Bab 5: Enak Dan Libid0

1359 Kata
Calvin ternganga saat memasuki gubuk Sumarni, "Apa yang terjadi?" Sumarni sendiri tengah memungut perabotan yang berantakan dan meletakkannya di tempat asalnya. "Kayaknya ada babi hutan masuk." wajah Sumarni suram beberapa bahan makanan rusak, perbekalannya selama sebulan ini habis berceceran. Calvin tertegun melihat Sumarni memunguti beras di tanah sambil menangis. "Itu sudah kotor," kata Calvin mencegah Sumarni. "Bisa dicuci." Sumarni terisak tak peduli. semua gara- gara pintu terbuka, hingga hewan itu masuk dan mengacak- acak rumahnya. "Tapi tetap saja sudah bercampur tanah!" seru Calvin kesal. "Apa urusan kamu!" "Sebaiknya, mister cepet pergi dari sini!" Sumarni pergi dengan marah, membawa beras yang sudah terkumpul di baskom kecil. "Pengacau!" desisnya kesal. Calvin menatap Sumarni tak percaya, dia marah hanya karena beras yang sedikit itu, Calvin bahkan bisa memberikan berkarung- karung beras untuk menggantinya. Lihat saja nanti, akan dia bungkam mulut Sumarni dengan beras yang banyak. Calvin duduk di papahan kayu tempatnya tidur, melihat Sumarni yang sedang memasak "Kau sungguh memasak nasi yang sudah jatuh itu?" "Memang kenapa?" "Aku tidak mau memakannya." "Terserah, aku memasak bukan untukmu." Sumarni masih enggan melihat Calvin dia masih kesal dengan pria itu, gara- gara kecerobohan pria itu berasnya yang hanya sedikit jatuh dan kotor, tapi mau bagaimana lagi, jika tidak memasaknya maka dia tidak akan makan malam ini. Masa bodoh dengan bule itu, Sumarni tak peduli. "Lalu aku makan apa?" tanya Calvin kesal. Sumarni menatap Calvin dengan tajam. "Pikirkan saja sendiri." Selesai dengan nasinya, Sumarni menumis kangkung yang dia petik di kebun tadi, aroma tumisan tercium membuat Calvin mengeryit, lumayan wangi. Calvin memanjangkan lehernya untuk melihat Sumarni masak apa, dia yang awalnya tak berselera mengingat nasi yang terbuat dari beras yang di pungut dari tanah, kini menelan ludahnya kasar, sebab tiba- tiba merasa sangat lapar. lalu setelah selesai Sumarni membawanya ke atas meja. Lalu dia berlalu untuk mengganti pakaiannya lalu kembali ke meja untuk mengambil makanan dan mulai makan. "Kau sungguh tega?" Calvin menelan ludahnya saat melihat Sumarni makan dengan lahap, wanita itu duduk di papahan kayu di sebelahnya. Meski terlihat jorok sebab Sumarni kini menggunakan tangan untuk makan, tapi Calvin yang lapar, sangat tergiur. "Aku juga lapar," Sumarni mencebik "Kau bilang ini jorok kan?" "Itu ... Karena terpaksa, sebab aku juga lapar, jadi aku rasa aku tidak peduli asalkan bisa di makan." "Cih." Sumarni memberikan satu piring ke pada Calvin. "Apa? Berharap aku melayanimu? Ambil sendiri sana." Calvin cemberut lalu mengambil nasi di mangkuk beserta tumis kangkung. Pria itu terus menggerutu hingga dia menyuapkan nasi yang di campur tumis kangkung tersebut ke dalam mulut, barulah mulutnya diam, 'Wuah, lezat sekali,' katanya dalam hati, tentu saja dia tak mungkin mengungkapkannya di depan gadis menyebalkan itu, bisa- bisa dia makin besar kepala 'Lagipula ini pasti karena aku sedang lapar, jadi makanan apapun juga pasti akan menjadi lezat.' mungkin Calvin kira meski makan tahi kucing pun akan lezat, jika sedang lapar. Sumarni menggeleng tak percaya, saat melihat Calvin makan seperti orang kesurupan, siapa tadi yang bilang makanan itu kotor? Lihatlah dia sedang makan sangat lahap. "Enak?" tanya Sumarni. "Hmm." Calvin hanya bergumam saking begitu menikmatinya makanan tersebut, namun beberapa saat kemudian Calvin tersadar lalu berdehem "Itu karena aku sangat lapar." Sumarni mengangguk dengan tatapan mengejek, dia sendiri tak peduli setelah makanannya habis, Sumarni beranjak untuk membersihkan piring kotor miliknya. "Cepat selesaikan makanmu, bantu aku ambil air di sungai." "Kenapa?" "Apa?" "Kenapa aku harus ikut mengambil air?" "Karena kau menggunakannya." "Tapi, kakiku sakit." "Seharusnya itu sudah membaik, dan kalau mister tidak ambil sendiri airnya, jangan gunakan airku!" "Hei-" "Mau buang air, cuci muka, ambil air sendiri." Calvin melongo dengan wajah bodoh, di depannya Sumarni membawa dua ember penuh air dengan cara di tandu di pundaknya. Terbuat dari apa gadis itu? Perawakannya terlihat rapuh, tapi tubuhnya kuat. belum lagi Calvin baru setengah jalan dengan satu ember air, Sumarni sudah membawa empat ember air. "Lambat," dengus Sumarni. "Hei, ini karena kakiku masih sakit." kilah Calvin. "Alasan, cepat selesaikan, aku mau mandi sebelum malam." Sumarni kembali berjalan mendahului Calvin. Calvin berdecak "Mau, mandi ya mandi saja," katanya dengan kesal "Sepertinya aku juga harus mandi." Calvin mengendus badannya yang sudah lengket dan bau. "Ya, aku juga butuh mandi." sejak dia terbuang dia belum mandi. Jadi, setelah Calvin menyelesaikan mengambil air dua ember dia memutuskan kembali ke sungai untuk mandi sebelum malam tiba. Calvin berjalan dengan pelan sambil melihat sekitarnya dengan waspada, takut- takut ada babi hutan dan hewan sejenisnya seperti yang di katakan Sumarni. Sumarni sendiri sudah pergi mandi sejak sekitar sepuluh menit yang lalu dan Calvin perkiraan saat dia tiba nanti Sumarni pasti sudah selesai. Namun perkiraan Calvin salah di sungai sana dia melihat Sumarni sedang berendam dan menggosok tubuhnya pelan. Dan dari tempatnya berdiri Calvin bisa melihat punggung Sumarni yang tertutup rambut panjangnya yang basah. Astaga, Calvin tertegun. Tubuh Sumarni yang biasanya di balut pakaian lusuh dan kebesaran kini hanya di balut kain yang menutupi bagian dadanya. Sumarni menenggelamkan seluruh tubuhnya lalu muncul ke permukaan dan bangkit dengan kain basah melekat di tubuhnya. Calvin menelan dengan susah payah, saat melihat tonjolan besar di d**a Sumarni dan titik kecil yang tercetak menandakan Sumarni tak mengenakan apapun di balik kain tersebut. Kulit d**a bagian atas Sumarni nampak putih seputih s**u, membuat Calvin semakin susah menelan salivanya. Melihat pemandangan indah di depannya bagian tubuh Calvin bereaksi, menegang dengan sempurna. Calvin menunduk sambil mendengus "s**t!" umpatnya kesal. "Ini pasti efek dua hari tidak bercinta," keluhnya. Calvin kembali melihat ke arah Sumarni, gadis itu menggelung rambut basahnya dengan asal menampakan tengkuknya yang juga putih, bagaimana rasanya mengecup permukaan mulus itu. Batin Calvin berteriak. Mata Calvin turun ke bagian d**a Sumarni yang masih tercetak di balik kain basahnya, bagaimana rasanya melahap buah melon itu? Menyesapnya lalu sedikit memberikan gigitan di ujungnya. Ah, Calvin rasa gadis manapun akan menggelinjang keenakan. Calvin melihat Sumarni hendak melepaskan kain basah di tubuhnya dan dengan jantung berdebar kencang dia menunggu saat- saat pemandangan indah selanjutnya. Apakah akan indah seperti bayangannya. Tapi Calvin mendengus saat Sumarni menggunakan kain kering untuk menutupinya barulah dia melepaskan kain basah di tubuhnya. "Ada apa denganku, dalamnya pasti jelek." Calvin muncul saat Sumarni sudah selesai mengenakan pakaiannya kembali, dan membuat Sumarni terlonjak kaget. "Mister, sejak kapan kau datang?" "Baru saja, kenapa?" satu lagi yang membuat Calvin tertegun, wajah alami Sumarni yang terlihat bersih tanpa noda, jika kemarin dia melihat dimalam hari dan hanya melihat dibalik lampu obor jadi wajah bersih Sumarni tidak terlalu nampak, tapi saat ini hari masih siang dan terang benderang, jadi dia bisa melihat wajah segar Sumarni yang sehabis mandi, mata bulat, hidung mancung dan bibir tipis. Lagi, jakun Calvin naik turun. Sumarni menghela nafasnya lega "Baguslah, aku kira kamu mengintip aku mandi." Wajah Calvin berubah pias saat tebakan Sumarni benat, tapi dengan segera Calvin mengelak "Cih, memang kalau aku mengintip apa yang bisa kulihat dari tubuh kecilmu." Calvin melihat ke arah d**a Sumarni "Dadamu juga tepos, aku tidak tertarik." Calvin bohong, d**a Sumarni bulat menggoda, dia perkirakan ukurannya 36c persis seperti kesukaannya. Mendengar perkataan Calvin Sumarni menyilangkan tangannya di d**a, "Dasar bule mesum." katanya dengan mata membelalak. Calvin mendengus "Sudah aku bilang aku tidak tertarik. Sana, aku mau mandi." Calvin menyingkirkan Sumarni, lalu membuka kaos oblong kusam milik kakek Sumarni. Saat pakaian terlepas terlihat perut kotak- kotak milik Calvin, yang selalu membuat para wanita menjerit kagum. "Dasar, bule m***m! Kenapa buka pakaian seperti itu." Calvin terkekeh saat Sumarni membalik wajahnya. Aneh sekali jika biasanya para gadis akan menatap lekat tubuh seksinya, Sumarni justru mengalihkan tatapannya. "Pakai ini untuk mandi." Sumarni mengulurkan kain basah bekas mandinya ke arah Calvin. "Bagaimana kalau aku mandinya telanjang saja?" Calvin mencoba menggoda Sumarni, sebab gadis itu masih memunggunginya degan mata yang memejam. Namun, perkataan selanjutnya membuat Calvin membeku "Terserah, tapi jangan salahkan aku kalau kau di gigit lintah di dalam air, kau tidak sayang burungmu?" "Kau!" Calvin meraih kasar kain basah di tangan Sumarni. "Aku pulang dulu, jangan berendam terlalu lama, biasanya hewan muncul saat gelap." Lagi- lagi Calvin mendengus. Setelah Sumarni tak terlihat lagi, Calvin menatap kain basah bekas mandi Sumarni, lalu mendekatkannya ke hidung untuk mencium aromanya. Tidak ada aroma wangi sabun mahal disana, tapi entah kenapa membuat libid0 Calvin meningkat seketika. "s**t, aku pasti sudah gila." Calvin meremas kain basah itu dan mengenakannya, lalu masuk kedalam air.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN