[15]. Panik.

1816 Kata
Siapa yang mengira setelah beberapa ratus meter mereka belari kembali, ada kuda yang melesat ke arah mereka dengan tiba-tiba? Justin hampir tersungkur tak kala kakinya hampir saja ditabrak kuda tadi, fakta bahwa kuda itu mengejar mereka benar-benar terbukti. Awalnya mereka mengira itu sudah menghilang, suara aneh itu tidak muncul selama beberapa saat. Jadi semua orang tidak khawatir lagi namun tetap terus berlari mencari tempat persembunyian. Siapa yang mengira tiba-tiba sekelompok orang bertopeng itu menghadang mereka? Dalam sekali lompat kelompok itu langsung datang mengelilingi mereka. Jubah-jubah hitam panjang gelap dengan ornamen khusus berbentuk kepala dengan banyak wajah di dalamnya. Mata mereka tertutup oleh topeng perak yang justru membuat sekelompok orang itu tampak lebih agung dan berkuasa. Kuda-kuda hitam tinggi tampak berdiri gagah, namun sayang bentuknya yang seperti kerangka menakutkan. Dan yang membuat semua orang tercengang karena bau kematian yang sangat menyengat mengelilingi mereka. Debu-debu beterbangan karena lari mereka yang cepat. Bagi Aenos bau itu mungkin terasa sedikit membuat hidung sedikit berkedut, namun bagi orang biasa seperti Elena, Justin, Julian, Delian, Noya itu membuat mereka ingin terduduk pasrah karena rasa mual yang kuat datang menghampiri mereka. Mereka bertujuh berdiri seketika, mata semua orang menatap awas pada 4 orang berkuda hitam dengan pandangan serius. Mereka sudah dikelilingi oleh kelompok itu, dan itu bukan hal yang baik. “Kenapa mereka sampai dengan cepat” Bisik Elena ketakutan. Tangannya memeluk erat tangan milik Julian dengan gemetar. Delian di satu sisi juga hampir terduduk lemah jika saja Noya tidak dengan sigap membantunya berdiri. Nafasnya semakin tidak beraturan setelah melihat topeng perak itu menatap mereka dengan intens. “Siapa kalian! Kami tidak punya urusan satu pun yang menganggu kalian semua” Suara Arcturus terdengar keras. Matanya menatap ke depan, berusaha untuk tidak merasa terintimidasi di depan sekelompok orang bertopeng itu. Salah satu pria bertopeng yang paling kuat maju bersama kudanya menatap ketujuh orang itu dengan pandangan licik di matanya. “Saya pikir tuan kita akan senang melihat perburuan kita kali ini” Ucap salah satu orang bertopeng perak dengan bahasa yang tampak asing bagi mereka. Semua orang tampak tercengang sejenak, mereka tidak tahu bahasa apa yang terdengar di mulut pria itu. Suara serak mendesis pria itu terdengar. Justin bergidik seketika mendengar suara itu, rasanya bulu kuduknya berdiri seluruhnya. Julian mengerutkan kening sejenak. Entah kenapa bahasa ini tampak familier di telinganya. Aksen yang berat dan kental membuat dia berpikir sejenak. “Tuan akan dengan senang hati menerima kepala mereka untuk menjadi pajangan yang ke 2340” Lanjut pria itu dengan mulut menyeringai lebar. Melihat seringaian itu, membuat semua orang saling menatap dengan ngeri. Kini suara bawahannya yang membawa kuda paling belakang terdengar, dia membawa sebuah tongkat lalu menekan kepala Arcturus dengan berani. “Bocah ini membuatku ingin membunuhnya” Mata pria itu yang terlihat dari sela topeng memancarkan cahaya dingin. Warnanya yang abu-abu menatap mereka dengan raut serakah yang kental. Arcturus menengang sejenak, matanya terpaku pada orang didepanya yang seakan bersiap untuk memukul dirinya. Dia tidak tahu bahasa apa yang digunakan sekelompok orang ini, namun dia bisa menebak mungkin itu bukanlah hal yang baik untuk didengar. Aksen ini... Terlalu kental untuk dunia bawah yang rata-rata telah menggunakan bahasa Imnosentic. Bahasa resmi yang digunakan oleh orang-orang di dunia bawah saat ini, untuk sesaat dia merasa kosong seketika. Arcturus menatap depan dengan linglung. Pikirannya kini tampak kosong sejenak, dia tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya tiba-tiba. Arcturus mengedipkan mata perlahan, rasanya seperti ada sesuatu yang mencoba masuk ke area kepalanya. Berusaha untuk menembus benteng pertahanan pikiran yang dia buat secara mendadak. “ARGHHHHHHH” Rasa sakit datang tiba-tiba, membuat dirinya terduduk dengan erangan rendah dari mulutnya. Rasa sakit ini seakan masuk ke dalam tubuhnya, menguliti seluruh jengkal pikirannya. Mencabik-cabik semua yang membuat dirinya mengerang kesakitan. Nael menatap sahabatnya yang terbaring kesakitan dengan rasa kemarahan yang hebat di hatinya. Mereka sampai ke sini bukan untuk mencari masalah, tapi kenapa orang bertopeng ini masih berani membuat masalah dengan kelompoknya? “Arcyyyy” Nael menghampiri sahabatnya itu dengan panik, tangannya terulur segera memegang telapak tangan milik Arcturus yang masih bergetar hebat karena rasa sakitnya. “Tahan tahannn, jangan menyerah. Aku tahu kamu kuat, ingat ini hanyalah ilmu hitam dengan sihir tergelap. Kamu bisa melawannya “ Bisiknya sangat pelan, sepelan hembusan angin yang hanya bisa didengar oleh mereka yang punya telinga Aenos saja. Dirinya tahu, untuk orang-orang mengerikan ini terlalu berbahaya untuk dihadapi. Yang harus mereka lakukan sekarang ini hanyalah berusaha menunda waktu agar orang itu tidak punya kesempatan untuk membunuh mereka. Lalu mereka akan gunakan kesempatan itu untuk terus berlari mencari tempat persembunyian. Apalagi kondisi Arcturus kini tampak sangat parah, Nael tidak tahu sihir gelap apa yang menguar di tubuh pemuda itu. Sebuah sihir yng bahkan mampu membuat orang seperti mereka terduduk karena rasa kesakitan yang sangat nyata. “Kalian siapa? Kami tidak pernah berurusan dengan kalian” Nael bergantian berteriak. “Kami siapa??” Salah satu pria bertopeng membalas. Tangannya yang dipenuhi kuku palsu membelai lembut rambut kuda yang ditungganginya. Suara meringkik kuda itu terdengar menyeramkan bagi telinga mereka. “Kami adalah sang pendekar. Kami telah hidup untuk sang raja. Dua musim untuk dua purnama, dan tujuh ornamen melambangkan diri kita” Orang itu lalu berbisik dengan nada menyeramkan, “Kamu pikir apakah mengenal kita?” Semua orang tercengang seketika. Nael menyipitkan mata mendengar teka-teki aneh yang baru saja terucap oleh orang itu “Apakah raja kalian sungguh hebat?” Tanyanya dengan nada polos. Delian dan Julian mendongak dengan kepala kosong. Siapa yang mengira seorang Nael sangat berani untuk memprovokasi orang-orang itu dengan mudah. “Nael apa yang kamu lakukan??” Bisik Elena yang masih bisa didengar oleh kelompok mereka. “Bocah Kementerian. Kamu pikir statusmu sebagai pekerja kementerian bisa menghalangi kita untuk membunuhmu??” Pria itu berteriak dengan nada marah. Angin di dalam hutan tampak berfluktuasi sejenak, menerbangkan beberapa dedaunan yang langsung jatuh menuju tanah. “Oh sebagai pekerja kementerian, apakah Hades sudah memberitahu apa dosamu dulu??” Pria bertopeng itu berbicara lagi dengan nada licik. Seluruh tim membeku seketika. Semua orang tahu apa yang membuat mereka bekerja di kementerian. Pada dasarnya mereka telah mati. Hidup hanyalah untuk membayar segala dosa yang telah mereka lakukan di kehidupan sebelumnya. Dan hal semacam ini ialah topik yang sangat tabu bagi mereka. Siapa orang yang ingin diingatkan tentang kesalahan besar apa yang telah mereka lakukan di masa lalu?? Siapa yang mengira diri mereka pasti sangat berdosa hingga masuk ke dalam jajaran para pegawai kementerian yang harus membayar kesalahan mereka. Untuk hal ini, Delian merasa hatinya teremas-remas menyakitkan. “Ooh kalian tidak tahu ya jangan-jangan?? Hanya pemilik dosa besar yang memiliki rasa bersalah tinggi saja yang akan dipilih untuk mendapatkan kesempatan membayar dosa mereka” Pria itu lalu turun dari kudanya dengan langkah penuh aura kejam, suara sepatu besinya yang dingin terdengar memenuhi seluruh hutan. “Apakah kalian telah membunuh juga? Melakukan pembunuhan mengerikan atas sekelompok orang? Membuat mereka memiliki kematian yang menyakitkan?? Ataukah.... “ Pria itu melirik ke arah Nael dengan pandangan khusus, “Berurusan dengan sesuatu yang tidak boleh disentuh?” “DIAMMMM” Delian berteriak dengan nada marah, matanya memerah dengan sentuhan mengerikan membelenggu tatapannya. Delian baru kali ini merasa sangat marah. Bukan hanya marah pada sekelompok pria bertopeng yang berani mengungkapkan fakta kehidupan mereka. Sesuatu yang masih membuatnya tidak nyaman. Namun dia masih sangat marah pada dirinya sendiri. Delian merasa dia orang baik. Dia telah melakukan tugasnya sebagai dokter yang peduli dengan pasiennya dengan baik. Dia seorang penakut, dan itu juga sifat yang dia bawa sebelum meminum air di sungai Lethe. Lalu keberanian dari mana hingga dirinya di masa lalu berani berbuat dosa?! “Oh apakah kamu seorang dokter itu? Penakut dan tidak suka berkorban, sangat naif hingga tidak tahu dosa besar apa yang dia tanggung di masa lalu. Sungguh sangat menyedihkan, hidup tanpa ada rasa bersalah” Delian memerah mendengarnya, “Kamu juga hanyalah sekelompok orang hina yang berani membunuh untuk raja yang kamu ucapkan. Hades akan datang lalu membawa kalian ke TARTAROSSS” “BERANINYA KAMU?!” Teriak orang itu dengan marah. Hanya orang bodoh yang berani menghina raja mereka dengan sombong!! Keberanian dari mana hingga orang ini berani berkata seperti itu?? “Apakah kamu bodoh?? Apakah kamu ingin menghina raja kita di hadapan pemimpin tinggi kami?" Salah satu dari orang bertopeng berkata lagi dengan bahasa aneh itu, Nael bisa melihat pedang panjang dengan ukiran bunga tampak di pinggang orang itu. Dan ada sebuah kunci! Kunci yang sangat besar, tergantung pula dengan indah. Nael merasakan perasaan ingin merebut datang tiba-tiba. Bisikan rendah terdengar di telinganya, dia menoleh sejenak ke arah kanan dan kirinya. Entah itu hanya perasaannya saja atau benar-benar terjadi, intinya ialah Nael bisa merasakan bisikan rendah penuh penekanan ketika menatap kunci itu. Kenapa kunci sederha seperti itu bisa membuat dirinya seakan merasakan energi kuat untuk menariknya terus-terusan? Ataukah ada suatu energi negatif yang terus menguar dari kunci itu? Nael merasa tidak mengerti seketika. Orang dengan topeng perak, bisa membuat seluruh hutan mistis masuk ke dalam situasi mengerikan! “Ambil kunci ini maka kamu akan mendapatkan keabadian yang tidak bisa kamu dapatkan di tempat lain” Bisik suara itu terdengar jelas di telinganya. Nael mengerutkan kening menyadari dia sama sekali tidak bisa mengerti apa yang mereka ucapkan! “Jika kamu ingin mengatakan sesuatu, ucapkan kata dalam bahasa yang benar! Kamu pikir aku bisa mengerti dengan mudah huh” Teriak Delian dengan marah. Untuk beberapa saat dia tidak akan peduli lagi, apakah yang dia ucapkan akan menimbulkan rasa marah mereka? Dia tidak peduli itu. Delian merasa, tidak apa-apa untuk sesekali berteriak dan membuat masalah. "Apakah kita membunuhnya saja??” Orang-orang itu maju seketika membawa kuda hitam itu. Namun salah satu pria itu mengulurkan tangan dengan tatapan menolak. “Jangan, kita bisa menipu kementerian untuk datang ke sini” Noya melirik sejenak ke arah orang yang berbicara dengan nada pelan itu. Dia punya rencana untuk membuat keempat orang bertopeng ini terkapar dengan bom tidur yang dia buat baru-baru ini. Noya tidak yakin apakah ini akan memiliki efek bagi mereka atau tidak. Namun tidak ada salahnya untuk mencoba bukan? Namun sebelum Noya berhasil untuk melempar bom asap ini, suara keramaian di kejauhan membuat dirinya menegang sejenak Seketika ada ratusan panah yang terbang dari arah barat. Terbang dengan kecepatan secepat bintang jatuh, bunyi banyak tapak kuda terdengar di kejauhan. Nael dengan sigap segera menyuruh mereka untuk berlari segera. Anak panah ini sengaja ditembakkan untuk sekelompok orang bertopeng itu. Dan mereka tidak punya kepentingan atau konflik mendalam dengan orang itu, akan lebih baik untuk segera pergi dan menghindari konflik dengan sekelompok orang yang menembak panah ini. Mereka hanya perlu segera pergi dari sini segera. Jika tertangkap oleh kelompok lainnya, itu hanya memperburuk posisi mereka. Lagi pula, tidak ada keterlibatan mendalam kementerian terhadap konflik di hutan mistis. Mereka bertujuh segera berlari, Nael melirik pelan ke arah sekelompok orang bertopeng itu yang segera bersiap dalam posisi siaga. Dia bergidik pelan ketika ratusan anah panah itu segera berbalik menyerang posisi penyerang dengan mudah. Ini bukanlah apa yang orang biasa bisa lakukan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN