Roland Dan Anna

1131 Kata
New York, Amerika Serikat Sekilas tentang Roland Zain Abraham, dan Annastaya Arrabella. Keduanya di pertemukan sebagai majikan dan pelayan, lalu jatuh cinta dan menikah. Anna bukan dari keluarga miskin, Namun, saat itu Anna yang membutuhkan pekerjaan untuk menunjang hidupnya yang tengah menempuh pendidikan di Amerika, terpaksa menjadi seorang maid dari seorang pria playboy karena orang tuanya mengalami kebangkrutan. Anna tahu sepak terjang Roland sebagai don juan sejati, pria itu kerap membawa teman wanitanya ke apartemennya, dan bercinta di ruangan manapun di apartemennya, hingga Anna muak dan jijik pada tuannya itu. Hal yang tidak terduga terjadi Anna jatuh cinta pada Roland, yang selalu memperlakukannya dengan manis dan penuh perhatian. Namun, kenyataan menamparnya, jika Roland hanya menjadikannya bahan taruhan bersama kedua sahabatnya Alden dan Ben, karena merasa Anna adalah satu- satunya wanita yang tidak memiliki ketertarikan sama sekali pada pria sekelas Roland. Anna kecewa dan pergi meninggalkan Roland setelah meninggalkan kesan manis pada Roland untuk membuat pria itu menyesal karena telah mempermainkannya. Benar saja, saat Anna pergi Roland menyadari jika dia benar- benar mencintai Anna. Kisah selanjutnya berakhir saat Roland berhasil memperjuangkan cinta Anna, dan keduanya menikah. Kisah keduanya persis seperti kisah n****+ romantis, dibumbui dengan tawa, dan air mata, juga kebucinan akut dari si pria. Namun, saat ini Anna menangis terisak saat menerima kabar kalau Calvin putra keduanya hilang. Dia bahkan marah pada Roland sang suami karena membiarkan Calvin tanpa penjagaan. "Honey, kamu belum makan sejak kemarin, ayolah." Roland mencoba membujuk Anna, dengan sepiring makanan di tangannya. "Kamu belum menemukan Calvin?" tanya Anna. Wajahnya sembab karena terus menangis membuat Roland tidak tega. "Dev sedang mencari, jangan terlalu khawatir, kamu mengabaikan kesehatanmu." "Aku mana bisa tenang, anakku hilang, bagaimana kalau sesuatu yang buruk terjadi padanya?" "Dia sudah dewasa, dan bukan anak kecil yang membuat khawatir jika hilang, mungkin saja dia sedang bersenang- senang dengan teman- temannya." "Justru itu, yang membuatku khawatir, dan bagaimana kalau sesuatu yang buruk terjadi, Calvin tidak mungkin tidak memberi kabar, kecuali dia tak bisa melakukannya, dan itu berarti sesuatu yang buruk tengah terjadi." "Aku mengerti, Tapi, jangan sampai kamu mengabaikan anak kita yang lain." Anna tertegun, ya Anna lupa. "Mike di bawah menunggumu." Anna dan Roland di karuniai tiga orang anak. Karina, Calvin, dan Mike Zain Abraham. Anak mereka Karina telah menikah dengan pria berasal dari Indonesia, dan tinggal bersama suaminya di Indonesia, Mike berusia 18 tahun dan masih menempuh pendidikannya, sedangkan Calvin sendiri tengah hilang, dan belum di temukan. Anna mengusap air matanya, dan beranjak "Aku akan ke bawah, dan makan bersama Mike." Melihat punggung ringkih istrinya Roland hanya bisa menghela nafasnya, beberapa saat kemudian Roland merogoh sakunya untuk menemukan ponselnya baru saja akan menekan tanda panggil, ponselnya berdering. Dev, asisten pribadinya. "Ya, Dev?" "Tuan, aku sudah menemukan Roxy." "Aku segera kesana." Roland beranjak meraih kunci mobilnya dan pergi dengan segera. *** Roxy, duduk dengan gelisah, dia baru saja pulang dari Indonesia, dan tak berani keluar dari rumahnya, sebab kesalahan yang telah dia perbuat, dan kalau benar dia sekarang sedang menjadi incaran Tuan Roland. "Matilah aku, kenapa rencananya harus gagal," gumamnya, jika sampai Tuan Roland tahu dia yang menyebabkan Calvin hilang, maka bukan hanya dirinya, tapi keluarganya juga akan ikut merasakan dampaknya. Roxy tahu seberapa berkuasanya Tuan Roland, dan kekayaan nya melebihi kekayaan keluarganya, bahkan beberapa perusahaannya ada yang bekerja sama dengan perusahaan milik daddy Calvin itu. Bagaimana kalau Tuan Roland membatalkan kerjasama mereka, Daddynya pasti akan menghajarnya, karena menjadi penyebab dari hilangnya Calvin. Pintu kamarnya di ketuk, namun belum juga Roxy beranjak untuk membuka pintu, beberapa orang berjas masuk dan berdiri di hadapannya. Tepat di belakang orang- orang itu ada Tuan Roland yang menatapnya dengan datar. Sial. Roxy tak berdaya langsung berlutut dihadapan Tuan Roland dengan tangan yang di satukan di dadanya. "Maafkan aku, Tuan Roland, aku tidak bermaksud berbuat buruk pada Calvin, sebenarnya aku hanya ingin iseng mengerjainya saja, dan memotretnya, lalu aku akan mengembalikannya, tapi, tiba- tiba ada segerombolan orang yang menghajar kami, dan membawa Calvin pergi." Ya, sebenarnya Roxy hanya menggertak saja dan mengatakan, jika akan membuang Calvin ke hutan dan membiarkannya dimakan hewan buas, nyatanya dia tidak seberani itu, dan hanya akan mengerjai Calvin, memotretnya dalam kondisi memalukan, lalu menggunakan foto- fotonya untuk mengancam Calvin, hingga Calvin tak akan berani mengejeknya lagi. "Jadi, siapa yang membawa anakku?" Roland berjongkok di depan Roxy dan memegang bahu Roxy, dan meremasnya, membuat Roxy semakin tergagap. "A-aku tidak tahu, sebab mereka memakai topeng, dan melumpuhkan orangku dengan cepat lalu membawa Calvin pergi," Kata Roxy dengan gemetar. Roland mengulurkan tangannya, dan Roxy mendongak. Pria itu dengan gemetar berjalan ke arah nakas dan mengambil ponsel dan dompet Calvin yang dia ambil sebelum memotret Calvin "Hapus semua fotonya! Kalau sampai foto- foto itu tersebar, maka aku pastikan keluargamu, akan menerima akibatnya." Roxy mengangguk cepat dan dengan gemetar menekan ponselnya dan menghapus semua foto- foto Calvin "Su- sudah Tuan." Roxy menunjukan layar ponselnya yang bersih dari foto- foto Calvin. "Satu lagi, jangan sampai berita ini tersebar, hanya kau yang tahu!" Roxy kembali mengangguk. Tentu saja Roxy tahu, hilangnya Calvin akan menjadi rumor buruk bagi Tuan Roland. Itu sebabnya Roxy hanya berniat menggertak saja. Setelah Tuan Roland pergi, barulah Roxy menghela nafasnya. "b******k!" umpatnya kesal, Roxy menunduk dan melihat bagian bawah tubuhnya, Dia kencing saking takutnya pada Tuan Roland. "Menjijikan!" Tuan Roland bukan mafia, atau sindikat pembunuh, tapi dia adalah pengusaha nomer satu di Amerika, dan banyak perusahaan bergantung padanya, termasuk perusahaan keluarganya. Jadi, mau tak mau dia harus tunduk padanya, beruntung Tuan Roland tak pernah mempermasalahkannya karena mengusik Calvin, namun, masalah kali ini agaknya cukup fatal, karena dia menjadi penyebab hilangnya Si Pangeran penerus tahta. *** Calvin mengikuti Sumarni berjalan menyusuri hutan, dan baru setengah hari rasanya Calvin sudah lelah "Aku sudah berjalan seharian, dan sudah lelah, bisakah kita berhenti untuk makan siang." Calvin mengencangkan kain berisi perbekalan mereka selama di perjalanan. Sumarni menoleh dan mencebik "Dasar, bule manja." Sumarni mendudukan dirinya di bawah pohon besar, dan membuka kain gendongannya lalu mengeluarkan ubi bakar dan memberikannya pada Calvin. "Kali ini tidak hitam?" Calvin sudah mulai terbiasa dengan ubi bakar dari Sumarni. "Yang pertama itu karena aku tidak membaliknya jadi gosong dalam panggangan." Sumarni mengeluarkan satu lalu memakannya. "Kita akan mendirikan tenda saat hari mulai gelap nanti, sebelum itu kita harus terus bergerak untuk mempercepat waktu perjalanan." Calvin mengangguk, lalu matanya tak sengaja melihat Sumarni yang sedang menikmati ubi bakarnya. Calvin tertegun melihat bibir mungil Sumarni mengunyah dan ada sedikit ubi di sudut bibirnya. Astaga, bagaimana kalau dia mencium bibir mungil itu, apakah rasanya akan manis? Tangan Calvin refleks terulur dan membersihkannya, hingga Sumarni berjengit kaget dan melihat apa yang Calvin lakukan "Apa yang?" "Kau makan sangat berantakan." "Oh," kata Sumarni acuh. Calvin nampak mengerjapkan matanya, biasanya jika dia melakukan itu maka para wanita akan salah tingkah, dan memerah. Tapi, Sumarni hanya sedikit terkejut lalu kembali makan dengan santai. Oh, hanya itu?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN