyum miring mendengar ucapan Enid. Bukan Daryl tidak mengusulkan cara-cara lain untuk mendapatkan keturunan, tetapi Lizzie menolak. Dia hanya ingin melahirkan anak dari tubuhnya sendiri. Dia ingin sempurna sebagai wanita.  “Tarik nafas dalam-dalam lalu buang secara perlahan. Jangan tegang supaya tidak terasa sakit.” katanya mengabaikan ucapan Enid. Enid membuka kedua mata melihat Daryl. “Tuan, aku mohon …” Ia mengiba seperti anak kucing minta untuk dilepaskan. “A-aku bersedia menjadi ibu surogat.” saran Enid sekaligus menawarkan dirinya. Daryl terkekeh menahan tangannya agar tidak mendorong transducer ke dalam tubuh Enid. “Menjadi ibu pengganti harus melakukan pemeriksaan rahim dan benda ini akan tetap masuk ke dalam tubuhmu.”ujar Daryl menunjukkan benda berukuran lima atau tujuh centi yang telah diolesin dengen gel. “A-aku mengalami menstruasi dengan teratur, aku yakin a-aku perempuan subur.” Enid menimpali dengan cepat. Daryl kembali tertawa kecil, “Oke,  rahimmu bagus. Untuk menitipkan embrio ke dalam rahim kau akan melewati proses seperti ini.” ujar Daryl. “Tapi, aku tidak perlu kehilangan rahimku,” lirih Enid.  Daryl mengerutkan kening.“Apa yang kau takutkan? Kehilangan rahimmu atau benda ini masuk kedalam rahimmu?”   “Keduanya. Aku takut kehilangan rahim dan aku takut benda itu merusak tubuhku.” Enid ngeri membayangkan benda itu merusaknya. Daryl menghela nafas panjang kemudian beranjak dari tempat duduknya, meletakkan transduser pada tempatnya. Suasana hatinya berubah buruk. Ia tidak ingin melanjutkan pekerjaannya. “Aku akan mengatur ulang jadwal periksa. Dan saat waktu itu tiba pastikan kau siap seutuhnya.” ucap Daryl melepas semua outfit kerjanya.  Untuk saat ini Enid merasa lega, ia berhasil mengulur waktu pria ini menghabisnya. “Boleh bantu aku, Tuan? Kakiku terasa pegal.” Enid kebingungan mengembalikan kedua kakinya ke posisi normal. Tanpa menolak Daryl membantu Enid turun dari bed dengan cara mengangkat tubuh gadis itu dan menurunkannya berdiri di lantai.  “Terima kasih,” lirih Enid, memukul-mukul pangkal pahanya yang terasa pegal. “dan pikirkan lagi Tuan pendapatku tadi. Aku janji tidak akan merepotkan kalian jika anda setuju dengan saranku.”  “Saran yang mana?”  “I-itu,” Enid menelan ludah melihat sorot tajam Daryl. “Surogasi.” Enid melirih kemudian berlari menuju toilet untuk menggunakan pakaiannya kembali.  Daryl duduk kursi putar menunggu Enid kembali dari toilet. Ucapan gadis itu terus terngiang di telinganya. Ia pernah menawarkan pada Lizzie untuk memakai ibu pengganti karena lebih aman. Tetapi, Lizzie menolak dan mengancam akan meninggalkan Darryl.  “s**t. Kenapa jadi rumit begini. Kenapa gadis sialan itu menyinggung masalah itu.” benaknya. Ia menyugar rambutnya dengan lima jarinya, sedikit menekan untuk menetralkan rasa pusing yang tiba-tiba memukul kepalanya. *** Negan mengetuk pintu kamar ibunya dan tanpa menunggu jawaban pria itu masuk ke dalam kamar. Menghampiri ibunya yang tengah duduk di sofa.  “Mama sibuk?” tanya Negan duduk disamping ibunya.   “Tidak, ada apa kau kesini?”  Negan meraih kedua kaki ibunya dan meletakkan di atas pangkuannya, ia mulai memijat kaki tua wanita itu.  “Ada yang ingin aku bicarakan,” kata Negan.  “Mengenai apa? Pekerjaan?”  Negan terkekeh kecil, “aku tidak akan melibatkan mama dalam urusan pekerjaan.” ujarnya. Sejauh ini Negan memang selalu berhasil menyelesaikan urusan pekerjaannya di kantor. Ia cukup profesional dan bertanggung jawab. “Lalu apa yang ingin kau bicarakan?”  Negan menarik nafas dalam-dalam kemudian mengembuskannya secara perlahan. Sebelum menemui ibunya ia sudah memikirkan tentang rencana memiliki anak dengan metode bayi tabung. Negan ingin mengutarakan rencana itu pada ibunya.  “Negan ….” “Mama, kami berencana untuk memakai metode bayi tabung Apa pendapat Mama?” tanya Negan, berhenti memijat kaki ibunya.  “Bayi tabung?” tanya nyonya Materson.  Negan mengangguk. "Iya Ma." “Dimana istrimu?” tanya wanita itu.  Negan kembali menggerakkan tangannya memijat kaki ibunya, “dia di kamar,”  Nyonya Materson menyeringai, “Luar biasa.” Wanita itu berdecak sembari menggeleng-gelengkan kepala.  “Aku sengaja tidak mengajaknya kesini. Jangan mengecamnya.” ujar Negan sebelum ibunya menilai buruk Lizzie. “Membicarakan perihal penting seperti ini, istrimu harus mendengarnya dan berpendapat. Panggil dia kemari.” ujar ibunya.  “Aku ingin tahu pendapat Mama tentang rencana ini.  Jika setuju kita diskusikan bersama dan menemui dokter.”  “Kau belum membicarakan ini pada Lizzie?” nyonya Materson meminta Negan berhenti mengurut kakinya.  “Hanya menyinggung belum tahap serius,”  “Apa pendapatnya?” nyonya Materson menurunkan kakinya dari sofa. “Lizzie takut Mama tidak setuju,”  Nyonya Materson menarik nafas dalam-dalam, memperhatikan wajah putranya. “Bukankah metode itu hanya untuk wanita yang bermasalah pada kesuburan nya? Hasil medis kalian menyatakan jelas bahwa kau dan Lizzie tidak ada masalah dan kalian selalu membanggakan itu bukan?" Negan mengusap belakang kepalanya, “Aku hanya menyarankan tetapi, kalau mama tidak setuju tidak masalah. Hanya saja ….” Negan menggantungkan ucapannya.  “Hanya saja apa?”  “Jangan selalu mendesak Lizzie untuk segera hamil, Ma. Dia akan stress dan kalian tidak akan pernah bisa akur." “Sepuluh tahun kalian menikah dan wajar jika mama mendesaknya untuk segera punya keturunan.”  “Kalau begitu pikirkan apa yang aku rencanakan, Ma.”  Nyonya Materson terdiam sebentar, memikirkan ucapan rencana putranya untuk segera memiliki keturunan dengan cara menggunakan metode bayi tabung. “Baiklah, ayo kita bicarakan ini bersama.” ujar Nyonya Materson.  “Artinya Mama setuju?”  “Dengan cara apapun mama setuju supaya keturunan Materson tidak berhenti di tanganmu.” ucap nyonya Materson. Negan beringsut memeluk ibunya, “terima kasih, Ma.” ucap Negan memeluk erat wanita yang melahirkannya itu. “Aku panggil Lizzie kesini.” ucap Negan mengurai pelukannya kemudian ia beranjak dan bergegas keluar dari kamar itu. “Aku tidak peduli Daryl. Kau membuatku kecewa.” geram Lizzie dengan suara tertahan lewat ponselnya. Ia tersentak mendapatkan pelukan dari belakang hingga ponsel di tangannya terjatuh membentur lantai. “Hei, ada apa? Aku mengejutkanmu?” tanya Negan melepas Lizzie dari pelukan nya. Lizzie berbalik melihat suaminya, “kau sedang bicara dengan siapa?” tanya Negan dengan kening berkerut melihat wajah terkejut Lizzie. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN